This scientific article examines how liquidity, leverage, and working capital turnover affect profitability in the Indonesian banking sub-sector financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange between 2017 and 2021. The study used a sample of 15 companies selected randomly, and data analysis was done using SPSS version 22 for Windows. The results indicate that liquidity and working capital turnover significantly impact profitability, either partially or simultaneously. However, the adjusted R-square test revealed that only 14.8% of the variation in profitability is influenced by these variables, while the remaining 85.2% is influenced by other factors not studied in this research. The implication of this study is that Indonesian banking sub-sector financial companies should focus on improving liquidity and working capital turnover to increase profitability.
Highlights:
Perspektif ekonomi nasional pada perbankan di Indonesia pastinya mengalami pergerakan yang sama yaitu mengalami perubahan dari waktu ke waktu agar juga menyesuaikan supaya segera mampu mempertahankan profitabilitas keuangan di dalam perusahaan. Selain perubahan dari internal dunia perbankan, pengaruh kuat muncul juga dari sektor politik, hukum, sosial dan teknologi[1]. Hal ini semakin pula menuntut manajemen organisasinya untuk terbiasa dengan berbagai cara memungkinkannya untuk mendatangkan profit (keuntungan). Sejatinya tak dapat dipungkiri bahwa untuk memperoleh keuntungan diperlukan pula pertimbangan beberapa rasio untuk meminimalisir biaya-biaya atau beban perusahaan agar berada semakin tinggi nilai profitabilitasnya[2]. Profit di laporan laba-rugi sebuah organisasi atau perusahaan dideskripsikan seperti hasil kinerja bersama-sama oleh kesatuan tim dari proses transaksi hingga akhir periode tertentu. Sehingga adanya catatan likuiditas dan leverage berpengaruh pada profitabilitas perusahaan untuk jangka pendek dan jangka panjang ataupun propek di masa depan[3].
Catatan nilai standarisasi berdampak pada perusahaan sektor keuangan untuk memperoleh tingkat profitabilitas yang diharapkan, bank dituntut untuk mengelola aset terkendali secara optimal. Permasalahan perbankan yang sering muncul dalam pengelolaan aset adalah penyelesaian konflik antara likuiditas dan keamanan di satu sisi dengan kemampuan meningkatkan keuntungan di sisi lain[4]. Dengan pengelolaan aset dan pinjaman bank dimaksudkan untuk meminimalkan risiko yang umumnya terdiri dari risiko operasional, dan risiko faktor manusia[5]. Untuk meminimalisir berbagai macam risiko yang ada saat ini, pengendalian sistem keuangan akan ditopang oleh persediaan likuiditas dan leverage yang kuat sejak sebelum masalah tersebut muncul. Maka dari itu perlu adanya semacam penelitian tentang pengaruh tingkat pinjaman kredit dan efisiensi terhadap nilai profitabilitas perusahaan perbankan dan lembaga pembiayaan[6].
Likuiditas merupakan faktor instrumental selama krisis keuangan baru-baru ini. Karena ketidakpastian menyebabkan sumber pendanaan menguap, banyak perusahaan keuangan dengan cepat menyadari diri mereka kekurangan dana untuk menutupi kewajiban mereka saat jatuh tempo. Dalam kasus ekstrim, bank di beberapa negara gagal atau terpaksa melakukan merger[7]. Ada anggapan umum bahwa perusahaan keuangan belum sepenuhnya memahami pentingnya manajemen risiko likuiditas dan implikasi dari risiko tersebut bagi bank itu sendiri, serta sistem keuangan yang lebih luas. Dengan demikian, pembuat kebijakan telah menyarankan bahwa bank harus memiliki lebih banyak aset likuid daripada di masa lalu, untuk membantu mengasuransikan diri terhadap potensi likuiditas atau kesulitan pendanaan [8]. Akibatnya, demi stabilitas keuangan yang lebih luas, sejumlah besar likuiditas disediakan oleh otoritas di banyak negara, termasuk Indonesia.
