This study examines the impact of the Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value (PBV), and Price Earning Ratio (PER) on stock prices of food and beverage companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2016 to 2018. Using secondary data from financial reports and statistical analysis via SPSS 23, the research found that DER does not significantly affect stock prices, PBV positively influences stock prices, and PER has no significant impact. These findings suggest that investors prioritize market confidence and financial prospects (as indicated by PBV) over debt levels and earnings ratios when making investment decisions in this sector.
Highlights:
1. DER Impact: Debt to Equity Ratio does not affect stock prices significantly.
2. PBV Significance: Price to Book Value positively influences stock prices.
3. PER Irrelevance: Price Earning Ratio does not impact stock prices significantly.
Keywords: Debt to Equity Ratio, Price to Book Value, Price Earning Ratio, Stock Prices, Indonesia Stock Exchange
Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Laporan keuangan mencerminkan wujud tanggung jawab manajemen perusahaan kepada pihak intern dan ekstern mengenai kinerja perusahaan selama satu periode. Dengan laporan keuangan inilah para investor dapat melakukan penilaian terhadap saham perusahaan tersebut. Perusahaan food and beverage adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan dan minuman. Di Indonesia sendiri perusahaan makanan dan minuman sangan berkembang dengan pesat, hal ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari period ke periode semakin banyak. Secara bisnis sektor food and beverage setiap tahunnya menunjukkan trend peningkatan yang cukup signifikan. Dari statistik kinerja IHSG 10 tahun (2007-2016), seorang investor mendapat keuntungan sebesar 192,11% selama 10 tahun, atau 11,32% jika disetahunkan. Dari periode 2007-2017, investor bisa mendapatkan keuntungan 131,47% selama 10 tahun atau 8,75% jika disetahunkan. Sementara itu 10 tahun hingga 2008 investor bisa mendapat keuntungan fenomenal 357,02% karena baru saja melewati masa krisis parah.
Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dari penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan [1] Dari hasil pengujian tersebut, hipotesis pertama yang menyatakan bahwa diduga variabel Debt Ratio (DR), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), dan Ukuran perusahaan (Size) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dapat diterima. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan secara parsial dapat dilihat bahwa variable Earning Per Share (EPS) memiliki pengaruh yang paling besar diantara keempat variabel bebas yang mempengaruhi harga saham. Dari pengujian tersebut hipotesis yang menyatakan bahwa dari keempat variabel bebas yang diteliti, variabel Earning Per Share (EPS) memiliki pengaruh dominan terhadap harga saham terbukti. [2] pada perusahaan, (a) Dividen Per Share secara parsial tidak berpengaruh dan tidak signifkan, positif ditolak. (b) Dividen Payout Ratiosecara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan ,negatif diterima. (c) Price to Book value secara parsial berpengaruh positif dan signifikan, positif diterima. (d) Debt to Equity Ratio secara parsial tidak berpengaruh dan signifikan, negatif diterima. (e) Net Profit Margin secara parsial berpengaruh positif dan signifikan, postif diterima. (f) Return On Assetsecara parsial berpengaruh positif dan signifikan, positif diterima. (g) Secara simultan atau seacar keseluruhan yaitu Dividen Per Share, Dividen Payout Ratio, Price to Book value, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin dan Return On Asset seacara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap harga saham. [3] ”penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil pengujian secara simultan membuktikan bahwa model regresi secara simulta variabel independen Earning Per share (EPS) dan Price Book Value (PBV) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen harga saham. Sedangkan hasil penelitian secara parsial membuktikan bahwa variabel Price Book Value (PBV) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen harga saham sedangkan Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap variabel harga saham.
