Fandi Akhmad (1), Rifqi Ridlo Phahlevy (2)
General Background: Penanganan perkara penganiayaan di Indonesia umumnya dikaitkan dengan hukum pidana, namun terdapat pula aspek perdata yang berhubungan dengan tuntutan ganti rugi terhadap korban. Specific Background: Kasus penganiayaan yang melibatkan Mario Dandy dan David Ozora menunjukkan adanya kebutuhan untuk memahami mekanisme penyelesaian perdata yang berjalan paralel dengan proses pidana. Knowledge Gap: Belum banyak kajian yang mengulas bagaimana prosedur hukum perdata diterapkan dalam konteks tindak penganiayaan yang bersifat pribadi dan merugikan secara material maupun psikologis. Aims: Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perlindungan hukum bagi korban serta tahapan penyelesaian perkara penganiayaan melalui jalur perdata sesuai hukum positif Indonesia. Results: Hasil menunjukkan bahwa korban kini memperoleh perlindungan melalui UU No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban serta memiliki hak menuntut ganti rugi melalui proses mediasi dan gugatan perdata. Novelty: Studi ini menyoroti penerapan prosedur perdata yang sistematis dalam kasus penganiayaan yang umumnya dianggap ranah pidana. Implications: Temuan ini menegaskan pentingnya sinergi antara hukum pidana dan perdata untuk memastikan keadilan serta pemulihan hak korban secara menyeluruh.
Highlights:
Perlindungan korban diatur secara eksplisit melalui UU No. 13/2006.
Penyelesaian perkara perdata diawali dengan mediasi sebelum pengadilan.
Proses hukum menjamin hak korban atas kompensasi dan pemulihan keadilan.
Keywords: Civil Law, Assault Case, Legal Protection, Compensation, Indonesian Law
[1] R. Amallia, Z. Hasan, U. T. Yunita, dan D. S. Wati, “Analisis Perkara Tindak Pidana Penganiayaan yang Dilakukan oleh Mario Dandy,” SH, vol. 16, no. 2, pp. 16–22, May 2023, doi: 10.59582/sh.v16i02.724.
[2] M. D. A. P. Silalahi, et al., “Analisis Hak Asasi Manusia dalam Penanganan Kasus Mario Dandy,” Journal of Education Religion Humanities and Multidisciplinary, vol. 2, no. 1, pp. 469–473, Jun. 2024, doi: 10.57235/jerumi.v2i1.1999.
[3] M. A. Maulana dan Y. Candrasari, “Perbandingan Framing terhadap Pemberitaan Kasus Penganiayaan Mario Dandy diantara News dan Tirto.id,” Nusantara Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, vol. 11, no. 1, pp. 231–236, Nov. 2024, doi: 10.31604/jips.v11i1.2024.231-236.
[4] N. Sulaiman dan H. Yusuf, “Analisis Kasus Mario vs David Ozora: Kajian Kerangka Hukum dan Implikasi Putusan 297/PID.B/2023/PN.JKR.SEL terhadap Isu Pelecehan,” Jurnal Intelek dan Cendikiawan Nusantara, vol. 1, no. 2, pp. 1844–1855, May 2024.
[5] O. Purba dan R. Silalahi, “Peran Ilmu Kedokteran Forensik dalam Pembuktian Tindak Pidana Penganiayaan,” Retentum, vol. 2, no. 2, pp. 127–133, Sep. 2020, doi: 10.46930/retentum.v2i2.711.
[6] N. Ilyas dan M. Fernanda, “Perlindungan Hukum terhadap Anak Pelaku Turut Serta dalam Tindak Pidana Penganiayaan,” Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, vol. 2, no. 9, pp. 391–399, Jul. 2024.
[7] S. B. Purwaningsih, N. Djati, dan K. Kharisma, “Akibat Hukum dari Tindakan Menyimpang dalam Perjanjian Pembiayaan Modal Usaha dengan Pelaku UMKM,” Journal of Contemporary Law (JCL), vol. 1, no. 3, pp. 1–13, Jul. 2024, doi: 10.47134/jcl.v1i3.3062.
[8] E. Kurnia, N. Rahmawati, S. A. Rahmah, dan R. Ammarazka, “Degradasi Moral Pejabat Negara terhadap Kepatuhan Hukum Warga Negara Indonesia,” Reformasi Hukum, vol. 27, no. 2, pp. 146–157, Sep. 2023, doi: 10.46257/jrh.v27i2.589.
[9] R. Andraini, “Upaya Menumbuhkan Jiwa Kesadaran Masyarakat untuk Mentaati Hukum,” Jurnal Penelitian Ilmu Hukum, vol. 3, no. 3, pp. 100–106, Jul. 2023, doi: 10.56393/nomos.v3i3.1614.
[10] S. Hasibuan, B. Pramono, E. H. Abra, A. Sulaiman, dan L. Fadjriani, “Analisis Yuridis terhadap Perlindungan Hukum bagi Saksi dalam Tindak Pidana Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban,” Jurnal Ilmu Hukum, vol. 1, no. 1, pp. 44–55, Mar. 2022.
[11] T. Apriani, “Konsep Ganti Rugi dalam Perbuatan Melawan Hukum dan Wanprestasi serta Sistem Pengaturannya dalam KUH Perdata,” Gara, vol. 15, no. 1, pp. 929–934, Mar. 2021, doi: 10.35327/gara.v15i1.193.
[12] E. Rosnawati, M. T. Multazam, S. D. Khotimah, dan R. R. Pahlevy, “Mediasi Penal sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara Kekerasan dalam Rumah Tangga,” J-FSH, vol. 10, no. 2, pp. 61–71, Dec. 2018, doi: 10.18860/j-fsh.v10i2.4888.
[13] Sudarsono dan R. Izroiel, “Pemeriksaan Alat Bukti Elektronik pada Persidangan Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara,” National Journal of Law, vol. 3, no. 2, pp. 353–364, Sep. 2020.
[14] M. R. I. Falaq dan M. T. Multazam, “Pentingnya Sertifikasi Tanda Tangan Elektronik pada Pinjaman Online,” Journal of Contemporary Law (JCL), vol. 1, no. 3, p. 9, Jul. 2024, doi: 10.47134/jcl.v1i3.2957.
[15] M. R. D. H. Sentana, I. W. W. Astara, dan I. N. G. Sugiartha, “Peranan Hakim untuk Mendamaikan Para Pihak yang Bersengketa dalam Perkara Perdata di Pengadilan Negeri Denpasar,” Advokasi Hukum (AH), vol. 2, no. 2, pp. 203–208, Jul. 2020, doi: 10.22225/ah.2.2.1933.203-208.