Jika leverage lebih besar dari 1% dari perusahaan akan lebih bergantung pada kreditur, dan jika kurang, bank akan terus menjamin pinjaman di bawah jaminan tertentu. Kreditur lebih memilih tingkat hutang yang rendah, karena semakin kecil laporannya, risiko kemungkinan kerugian jika terjadi kebangkrutan semakin rendah. Pemilik bisnis biasanya menginginkan nilai pinjaman yang lebih tinggi karena mereka ingin mengembangkan bisnis dan untuk itu mereka perlu meminjam[9]. Rasio leverage merupakan salah satu metode untuk mengukur besarnya perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Jika suatu perusahaan terjebak pada tingkat hutang yang cukup tinggi hingga sulit melepaskan dampak beban hutangnya maka perusahaan tersebut termasuk dalam kategori extreme leverage (hutang ekstrem), semua itu disebabkan adanya penggunaan hutang yang mencapai batas maksimal[10].
Dalam penelitian ini rasio WCT yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi modal kerja perusahaan perbankan karena merupakan rasio modal kerja yang paling umum digunakan. Working Capital Turnover Ratio (WCT) ialah rasio yang dapat dianalisis dari perputaran modal kerja, perputaran persediaan, dan perputaran piutang[11]. Working capital turnover dihitung mulai dari ketika kas perusahaan diinvestasi ke dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Apabila semakin pendek periode perputaran modal kerja, maka semakin cepat perputarannya. Sehingga perputaran modal kerja semakin efisien yang dampaknya nilai profitabilitas semakin tinggi dan pihak perusahaan dapat dikategorikan efisien.
A. Definisi Operasional
1. Profitabilitas
Kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba atau keuntungan sesudah pajak. Variabel profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Return on Assets (ROA). Adapun rumus Return on Assets yakni sebagai berikut:
2. Likuiditas
Kemampuan suatu perusahaan dalam mengukur finansial untuk melunasi hutang jangka pendek ketika jatuh tempo yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis aspek seberapa banyaknya hutang yang akan jatuh tempo agar dapat dilakukan pembayaran tepat waktu. Variabel likuiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan Current Ratio (CR). Adapun rumus Current Ratio yakni sebagai berikut:
3. Leverage
Rasio untuk mengukur kemampuan utang baik jangka panjang maupun jangka pendek untuk membiayai aset perusahaan. Variabel leverage dalam penelitian ini diproksikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR). Adapun rumus Debt to Asset Ratio yakni sebagai berikut:
4. Working Capital Turnover
Kegiatan yang mampu memanfaatkan modal kerja dalam aktivitas operasional perusahaan seoptimal mungkin. Variabel WCT dapat menjadi indikator yang menunjukkan perspektif kinerja manajemen agar bisa berprestasi dalam hal pengelolaan sumber daya perusahaan. Variabel ini diproksikan dengan working capital turnover ratio. Adapun rumus untuk mengetahui Working Capital Turnover Ratio (WCT) yaitu sebagai berikut:
B. Populasi dan sampel
Populasi ialah keseluruhan elemen yang memiliki karakteristik umum, yang terdiri dari bidang-bidang untuk diteliti sehingga dapat digunakan untuk membuat beberapa kesimpulan. Adapun juga pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Simple random sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan adanya pertimbangan tertentu. Setiap elemen dipilih secara bebas, sampelnya diperoleh dengan prosedur random[14]. Dengan demikian, penggunaan metode simple random sampling dalam penelitian kali ini adalah perusahaan yang memiliki kriteria sebagai berikut:
C. Jenis dan sumber data
Jenis data : jenis data yang digunakan yakni data kuantitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berisi angka yang dihasilkan dalam penelitian ini yang berlandaskan analisis statistik dalam laporan keuangan pada perusahaan keuangan untuk subsektor perbankan selama 2017 – 2021.