[4] hasil Berdasarkan hasil uji secara simultan dan parsial, variabel Return on Equity, Debt to Equity, dan Price Earning Ratio terhadap Price Book Value terbukti berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sub sektor food and beverages. Keeratan hubungan yang terjadi antara variabel Return on Equity, Debt to Equity, dan Price Earning Ratio terhadap Price Book Value adalah sangat kuat dengan koefisien korelasi (R) diperoleh sebesar 83,5% sisanya 16,5% dipengaruhi faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. [5] hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama periode 2016-2018 Price Earning Ratio, Price to Book Value Ratio dan inflasi tidak berpengaruh terhadap harga saham terindeks BEI 30. [6] Struktur Modal berpengaruh dan signifikan terhadap harga saham. Ukuran Perusahaan berpengaruh dan signifikan terhadap harga saham. Profitabilitas berpengaruh dan signifikan terhadap harga saham. [7] Profitabilitas berpengaruh positif terhadap harga saham secara simultan Struktur Modal berpengaruh terhadap harga saham secara simultan. [8] Struktur Modal berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Profitabilitas berepengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Kebijakan Dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. [9] Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap price earning ratio nilai signifikansi (0,468>0,05).Debt to equity ratio berpengaruh signifikan dan negatif terhadap price earning ratio dengan nilai signifikansi sebesar (0,0290,05. Price book value berpengaruh signifikan dan negatif terhadap price earning ratio dengan nilai signifikansi sebesar 0,000< ttabel 2,05553. Namun, CR, ROE, DER, PBV secara simultan berpengaruh terhadap PER. Hal ini dibuktikan dengan Hasil pengujian secara simultan (uji F) antara CR, ROE, DER, PBV berpengaruh signifikan secara simultan terhadap PER dinyatakan dapat diterima. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung sebesar 5,059 dengan probabilitas 0,001. [10] Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (a) hipotesis H1 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa Debt equity ratio memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap stock return ditolak, (b) hipotesis H2 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa “return on Asset memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap stock return diterima, (c) hipotesis H3 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa Price book value memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap stock return diterima.
Penelitian ini sangat penting, mengingat keputusan untuk investasi dana dengan membeli saham di pasar modal tidak dapat diputuskan begitu saja, melainkan dengan melakukan analisis findamental yang mencakup mengenai DER, PBV, dan PER. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba melakukan studi pada perusahaan Food and Beverage yang Go Public yang memiliki sampel 40 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Debt To Equity Ratio, Price To Book Value dan Price Earning Ratio terhadap Harga Saham di Bursa Efek Indonesia.
penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini dianalisis menggunakan data statistik dengan dibantu program SPSS 23. Dalam tinjauan ini ada dua macam faktor yaitu variabel otonom dan variabel dependen.Variabel indenpen adalah variabel yang menjadi penyebab perubahan atau munculnya variabel terikat, sedangkan yang dinamakan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari adanya variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu Debt To Equity Ratio (X1), Price To Book Value (X2) dan Price Earning Ratio (X3), sedangkan untuk variabel terikatnya yaitu Harga Saham (Y).
Adapun dalam penelitian ini, Debt To Equity Ratio indikator pengukuran dengan membandingkan antara total kewajiban (liabilitas) dengan ekuitas (equity), Price To Book Value indikator pengukuran dengan membandingkan antara market value dengan bookvalue suatu saham, Price Earning Ratio indikator pengukuran dengan tingkat pengembalian modal yang diinvestasikan pada suatu perusahaan atau menghitung kemampuan suatu saham dalam menghasilkan laba.
Penelitian dilaksanakan pada perusahaan bidang food and beverage yang terdaftar di BEI tahun 2016-2018. Populasi dalam penelitian adalah perusahaan food and beverage yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya.
Sumber data dalam penelitian menggunakan laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI yang diambil melalui website Indonesia Stock Exchange (IDX) . Teknik pengumpulan data menggunakan data sekunder dimana memperoleh data secara tidak langsung dan mendapatkan data dari sumber lain salah satunya laporan keuangan. Penelitian ini mengumpulkan metode observasi non partisipan, yang merupakan metode pengamatan, pencatatan, serta mengunduh setiap data yang diperlukan berdasarkan dokumen yang diakses memalui .
Statistik Deskriptif, Uji Asumsi Klasik (Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas, Uji Autokorelasi), Uji Hipotesis (Analisis Regresi Linier Berganda, Uji statistik T, Koefisien Determinasi / R2) dilakukan dengan bantuan program SPSS 23.
A. Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskriptif suatu data yang dapat dilihat dari nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi. Variabel statistik deskriptif dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value (PBV), dan Price Earning Ratio (PER).