Sumber data: data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar sebagai perusahaan keuangan untuk subsektor perbankan selama tahun 2017-2021 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
D. Teknik pengumpulan data
Peneliti mengimplementasikan metode pengumpulan data berupa dokumentasi. Dokumen merupakan data sekunder berupa catatan-catatan peristiwa yang telah berlalu. Dokumen berisikan tulisan-tulisan, gambar, ataupun karya-karya monumental. Dalam penelitian ini guna memperoleh kumpulan informasi laporan keuangan yang relevan yang ada dalam perusahaan serta gambaran umum terkait perusahaan. Kemudian sampel sumber-sumber dokumenter yang digunakan yaitu laporan keuangan tahunan perusahaan yang didapatkan di Bursa Efek Indonesia.
E . Teknik analisis data
Penggunaan teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu menggunakan statistik deskriptif kuantitatif. Guna mempermudah dalam hal menganalisis data dalam bentuk tabel dan grafik maka peneliti menggunakan aplikasi software SPSS versi 22 (Statistical Package for Social Sciences).
Nilai efisien atau BLUE (Best Linier Unbias Estimator) dan suatu persamaan regresi berganda dalam mengetahui model regresi yang dihasilkan memenuhi persyaratan dalam uji asumsi klasik[15].
Uji Normalitas
Uji normalitas data ialah langkah awal yang harus dilakukan setiap akan melakukan multivariate analysis. Uji normalitas menggunakan grafik normal probability p-plot.
Uji Heterokedastisitas
Melakukan uji heteroskedastisitas bertujuan menguji model regresi yang terjadi ketidaksamaan variance dari suatu residual dan dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Disebut “heteroskedastisitas” apabila variance dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, sedangkan disebut heteroskedastisitas jika berbeda. Dapat dilihat di grafik scatterplot untuk mengetahui ada atau tidaknya heterokedastisitas. Grafik scatterplot yaitu titik yang disajikan dengan acak, baik posisi tersebut ada diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y.
Uji Multikolinearitas
Melakukan uji multikolinieritas dengan melakukan korelasi antara variabel-variabel independen yang akan digunkaan dalam persamaan regresi. Untuk mengambil keputusan tentang pengujian secara parsial masing-masing independen terhadap variabel dependen jika nilai Variance Influence Factor (VIF) yang diperoleh < 10 artinya tidak terjadi rmultikolinieritas, sedangkan bila nilai VIF yang diperoleh > 10 artinya terjadi multikolinieritas.
Uji Autokorelasi
Melakukan uji autokorelasi untuk menguji apakah di dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t kepada kesalahan periode t-1 sebelumnya. Jika dalam suatu pengujian tejadi korelasi maka dinamakan adanya problem autokorelasi. Pengujian ini menggunakan uji Durbin-Wason (DW).
Analisis Regresi Linear Berganda
Berfungsi untuk menguji pengaruh antar variabel independen (variabel X) terhadap variabel dependen (variabel Y). Variabel independen pada penelitian ini memiliki lebih dari satu variabel. Peneliti menggunakan model regresi liniar berganda karena model regresi ini di rasakan cukup cocok untuk digunakan dalam penelitian ini. Persamaan untuk pengujian hipotesis menggunakan regresi linier berganda secara sistemastis yaitu ditunjukkan sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan regresi linier berganda yang disertai uji parsial (t), uji simultan (F), dan uji koefisien determinasi (R²).
Uji t (Parsial)
Uji t dilakukan untuk mengetahui secara parsial seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan atau mengungkapkan variasi-variabel dependen.
Uji F (Simultan)
Uji F digunakan untuk mengidentifikasi apakah variabel independen berpengaruh signifikan atau tidak secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji F merupakan uji satisik yang memiliki distribusi-F di bawah hipotesis nol. Uji F ini cukup sering digunakan dalam penelitian ketika ingin membandingkan model statistik yang telah dipasang ke kumpulan data.
Uji koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R²) mengukur kemungkinan seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai satu (0<R2<1). Apabila nilai R2 yang didapatkan mendekati angkat nol (0) maka dapat diartikan bahwa kemampuan model dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Kemudian sebaliknya, jika nilai R2 yang didapatkan mendekati angkat satu (1) maka dapat diarrtikan bahwa kemampuan variabel independen dalam menimbulkan pengaruh terhadap variabel dependen sangat kuat[15].
A. Hasil
1. Uji Asumsi Klasik
a) Uji Normalitas PP Plot dan One Sample Kolmogorov Smirnov
Berdasarkan gambar diatas dapat diartikan bahwa nilai probability plot berada pada grafik normal menunjukkan bahwa normalitas residual dari persamaan regresi terdistribusi normal karena titik-titik mengikuti garis diagonal PP Plot.
Unstandardized Residual | ||
N | 75 | |
Normal Parametersa,b | Mean | .0000000 |
Std. Deviation | .90665918 | |
Most Extreme Differences | Absolute | .084 |
Positive | .084 | |
Negative | -.064 | |
Test Statistic | .084 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) | .200c,d |
Berdasarkan Tabel 1 diatas hasil residual dari uji One Sample Kolmogorov Smirnov bernilai signifikansinya sebesar 0,2. Maka dapat diartikan bahwa variabel dikatakan berdistribusi normal karena nilai signifikansinya lebih dari atau sama dengan ≥ 0,05.
b) Uji Multikolinearitas
Model | Collinearity Statistics | ||||
Tolerance | VIF | ||||
1 | CR | .918 | 1.089 | ||
DAR | .919 | 1.088 | |||
WCT | .997 | 1.003 |
Pada tabel 2 diatas, hasil pengujian multikolinearitas menunjukkan bahwa nilai Tolerance dari variabel independen likuiditas (X1) = 0,918 > 0,1; variabel leverage (X2) = 0,919 > 0,1; variabel WCT (X3) = 0,997 > 0,1. Dari seluruh variabel independen bernilai Tolerance lebih besar dari 0,1.
Nilai VIF dari variabel independen likuiditas (X1) = 1,089 < 10; variabel leverage (X2) = 1,088 < 10; variabel WCT (X3) = 1,003 < 10. Dari seluruh variabel independen bernilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa data diatas tidak terjadi multikolinearitas.
c) Uji Heterokedastisitas
Berdasarkan hasil dari scatterplot pada gambar 2, maka dapat dilihat bahwa tidak terjadi pola tertentu dan scatterplot titik-titik menyebar secara acak, baik dibagian atas angka 0 atau dibagian bawah angka 0 dari sumbu vertical atau sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
d) Uji Autokorelasi
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate | Durbin-Watson |
1 | .105a | .011 | -.031 | .92562 | 2.372 |
Sumber: data diolahpeneliti (2022).
Berdasarkan tabel 3 diatas diperoleh nilai Durbin Watson (DW) sebesar 2,372. Untuk memperoleh nilai DU dapat dilihat pada tabel Durbin Watson, diketahui jumlah sampel (n) yaitu 75 dan jumlah variabel (k) yaitu 3 maka diperoleh nilai DU sebesar 1,7092. Jadi dari perhitungan yang telah dilakukan maka diperoleh nilai 2,372 > 1,7092 yang berarti tidak terjadi autokorelasi sehingga model regresi dapat dikatakan baik dan penelitian ini layak diuji.