Menunjukkan bahwa nilai Debt to Equity Ratio (DER) yang telah diukur memiliki rentang nilai dari 0,17 hingga 51,00. Nilai rata-rata yaitu sebesar 2,0658 dan nilai standar deviasi 7,47742. Nilai Debt to Equity Ratio (DER) yaitu sebesar 0,17 dimiliki oleh PT Delta Djakarta, Tbk (DLTA) pada tahun 2017, dan nilai tertinggi sebesar 51 dimiliki oleh PT Nippon Indosari Corporindo, Tbk (ROTI) pada tahun 2018. Variabel Price to Book Value (PBV) memiliki rentang nilai dari 0,01 hingga 47,54. Nilai rata-rata Price to Book Value (PBV) 5,1300 dan standar deviasi 9,42545. Nilai terendah sebesar 0,01 dimiliki oleh PT Tri Banyan Tirta, Tbk (ALTO) pada tahun 2016, dan nilai tertinggi sebesar 47,54 dimiliki oleh PT Multi Bintang Indonesia, Tbk (MLBI) pada tahun 2016. Variabel Price Earning Ratio (PER) memiliki rentang nilai dari -26,34 hingga 237,99. Nilai rata-rata Price Earning Ratio (PER) 23,9816 dan standar deviasi 37,34021. Nilai terendah sebesar 0,01 dimiliki oleh PT Tri Banyan Tirta, Tbk (ALTO) pada tahun 2017, dan nilai tertinggi sebesar 237,99 dimiliki oleh PT Sekar Bumi, Tbk (MLBI) pada tahun 2017. Variabel Harga Saham memiliki rentang nilai dari 4,90 hingga 9,68. Nilai rata-rata Harga Saham 7,4189 dan standar deviasi 1,28347. Nilai terendah sebesar 4,9 dimiliki oleh PT Prasidha Aneka Niaga, Tbk (PSDN) pada tahun 2016, dan nilai tertinggi sebesar 9,68 dimiliki oleh PT Sekar Bumi, Tbk (MLBI) pada tahun 2018.
B. Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang baik disyaratkan harus memenuhi tidak adanya masalah asumsi klasik. Uji asumsi klasik dari masing-masinh model meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskidastisitas :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian normalitas dapat dilihat dengan uji statistik Kolmogorov-Smirnov [11].
Unstandardized Residual | ||
N | 45 | |
Normal Parametersa,b | Mean | ,0000000 |
Std. Deviation | 1,08917369 | |
Most Extreme Differences | Absolute | ,079 |
Positive | ,079 | |
Negative | -,076 | |
Test Statistic | ,079 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) | ,200c,d |
Menunjukkan bahwa nilai sig sebesar 0,200 yang artinya lebih besar dari 0,05 maka data telah terdistribusi secara normal dan bisa dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya.
Figure 1.Uji Histogram
Berdasarkan gambar 1 pola yang terbentuk menunjukkan bahwa data memiliki distribusi yang normal dengan melihat pola berbentuk lonceng. Sehingga dapat dikatakan berdasarkan histogra data penelitian memenuhi asumsi normalitas.
Selanjutnya untuk mendukung hasil uji normalitas penelitian pola grafik Normal Probability Plot (NPP). Aturan yang digunakan dalam Normal Probability Plot adalah grafik normal ditunjukkan dengan penyebaran titiktitik disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal mengindikasikan odel regresi memenuhi asumsi normalitas.
Figure 2.Uji Normal P-P Plot
Berdasarkan gambar 2 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual artinya, model penelitian perusahaan residualnya berdistribusi secara normal.
2. Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika ada korelasi antar variabel independen maka terdapat masalah multikorelasi. Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui dengan mengidentifikasi secara statistik melalui nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
Model | Collinearity Statistics | ||
Tolerance | VIF | ||
1 | (Constant) | ||
X1 | ,988 | 1,012 | |
X2 | ,997 | 1,003 | |
X3 | ,986 | 1,014 |
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada model regresi diketahui nilai tolerance lebih dari 0,01 dan VIF kurang dari 10. Hasil pengujian ini mengindikasikan bahwa dalam model-model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi gejala multikolinearitas. Nilai VIF yang diperoleh untuk Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 1,012 , Price to Book Value (PBV) sebesar 1,003, Price Earning Ratio (PER) sebesar 1,014. Sedangkan nilai tolerance Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 0,988, Price to Book Value (PBV), sebesar 0,997, Price Earning Ratio (PER) sebesar 0,986. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tolerance tidak sama dengan nol, bahkan mendekati satu, sehingga dikatakan tidak multikolinearitas.
3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Untuk menguji autokorelasi digunakan uji Durbin Watson. Uji Durbin Watson digunakan untuk menguji apakah antar residual tidak terdapat korelasi yang tinggi. jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan residual adalah acak atau random [11].
Model Summaryb | |||||
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate | Durbin-Watson |
1 | ,529a | ,280 | ,227 | 1,12832 | 1,322 |
Pada tabel diatas, diketahui nilai Durbin-Watson pada penelitian sebesar 1,322 lebih kecil dari nilai batas dU yakni 1,3832 dan kurang dari nilai (4-dU) = 1,6662 Sehingga hal ini tidak sesuai dengan ketentuan lolos uji autokorelasi yang susunan dU<d<4-dU. Sehingga dapat disimpulkan jika penelitian terdapat gejala autokorelasi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskidastisitas dilakukan untuk menguji apakah sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap. Hasil uji heteroskidastisitas disajikan pada tabel berikut ini :
Figure 3.Scatterplot
Berdasarkan data pada gambar 3 Scatterplot menunjukkan bahwa data menyebar dan tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas.
C. Analisis Regresi Berganda
Untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, kepemilikan keluarga terhadap variabel dependen kinerja perusahaan maka dilakukan analisis dengan menggunakan regresi linier berganda.
Model | Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | t | Sig. | ||
B | Std. Error | Beta | ||||
1 | (Constant) | 7,020 | ,222 | 31,640 | ,000 | |
X1 | -,010 | ,023 | -,058 | -,431 | ,668 | |
X2 | ,071 | ,018 | ,518 | 3,901 | ,000 | |
X3 | ,002 | ,005 | ,069 | ,519 | ,607 |
Berdasarkan hasil analisis tersebut diatas, maka model persamaan regresi linier berganda yang dapat disusun sebagai berikut :
Y = β + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Y = 7,020 + (-0,010) X1 + 0,071 X2 + 0,002 X3 + 0,222
Dimana :
Y = Harga Saham
X1 = DER
X2 = PBV
X3 = PER
Berdasarkan persamaan regresi yang telah disusun diatas maka dapat dijelaskan suatu pengertian sebagai berikut :
1. Nilai konstanta atau β sebesar 0,016 diartikan bahwa jika DER, PBV, dan PER tidak ada atau bernilai nol, maka besarnya harga saham adalah sebesar 7,020.
2. Koefisien variabel DER (X1) adalah sebesar -0,010. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan jumlah DER (X1) sebesar 1 rupiah maka akan menurunkan harga saham sebesar 0,010.
3. Koefisien variabel PBV (X2) adalah sebesar 0,071. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan jumlah PBV (X2) sebesar 1 rupiah dapat menaikkan harga saham sebesar 0,071.
4. Koefisien variabel PER (X3) adalah sebesar 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan jumlah PER (X3) 1 rupiah maka akan menaikkan harga saham sebesar 0,002.
D. Pengujian Hipotesis Uji t
Uji parsial (t test) dimaksudkan untuk melihat apakah variabel bebas (hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, kepemilikan keluarga) secara individu mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (kinerja perusahaan), dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Hasil analisis uji t dapat diketahui pada tabel berikut ini :
Model | Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | t | Sig. | |||
B | Std. Error | Beta | |||||
1 | (Constant) | 7,020 | ,222 | 31,640 | ,000 | ||
X1 | -,010 | ,023 | -,058 | -,431 | ,668 | ||
X2 | ,071 | ,018 | ,518 | 3,901 | ,000 | ||
X3 | ,002 | ,005 | ,069 | ,519 | ,607 | ||
a. Dependent Variable: Y |
Berdasarkan tabel 5 diatas maka dapat diketahui nilai t hitung dan tingkat signifikasi dari variabel independen yang diuji. Untuk mencari t tabel yaitu t = (0,05;df/n-k) maka diketahui t tabel sebesar 2,01808 yang kemudian akan dibandingkan dengan nilai t hitung dari masing-masing variabel independen.
1. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham
Berdasarkan hasil uji statistik t, diperoleh nilai t hitung sebesar -0,431 (nilai dimutlakkan) sehingga t hitung sebesar 0,431 dan nilai signifikasi sebesar 0,668. Nilai t hitung sebesar 0,431 lebih kecil dari nilai t tabel 2,01808 (0,431 < 2,01808) dan nilai signifikasi lebih besar dari dari 0,05 (0,668 > 0,05) maka H1 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap harga saham.
2. Pengaruh Price to Book Value (PBV) terhadap Harga saham
Berdasarkan hasil uji statistik t, diperoleh nilai t hitung sebesar 3,901 dan nilai signifikasi sebesar 0,000. Nilai t hitung sebesar 3,901 lebih besar dari nilai t tabel 2,01808 (3,901 > 2,01808) dan nilai signifikasi lebih kecil dari dari 0,05 (0,00 < 0,05) maka H1 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa Price to Book Value (PBV) berpengaruh terhadap harga saham.
3. Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap Harga Saham
Berdasarkan hasil uji statistik t, diperoleh nilai t hitung sebesar 0,519 dan nilai signifikasi sebesar 0,607. Nilai t hitung sebesar 0,519 lebih kecil dari nilai t tabel 2,01808 (0,519 < 2,01808) dan nilai signifikasi lebih besar dari dari 0,05 (0,607 > 0,05) maka H1 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa Price Earning Ratio (PER) tidak berpengaruh terhadap harga saham.
E . Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati sat berarti variabel-variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb | |||||
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate | Durbin-Watson |
1 | ,529a | ,280 | ,227 | 1,12832 | 1,322 |
Dari tabel 6 diatas diketahui bahwa nilai Adjusted R Square sebesar adalah sebesar 0,227 atau 22,7% artinya bahwa variabel-variabel independen DER, PBV, dan PER mampu menjelaskan variabel dependen harga saham hanya sebesar 22,7% dan sisanya 77,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dibahas pada penelitian ini.Pembahasan
Dari hasil pengujian uji t variabel Debt to Equity Ratio (DER) diperoleh hasil bahwa Debt to Equity Ratio (DER) tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Hasil ini berbeda dengan penelitian milik [12] yang menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) sebagai variabel independen dan harga saham sebagai variabel dependen. Hasil yang diperoleh [12] menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh terhadap harga saham. Namun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian [2] yang melakukan penelitian yang serupa dan menghasilkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham.Dari tabel 6 diatas diketahui bahwa nilai Adjusted R Square sebesar adalah sebesar 0,227 atau 22,7% artinya bahwa variabel-variabel independen DER, PBV, dan PER mampu menjelaskan variabel dependen harga saham hanya sebesar 22,7% dan sisanya 77,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dibahas pada penelitian ini
A. Pembahasan
1. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham
Dari hasil pengujian uji t variabel Debt to Equity Ratio (DER) diperoleh hasil bahwa Debt to Equity Ratio (DER) tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Hasil ini berbeda dengan penelitian milik [12] yang menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) sebagai variabel independen dan harga saham sebagai variabel dependen. Hasil yang diperoleh [12] menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh terhadap harga saham. Namun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian [2] yang melakukan penelitian yang serupa dan menghasilkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham.
Namun dalam penelitian ini tinggi rendahnya DER belum tentu mempengaruhi harga sahamnya untuk menarik investor. Hal ini dikarenakan investor juga melihat dari seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan hutang tersebut untuk pembiayaan kegiatan operasionalnya. Jika pembiayaan kegiatan operasionalnya berjalan baik dan dapat dikatakan berhasil maka akan memberikan sinyal positif bagi investor untuk menanamkan modalnya. Sebaliknya, jika pembiayaan dikatakan tidak berhasil dalam pemanfaatan hutangnya maka hal tersebut akan memberikan sinyal negatif bagi investor. Dalam hal ini seorang investor diwajibkan harus teliti dalam melihat DER di perusahaan sebelum menanamkan sahamnya, karena setiap perusahaan memiliki cara tersendiri dalam pemanfaatan DER mereka sehingga mampu membayar kewajiban dengan lancar.
2. Pengaruh Price to Book Value terhadap harga saham
Dari hasil pengujian uji t variabel Price to Book Ratio (PBV) diperoleh hasil bahwa Price to Book Ratio (PBV) memiliki pengaruh terhadap harga saham. Hasil ini berbeda dengan penelitian milik [13] yang menggunakan Price to Book Ratio (PBV) sebagai variabel independen dan harga saham sebagai variabel dependen dengan hasil yang diperoleh menyatakan bahwa Price to Book Ratio (PBV) tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Namun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian [14] yang melakukan penelitian yang serupa dan menghasilkan bahwa Price to Book Ratio (PBV) memiliki pengaruh terhadap harga saham.
Price to Book Ratio (PBV) merupakan rasio untuk menilai mahal atau murahnya sebuah saham dengan membandingkan harga saham dengan nilai buku perusahaan. PBV dianggap baik jika nilainya dibawah 1, hal ini dikarenakan harga saham tersebur masih undervalued. Tetapi pada faktanya, seorang investor akan mempertimbangkan saham-saham dengan nilai PBV diatas 1. Hal ini dikarenakan PBV rata-rata industri berada di level tersebut, sehingga perusahaan dengan PBV paling rendah, walaupun diatas 1, mengindikasikan harga saham perusahaan tersebut masih murah. Sehingga dapat dikatakan semakin besar rasio ini mampu menggambarkan kepercayaan pasar akan prospek keuangan perusahaan tersebut.
3. Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham
Dari hasil pengujian uji t variabel Price Earning Ratio (PER) diperoleh hasil bahwa Price Earning Ratio (PER) tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Hasil ini berbeda dengan penelitian milik [1] yang menggunakan Price Earning Ratio (PER) sebagai variabel independen dan harga saham sebagai variabel dependen dengan hasil yang diperoleh menyatakan bahwa Price Earning Ratio (PER) memiliki pengaruh terhadap harga saham. Namun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian [15] yang melakukan penelitian yang serupa dan menghasilkan bahwa Price to Book Ratio (PBV) tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham.
Namun pada penelitian ini, PER belum mampu mempengaruhi minat investor dalam menanamkan saham pada perusahaan. Hal ini dikarenakan nilai PER yang terlalu tinggi dan melebihi standar tergolong beresiko. Pasalnya, saham perusahaan bisa overlued sehingga dapat menurunkan minat investor untuk berinvestasi. Sebaliknya jika nilai PER rendah juga tidak selalu menunjukkan peluang baik untuk membeli saham. Sehingga investor lebih mewaspadai karena PER rendah dapat mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan berkurang. Dengan kata lain dalam penelitian ini adanya PER belum mampu mempengaruhi harga saham. Hal ini juga dikarenakan bahwa investor juga harus melihat faktor lain yang lebih berpengaruh untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan tersebut.
Berikut kesimpulan yang dapat di tarik dari hasil penelitian dan pembahasan :
1. Debt to Equity Ratio (DER) tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Hal ini dikarenakan investor juga melihat dari seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan hutang tersebut untuk pembiayaan kegiatan operasionalnya. Jika pembiayaan kegiatan operasionalnya berjalan baik dan dapat dikatakan berhasil maka akan memberikan sinyal positif bagi investor untuk menanamkan modalnya. Sebaliknya, jika pembiayaan dikatakan tidak berhasil dalam pemanfaatan hutangnya maka hal tersebut akan memberikan sinyal negatif bagi investor.
2. Price to Book Ratio (PBV) memiliki pengaruh terhadap harga saham. Hal ini dikarenakan PBV rata-rata industri berada di level 1, sehingga perusahaan dengan PBV paling rendah, walaupun diatas 1, mengindikasikan harga saham perusahaan tersebut masih murah. Sehingga dapat dikatakan semakin besar rasio ini mampu menggambarkan kepercayaan pasar akan prospek keuangan perusahaan tersebut.
3. Price Earning Ratio (PER) tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham PER mampu menunjukkan perbandingan harga saham yang dibeli dengan earning yang akan diperoleh dikemudian hari sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa investor yakin terhadap earning yang diberikan perusahaan. Faktanya, PER belum mampu mempengaruhi minat investor dalam menanamkan saham pada perusahaan. Hal ini dikarenakan nilai PER yang terlalu tinggi dan melebihi standar tergolong beresiko. Pasalnya, saham perusahaan bisa overlued sehingga dapat menurunkan minat investor untuk berinvestasi. Sebaliknya jika nilai PER rendah juga tidak selalu menunjukkan peluang baik untuk membeli saham. Sehingga investor lebih mewaspadai karena PER rendah dapat mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan berkurang.