2. Analisis Regresi Linear Berganda
Model | Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | t | Sig. | ||
B | Std. Error | Beta | ||||
1 | (Constant) | .121 | .441 | .274 | .785 | |
X1_CR | -.477 | .212 | -.276 | -2.254 | .028 | |
X2_DAR | -.528 | 1.006 | -.065 | -.524 | .602 | |
X3_WCT | .559 | .231 | .289 | 2.424 | .018 |
a. Dependent Variable: Y_ROA
Dari data yang diperoleh, didapat persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Y = 0,121 – 0,477X1 – 0,528X2 + 0,559X3 + e
Dalam analisis regresi berganda, peneliti menggunakan beberapa kegiatan uji, yaitu Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics | |||||
N | Minimum | Maximum | Mean | Std. Deviation | |
CR | 75 | .08 | 1.26 | .3977 | .25930 |
DAR | 75 | .43 | .95 | .8282 | .08169 |
WCT | 75 | -.53 | .81 | .3010 | .17958 |
ROA | 75 | .02 | 3.25 | 1.3017 | .91167 |
Valid N (listwise) | 75 |
Berdasarkan hasil output uji Statistik deskriptif dengan SPSS Ver.22 pada tabel 4.5. dapat diketahui bahwa :
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel profitabilitas (Y) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,02 nilai maksimum sebesar 3,25 dengan rata-rata sebesar 1,301 dan standar deviasi sebesar 0,91.
3. Uji Hipotesis
a) Uji t (Parsial)
Untuk pengujian hipotesis secara parsial dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai t hitung dengan t table. Apabila t hitunglebih besar dari t table , artinya Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen, demikian sebaliknya.
Coefficients a | ||||||
Model | Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | t | Sig. | ||
B | Std. Error | Beta | ||||
1 | (Constant) | .121 | .441 | .274 | .785 | |
X1_CR | -.477 | .212 | -.276 | -2.254 | .028 | |
X2_DAR | -.528 | 1.006 | -.065 | -.524 | .602 | |
X3_WCT | .559 | .231 | .289 | 2.424 | .018 | |
a. Dependent Variable: Y_ROA |
Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 5% (α= 0,05)
Pengaruh likuiditas (X1) terhadap profitabilitas (Y)
Berdasarkan uji t yang telah dilakukan diperoleh nilai t hitung -2,254 dan t tabel 1,66691 dengan tingkat signifikan 0,028. Karena nilai t hitung lebih kecil dari t tabel yaitu -2,254 < 1,66691 dengan tingkat signifikan 0,028 < 0,05 alhasil Ha diterima dan H0 ditolak. Maka variabel likuiditas (X1) berpengaruh positif dan ada pengaruh signifikan terhadap variabel profitabilitas (Y).
Pengaruh leverage (X2) terhadap profitabilitas (Y)
Berdasarkan uji t yang telah dilakukan diperoleh nilai t hitung -0,524 dan t tabel 1,66691 dengan tingkat signifikan 0,602. Karena nilai t hitung lebih kecil dari t tabel yaitu -0,524 < 1,66691 dengan tingkat signifikan 0,602 > 0,05 alhasil Ha ditolak dan H0 diterima. Maka variabel leverage (X2) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap variabel profitabilitas (Y).
Pengaruh working capital turnover (X3) terhadap profitabilitas (Y)
Berdasarkan uji t yang telah dilakukan diperoleh nilai t hitung 2,424 dan t tabel 1,66691 dengan tingkat signifikan 0,018. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 2,424 > 1,66691 dengan tingkat signifikan 0,018 < 0,05 alhasil Ha diterima dan H0 ditolak. Maka variabel WCT (X3) berpengaruh positif dan berpengaruh signifikan terhadap variabel profitabilitas (Y).
b)Uji F (Simultan)
ANOVA a | |||||||||
Model | Sum of Squares | df | Mean Square | F | Sig. | ||||
1 | Regression | 8.687 | 3 | 2.896 | 3.590 | .018b | |||
Residual | 50.015 | 62 | .807 | ||||||
Total | 58.702 | 65 | |||||||
a. Dependent Variable: Y_ROA | |||||||||
b. Predictors: (Constant), X3_WCT, X1_CR, X2_DAR |
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa hasil perhitungan uji F yang dihasilkan oleh bantuan SPSS diatas diperoleh nilai F hitung 3,59 dan F tabel 2,51 dengan tingkat signifikan 0,018. Karena nilai F hitung lebih kecil dari nilai F tabel yaitu 3,59 > 2,51 dengan tingkat signifikan 0,018 < 0,05 maka artinya variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel profitabilitas (Y).
c) Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary b | |||||
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate | Durbin-Watson |
1 | .385a | .148 | .107 | .89816 | 2.316 |
a. Predictors: (Constant), WCT, DAR, CR | |||||
b. Dependent Variable: ROA |
Berdasarkan data diatas, adapun analisis determinasi berganda diketahui persentase pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang ditunjukkan pada nilai R square adalah 0,148 maka koefisien determinasi berganda 0,148 × 100% = 14,8% dan sisanya 100% – 14,8% = 85,2%. Hal ini berarti naik turunnya variabel terikat yaitu profitabilitas (Y) dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu likuiditas (X1), leverage (X2) dan WCT (X3) sebesar 14,8%. Sedangkan sisanya sebesar 85,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh peneliti.
B . Pembahasan
No. | Hipotesis | Hasil | Keterangan |
1. | H1 (Likuiditas) | -2,254 < 1,666910,028 < 0,05 | Diterima |
2. | H2 (Leverage) | -0,524 < 1,666910,602 > 0,05 | Ditolak |
3. | H3 (WCT) | 2,424 > 1,666910,018 < 0,05 | Diterima |
4. | H4 (secara simultan) | 3,59 > 2,510,018 < 0,05 | Diterima |
Berdasarkan data hasil penelitian yang mengacu pada pengolahan data sesuai dengan judul penelitian, permasalahan, dan hipotesis penelitian maka pada penelitian ini perlu dijelaskan sebagai berikut:
H1 : Pengaruh Likuiditas terhadap Profitabilitas
Berdasarkan hasil dari uji regresi pada tabel 9 menunjukkan bahwa, sesuai dengan hasil perhitungan uji t yang dilakukan diatas menghasilkan variabel likuiditas (X1) diperoleh nilai t hitung -2,254 dan t tabel 1,66691 dengan tingkat signifikan 0,028. Karena nilai t hitung lebih kecil dari t tabel yaitu -2,254 < 1,66691 dengan tingkat signifikan 0,028 < 0,05 berarti H1 diterima dan H0 ditolak. Maka, variabel X1 berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (Y).
H2 : Pengaruh Leverage terhadap Profitabilitas
Berdasarkan hasil dari uji regresi pada tabel 9 menunjukkan bahwa, sesuai dengan hasil perhitungan uji t yang dilakukan diatas menghasilkan variabel leverage (X2) diperoleh nilai t hitung -0,524 dan t tabel 1,66691 dengan tingkat signifikan 0,602. Karena nilai t hitung lebih kecil dari t tabel yaitu -0,045 < 1,66691 dengan tingkat signifikan 0,602 > 0,05 berarti H2 ditolak dan H0 diterima. Maka variabel leverage (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel profitabilitas (Y).
H3 : Pengaruh Working Capital Turnover terhadap Profitabilitas
Berdasarkan hasil dari uji regresi pada tabel 9 menunjukkan bahwa, sesuai dengan hasil perhitungan uji t yang dilakukan diatas menghasilkan variabel Working Capital Turnover (X3) diperoleh nilai t hitung 2,424 dan t tabel 1,66691 dengan tingkat signifikan 0,018. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 2,424 > 1,66691 dengan tingkat signifikan 0,018 > 0,05 alhasil H3 diterima dan H0 ditolak. Maka variabel WCT (X3) berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas (Y).
H4 : Pengaruh Likuiditas , Leverage dan Working Capital Turnover secara simultan terhadap Profitabilitas
Berdasarkan hasil dari uji regresi pada tabel 9 menunjukkan bahwa, sesuai dengan hasil perhitungan uji t yang dilakukan diatas menghasilkan uji simultan nilai F hitung sebesar 3,59 dengan tingkat signifikan 0,018. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 3,59 > 2,51 dengan tingkat signifikan 0,018 > 0,05 alhasil H4 diterima dan H0 ditolak. Maka variabel Likuiditas, Leverage dan Working Capital Turnover secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan analisis regresi dan pembahasan hasil, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: