Management Accounting
DOI: 10.21070/ijler.v19i0.907

Simplified Accounting Procedures for Small-Scale Banks: Insights from Bank Sampah Cangkringan Berseri


Prosedur Akuntansi yang Disederhanakan untuk Bank Skala Kecil: Wawasan dari Bank Sampah Cangkringan Berseri

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Bank Sampah Accounting Procedures Small-Scale Banks Simplification Operational Costs

Abstract

This research aimed to investigate the accounting process used at Bank Sampah Cangkringan Berseri, Kec. Sukodono, Kab. Sidoarjo, Indonesia, from transaction analysis to financial report preparation. The data collection process involved triangulation techniques, including interviews, observation, and documentation. The data were analyzed for validity, reduced, classified, and presented. The findings indicated that Bank Sampah Cangkringan Berseri did not take a profit-sharing approach but instead took the difference between the selling price to collectors. The accounting records were kept in simple formats to facilitate easy understanding by other administrators. The research revealed that the bank only used a few accounting stages, including transaction analysis, original evidence collection, journal entry recording, ledger recording, and financial reporting. This simplified process was due to the bank's small scale, which did not require a balance sheet, adjusting journal entries, and a trial balance. The implication of the research is that small-scale banks can adopt simplified accounting procedures to reduce operational complexity and costs.

Highlights:

  1. Bank Sampah Cangkringan Berseri did not take a profit-sharing approach but instead took the difference between the selling price to collectors.

  2. The research revealed that the bank only used a few accounting stages, including transaction analysis, original evidence collection, journal entry recording, ledger recording, and financial reporting. This simplified process was due to the bank's small scale, which did not require a balance sheet, adjusting journal entries, and a trial balance.

  3. The implication of the research is that small-scale banks can adopt simplified accounting procedures to reduce operational complexity and costs.

Pendahuluan

Secara khusus Siklus akuntansi didefinisikan sebagai perulangan kegiatan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mencatat semua aktivitas akuntansi dalam suatu perusahaan. Siklus proses akuntansi ini terjadi dalam kurun waktu satu tahun. Sementara itu, kami telah mencatat aktivitas akuntansi semua perusahaan dengan menggunakan semua prinsip, aturan, metode, dan teknik akuntansi. Siklus ini biasanya dimulai dengan sebuah buku di awal tahun dan diakhiri dengar jurnal penutup. Kegiatan pembukuan ini berlangsung terus menerus dan berulang-ulang selama perusahaan tetap aktif. Ini membuat kegiatan menjadi sebuah siklus. Keberadaan siklus ini mempermudah owner perusahaan menganalisa posisi keuangan perusahaan [1].

Identifikasi setiap transaksi merupakan tahap pertama dari siklus akuntansi. Akuntan perlu melakukan aktivitas identifikasi dengan baik dengan mencatat semua kegiatan yang terjadi. Transaksi akuntansi yang tercatat adalah transaksi yang berdampak nyata terhadap berubahnya posisi keuagan perusahaan dan dievaluasi secara obyektif. Transaksi yang terjadi juga membutuhkan bukti untuk melakukan identifikasi [2].

Transaksi keuangan membutuhkan bukti transaksi, yaitu bukti yang konkret atau nyata untuk pencatatan transaksi yang dilakukan bank sampah, biasanya berupa kwitansi, nota ataupun bukti lainnya untuk memilah-milah transaksi sebagai bukti kas keluar atau kas masuk, setelah bukti transaksi dinalisis selanjutnya ditentukan masuk dalam kolom Debet atau Kredit dari transaksi tersebut disesuaikan dalam transaksi pendapatan, modal, utang ataupun beban. Yang terakhir menentukan berapa jumlah yang harus dibedet atau dikreditkan [3].

Begitu pentingnya pencatatan semua transaksi keuangan mengharuskan semua perusahaan memiliki siklus akuntansi, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan jasa. Begitu juga bank sampah sebagai salah satu perusahaan jasa yang harus memiliki siklus akuntansi karena memiliki transaksi keuangan didalamnya. sejak Desember 2014, data komunal menunjukan bahwa secara nasional jumlah banksampah mencapai 2.800 unit skala nasional dan terus mengalami peningkatan tiap tahunnya hingga mencapai 3.900 unit pada akhir 2015. Penambahan berlanjut, dengan 4.280 unit pada tahun 2016, 5.244 unit pada tahun 2017, dan 8.036 bank sampah di seluruh Indonesia pada tahun 2018, hampir 800% dari total selama empat tahun terakhir. Pertumbuhan ini diharapkan dapat membantu mengendalikan tumpukan sampah terbesar yang berasal dari rumah. Haruki Agustina, Kepala Bidang Pemulihan Polusi dan Tanggap Darurat Limbah B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menjelaskan 62% sampah adalah sampah rumahan. “Maka harus ada pengelolaan yang baik di rumah tangga,” ujarnya Rabu, 4 Maret 2020, di Gedung Mangalawana Bhakti diskusi bertema "Perempuan pengelola sampah selamatkan bumi" [4].

Di Indonesia, UU 2008 nomor 18 dan PP. Nomor 81 tahun 2012 (PP, 2012) akan dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pengurangan sampah dan pengolahan. Upaya pengurangan sampah dilakukan dengan berperan aktif dimasyarakat sekitar dengan kegiatan pengelolaan 3R (reuse, recycle, reduce). Kegiatan 3R ini diyakini dapat mengurangi sampah sebanyak 15-20% dari total sampah kota dan daerah. Bunyi pasal 5 dalam peraturan pemerintah menyebutkan mekanisme kerja bank sampah adalah memisahkan sampah, menyerahkannya (ke bank sampah), kemudian menimbang dan mencatat hasil penjualannya disetorkan pada buku tabungan, serta pembagian hasil antara penabung dan pelaksana (pengelola bank sampah).

Pencatatan kinerja penjualan merupakan salah satu kegiatan Bank Sampah yang memerlukan standar akuntansi yang sesuai untuk mendukung pembuatan laporan keuangan. Untuk itu diperlukan transparansi pelaporan keuangan untuk meningkatkan kepercayaan nasabah pada bank sampah.

Pada Bank sampah Cangkringan Berseri sebagai obyek penelitian ini, juga peneliti temukan kasus yang sama terkait dengan siklus akuntansi tetapi kasus yang terjadi adalah bahwa Bank sampah Cangkringan Berseri pernah mendapatkan pelatihan pengelolaan berbasis WEB dan mobile tetapi saat ini Bank Sampah Cangkringan tetap memakai pembukuan manual.

Bank Sampah Cangkringan Berseri merupakan salah satu banksampah yang berada di Desa Cangkringsari di RW. 3 Kab.Sidoarjo, Jawa Timur, Kecamatan Skodono. Bank sampah tersebut menampung 66 keluarga dari 125 Kepala Keluarga di RW. 3. Pada umumnya pengelola bank sampah adalah anggota PKK dan pemuda Karang Taruna. Pekerjaan pengumpulan dan penimbangan dilakukan sebulan sekali. Timbulan sampah bisa mencapai 2 m3 per bulan.

Selain temuan kasus diatas, juga pengalaman peneliti sendiri sewaktu mengikuti program pengabdian masyarakat (KKN) sebagai syarat kependidikan yang terjun langsung pada bank sampah. Dari banyak penelitian tentang bank sampah ratarata hasil penelitiannya masih mengenai tentang dampak adanya bank sampah pada kehidupan sosial masyarakat sekitarnya.

Novelty penelitian ini yaitu pada objek penelitian. Penelitian ini meneliti siklus akuntansi pada Bank Sampah Cangkringan Berseri berada di Ds. Cangkringsari RW 3. Kab.Sidoarjo, Jawa Timur, Kecamatan Sukodono. Selama ini belum ada penelitian mengenai bank sampah yang dilakukan di Bank Sampah Cangkringan Berseri berada di Ds. Cangkringsari RW 3. Kab.Sidoarjo, Jawa Timur, Kecamatan Sukodono. Selain itu penelitian ini berfokus pada siklus akuntansi pada Bank Sampah Cangkringan Berseri berada di Ds. Cangkringsari RW 3. Kab.Sidoarjo, Jawa Timur, Kecamatan Sukodono. Sedangkan penelitian sebelumnya belum banyak yang meneliti mengenai siklus akuntansi pada bank sampah.

Penelitian ini mereplikasi penelitian dari [5] . Judul penelitian yang dilakukan yaitu “Perancangan Sistem Siklus Akuntansi pada Bank Sampah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siklus akuntansi bank sampah di Indonesia memiliki perbedaan masing-masing dan belum memiliki suatu pedoman baku, perbedaan dengan penelitian sekarang adalah obyek penelitian yang fokus pada satu Bank Sampah Cangkringan Berseri.

Berdasarkan dari hasil penelitian dan kasus yang peneliti temukan inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk mengambil lokasi penelitian di Bank Sampah Cangkringan Berseri berada di Ds. Cangkringsari RW 3. Kab.Sidoarjo, Jawa Timur, Kecamatan Sukodono. pada kasus ini peneliti ingin meneliti tentang siklus akuntansi, dimana pencatatan transaksi yang dibukukan dengan benar akan meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap Bank Sampah Cangkringan Berseri sendiri. Maka dari itu peneliti mengambil judul penelitian “Analisa Siklus Akuntansi pada Bank Sampah Untuk Mengetahui Alur Akuntansi YangDiterapkan (Studi Pada Bank Sampah Cangkringan Berseri, Desa Cangkringsari RW. 3, Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo)”.

Dari latarbelakang masalah yang ada maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Siklus Akuntansi pada Bank Sampah Cangkringan Berseri, Desa Cangkringsari RW. 3, Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo?”

Metode Penelitian

Pendekatan Penelitian

Metode penelitian kualitatif sering disebut sebagai metode penelitian naturalistik. Disebut juga metode etnografi karena penelitian dilakukan dalam kondisi alamiah (natural environment). Penelitian kualitatif ini dapat digunakan untuk kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsional organisi peristiwa tertentu pergerakan-pergerakan sosial, dan hubungan kekerabatan dalam keluarga [6].

Secara umum penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami dunia, makna yang disimbolkan dalam perilaku masyarakat, menurut persfektif masyarakat itu sendiri. Penelitian kualitatif adalah salah satu metode untuk mendapatkan kebenaran dan tergolong sebagai penelitian ilmiah yang dibangun atas dasar teori-teori yang berkembang dari penelitian dan terkontrol atas dasar empirik, dalam penelitian kualitatif tidak hanya menyajikan data apa adanya melainkan juga berusaha menginterprestasikan kolerasi sebagai faktor yang ada yang sedang berlaku atau sedang berlangsung [7].

Prosedur utamanya menggunakan sampling purposeful (untuk memilih kasus yang dianggap penting), yang kemudian dilanjutkan dengan analisis holistik atas kasus tersebut melalui deskripsi detail atas pola-pola, konteks dan setting dimana kasus itu terjadi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan “Studi Kasus” sebagaimana definisinya, maka peneliti merasa pendekatan inilah yang tepat digunakan dalam penelitian ini.

Lokasi Penelitian

Sebagaimana disebutkan pada Bab 1, penelitian bertempat di Bank Sampah Cangkringan Berseri di Desa Cangkringsari, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Bank sampah ini melayani 66 KK dari 125 di RW 3. Rata-rata pengurus bank sampah adalah pengurus PKK dan Karang Taruna. Pekerjaan pengumpulan dan penimbangan sampah dilakukan sebulan sekali. Jumlah sampah yang dihasilkan bisa mencapai 2 m3. Sampah dikategorikan secara manual dan dicatat dalam buku tabungan dan bagian administrasi.

Fokus Penelitian

Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami dunia, makna yang disimbolkan dalam perilaku masyarakat, menurut persfektif masyarakat itu sendiri. Pemahaman ini belum ditentukan sebelumnya, tetapi didapat dengan menganalisis realitas kejadian dalam penelitian yang dijadikan fokus dalam penelitian, kemudian disimpulkan dalam bentuk pemahaman secara umum tentang fakta-fakta tersebut (Hermawan & Amirullah, 2016).

Fokus kajian adalah menentukan konsentrasi sebagai pedoman arah kajian untuk mengumpulkan dan mencari informasi, serta memandu pembahasan atau analisis sehingga kajian tersebut benar-benar mencapai hasil yang diinginkan. Selain itu, fokus penelitian juga merupakan batasan ruang dalam pengembangan penelitian, sehingga penelitian yang dilakukan karena ketidakpastian dalam proses pembahasan tidak disia-siakan. Oleh karena itu, fokus penelitian ini bukan pada masalah selain akuntansi atau pembukuan, tetapi pada siklus akuntansi Bank Sampah Cangkringan Berseri di Desa Cangkringsari Kecamatan Sukodono Kecamatan Sidoarjo.

Rancangan Penelitian

Menurut (Moleong, 2019), desain/rancangan studi diartikan sebagai upaya membuat rancangan dan memetakan segala kemungkinan yang terjadi dan atribut yang dibutuhkan untuk sebuah studi kualitatif, meliputi beberapa tahapan.

Persiapan yang perlu dilakukan, yakni :

Menyusun Rencana

Tahap ini merupakan tahap penjajakan lapangan, pertama peneliti membuat usulan/proposal penelitian yang telah dikonsultasikan dengan pembimbing dan beberapa dosen lainnya juga sebagian mahasiswa. Membutuhkan waktu kurang lebih sebulan untuk membuat proposal ini.

Memilih Lapangan Penelitian

Pemilihan lapangan dalam penelitian yang penulis lakukan menentukan lokasinya yaitu Bank Sampah Cangkringan Berseri, Kec. Sukodo Kab. Sidoarjo

Menjajaki dan Menilai Lapangan

Penjajakan dan penilaian lapangan untuk mendapatkan gambaran tentang Bank Sampah Cangkringan Berseri

Memilih dan Memanfaatkan Informan

Tahap ini peneliti memilih informan yang merupakan orang yang benarbenar tahu dan terlibat dalam kegiatan di Bank Sampah Cangkringan Berseri dalam hal ini adalah semua pengurus bank sampah. Dimana mereka merupakan sumber informasi dalam pencarian data.

Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Pada bagian ini, peneliti perlu mempersiapkan segala sesuatunya yang menyangkut kebutuhan apasaja yang diperlukan dalam penelitian ini.

Ada tiga tahap bagian:

Pahami latar belakang dan mempersiapan diri

Selain mempersiapkan diri, pemahaman tentang latar belakang penelitian juga penting untuk penentuan metode pengumpulan datanya.

Masuk ke lapangan

Setelah terjun ke lokasi, peneliti berusaha untuk mengakrabkan diri dengan subjek/informan penelitian.

Berpartisipasilah saat pengumpulan data.

Tahapan terakhir merupakan tahapan analisis data yang meliputi analisis dokumen, analisis klasifikasi, analisis komponen, dan analisis tema [10].

Rancangan/desain penelitian kualitatif berbeda dengan desain penelitian kuantitatif, terutama dalam hal metodologi yang membuat desain penelitian kualitatif lebih fleksibel. Meski dalam proposal di mana peneliti memutuskan untuk menggunakan metode tertentu, poin pendekatan mungkin masih berubah seiring dengan kemajuan penelitian. Artinya, jika peneliti terjun ke lapangan dengan desain yang direncanakan dan ternyata tidak memenuhi syarat-syarat yang diminati atau tidak terkait dengan situasi yang diteliti, peneliti akan mencari desain baru. Anda perlu memodifikasinya dengan membuat rumus atau melengkapi desain yang sudah ada. Asumsi utama penelitian kualitatif adalah sebagai berikut [11] :

  1. Peneliti fokus pada prosesnya
  2. Harap perhatikan arti dari sesuatu
  3. Peneliti adalah sarana utama
  4. Dengan survei lapangan
  5. Bersifat deskriptif dan perhatian harus diberikan pada proses, makna, verbal dan pemahaman gambar.
  6. fleksibel

Rancangan penelitian kualitatif merupakan suatu proses yang detail dan konkrit tentang bagaimana memperoleh, menganalisis, dan menginterpretasikan data, dengan penekanan terhadap proses kerja secara langsung berkaitan dengan bermacam problem yang terjadi di masyarakat [12].

Penentuan Informan Kunci

Untuk mempermudah penulis dalam menganalisis hasil penelitian, maka narasumber yang di wawancarai yaitu narasumber yang dapat memberikan informasi yang relevan dalam penelitian ini. Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat beberapa informan diantaranya Kepala Desa, Bendahara Desa/ Kaur Keuangan, Dan Ketua BPD pada Desa Ngampelsari Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo, selain itu peneliti juga melibatkan pihak lain yang diluar Desa Ngampelsari Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo yaitu Dosen Akuntansi FBHIS UMSIDA yang mengampuh mata kuliah Akuntansi Desa, Kecamatan, dan BUMDes dikarenakan untuk memperkuat hasil wawancara yang telah di lakukan oleh peneliti.

No. Keterangan Informan Jabatan
1. Pihak Bank Sampah Cangkringan Berseri Ibu Sri Puji Wulandari Ketua Bank Sampah Cangkringan Berseri
2. Ibu Eni Nasabah Bank Sampah Cangkringan Berseri
3. Ibu Fatmawati bendahara Bank Sampah Cangkringan Berseri
Table 1. Key Informan

Uji Validasi/Keabsahan Data

Sebagaimana diketahui dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri adalah alat utama [13]. Oleh karena itu, kualitas penelitian kualitatif sangat bergantung pada kualitas peneliti itu sendiri, termasuk pengalaman melakukan penelitian yang sangat berharga. Semakin banyak pengalaman penelitian yang di miliki, semakin sensitif untuk memahami gejala dan fenomena yang di pelajari. Namun, sebagai manusia, sulit bagi peneliti untuk menghindari prasangka dan subjektivitas. Oleh karena itu, tugas peneliti adalah mengurangi bias semaksimal mungkin untuk mendapatkan kebenaran yang seutuhnya.

Dalam penelitian kualitatif, validitas data sangat penting karena peneliti harus mampu mengungkap kebenaran yang obyektif. Tujuannya untuk mengukur reliabilitas penelitian kualitatif agar dapat dijelaskan secara ilmiah. Validitas data dalam penelitian ini diukur dengan triangulasi. Triangulasi merupakan suatu metode pengumpulan data yang menggabungkan berbagai metode dan merangkum data yang didapat [14]. Uji validitas data dalam penelitian kualitatif menggunakan triangulasi lebih meningkatkan kekuatan data jika dibandingkan dengan satu pendekatan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik validitas data dengan menggunakan teknik triangulasi. Dalam metode triangulasi, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda untuk mengambil data dari sumber yang sama. Metode pengumpulan data yang dimaksud berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama [15].

Wawancara

Dalam metode ini, peneliti melakukan percakapan lisan dengan tujuan mengumpulkan data penelitian. Yang diwawancarai adalah Bendahara dan Sekretaris/ administrasi Bank Sampah Cangkringan Berseri RW. 3 Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo,. Selain itu peneliti mencatat atau merekam tanggapan responden sebagai data penelitian.

Pengamatan/Observasi

Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data yang peneliti amati secara visual sehingga efektifitas data sangat bergantung pada kemampuan pengamat. Oleh karena itu, peneliti baik mengamati secara cermat atau terlibat langsung dalam kegiatan yang dilakukan narasumber Bank Sampah Cangkringan Berseri untuk mengumpulkan data melalui observasi langsung.

Dokumentasi

Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data berupa catatan penting yang berkaitan dengan masalah penelitian. Hasilnya lengkap, valid, dan tidak berdasarkan estimasi. Penggunaan teknik triangulasi ini dilakukan untuk memastikan bahwa data yang diperoleh dari sumber data utama, penyedia informasi, lebih efektif, konsisten, lengkap dan terpercaya, yang dilakukan di Bank Sampah Cangkringan Berseri, Desa Cangkringsari. Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo tentang siklus akuntansi.

Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses pengorganisasian urutan data dan mengorganisirnya ke dalam unit pola, kategori, dan penjelasan sehingga dapat menemukan tema dan membuat hipotesis seperti yang disarankan data. Dalam penelitian ini, metode yang dikemukakan oleh [16] digunakan untuk secara kontinyu menganalisis data baik yang masuk maupun keluar lapangan dari awal hingga akhir penelitian.

  1. Pengumpulan data (Collecting) merupakan tahapan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dimana peneliti menjadi alat utama pengumpulan data. Semakin lama peneliti menghabiskan waktu di lapangan, semakin banyak data yang di dapatkan dan semakin besar perubahannya. Beberapa data dapat diamati dan sebagian tidak dapat diamati, seperti emosi dan hati.
  2. Reduksi data, yaitu memilih dan fokus pada data penting dan meringkas data utama. Reduksi data merangkum laporan lapangan, memilih yang utama, berfokus pada apa yang penting, dan mencari tema atau pola. Oleh karena itu, laporan lapangan sebagai bahan baku dihilangkan, dikurangi, ditempatkan dalam sistem yang aman, dan lebih mudah untuk dikelola. Data yang berkurang memberikan gambaran pengamatan yang lebih jelas. Ini juga memudahkan peneliti untuk mengambil data yang di dapatkan saat mereka membutuhkannya. Reduksi data juga berguna untuk pengkodean aspek tertentu.
  3. Data Penyajian (Display Data ) menurut [17] menyebutkan bahwa yang sering digunakan dalam menyajikan data pada penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Agar peneliti tidak tenggelam oleh kumpulan data oleh karena itu agar dapat melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dalam penelitian itu, harus diusahakan membuat alat ukur yaitu pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman dokumentasi.

Klasifikasi data (menggambar dan menjelaskan kesimpulan) Sejak awal, peneliti berusaha mencari makna dari data yang mereka kumpulkan. Untuk itu peneliti mencari tema, pola hubungan, kesamaan, hal biasa, dan lainnya. Oleh karena itu, data yang diperoleh dari awal dicoba menarik kesimpulan. Pada awalnya, kesimpulan masih sangat kabur dan mencurigakan, tetapi seiring dengan bertambahnya data, kesimpulan menjadi lebih lengkap, jadi harus selalu memvalidasi kesimpulan selama penelitian sampai tercapai kesimpulan akhir.

Hasil dan Pembahasan

Hasil

Data Penelitian

Berdasarkan peraturan pemerintah no 81. Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle pada Bank Sampah, melalui PP tersebut telah disebutkan dalam pasal 5 bahwa :

“Mekanisme kerja Bank Sampah meliputi, pemilahan sampah, penyerahan sampah ke Bank Sampah, penimbangan sampah, pencatatan hasil penjualan sampah yang diserahkan dimasukkan ke dalam buku tabungan dan bagi hasil penjualan sampah antara penabung dan pelaksana”.

Berdasarkan peraturan pemerintah dapat diketahui mekanisme kerja Bank Sampah harus dilakukan pencatatan saat terjadi transaksi. Kemudian hasil penjualan sampah dibagi hasil untuk nasabah dan petugas Bank Sampah tetapi beda dengan Bank Sampah Cangkringan Berseri seperti yang disampaikan Ibu Sri Puji Wulandari sebagai Ketua Bank Sampah Cangkringan Berseri pada wawancara hari minggu 31 Januari 2021 :

“Setiap transaksi yang ada dicatat kebuku harian. Transaksinya bisa berupa yang menambah kas dimasukkan ke debet sedangkan yang mengurangi kas dimasukkan ke kredit. Seperti yang sudah tertera di laporan buku harian Bank Sampah. Kemudian untuk hasil penjualan sudah ditetapkan bahwa 100% akan dimasukkan ke tabungan nasabah dan untuk dana operasional Bank Sampah diambilkan dari laba dari penjualan (Ibu Sri Puji W., 31 January 2021)”

Berdasarkan informasi dari Ibu Sri Puji tersebut seluruh operasional yang dilakukan Bank Sampah Cangkringan Berseri tidak mengikuti aturan yang ada dikarenakan pengurus tidak menginginkan nasabah merasa dirugikan. Bank Sampah telah memiliki tabel harga pembelian sesuai jenis barang yang telah disetujui oleh nasabah. Hal ini untuk mempermudah perhitungan jumlah tabungan nasabah yang harus dicatat.

Siklus Akuntansi Bank Sampah Cangkringan Berseri

Pada Bank Sampah Cangkringan Berseri telah melakukan analisis transaksi seperti yang telah disampaikan oleh ibu Sri Puji W. Selaku ketua Bank Sampah Cangkringan Berseri pada hari senin 1 February 2021, dalam wawancara tersebut beliau menuturkan :

“Petugas bendahara maupun administrasi biasanya sebelum mencatat atau menulis dalam buku harian, transaksi tersebut dilihat dahulu apakah ini mengurangi kas atau tidak. Jika transaksi tersebut mengurangi kas maka akan dimasukkan ke bagian kredit, sedangkan jika transaksi tersebut menambah kas maka akan dicatat ke bagian debet” (wawancara Ibu Sri Puji W., Senin 1 February 2021)

Seperti yang disampaikan oleh ibu Fatmawati selaku bendahara yang biasanya mencatat transaksi menjelaskan misalkan pembelian karung goni/sak yang digunakan untuk mengepak barang sebesar Rp. 30.000, maka transaksi ini di masukkan dalam kolom kredit dengan keterangan pembelian sak karena telah mengurangi kas. Contoh lain misalnya transaksi hasil penjualan jelantah Rp. 480.000, maka transaksi tersebut dicatat dalam kolom debet dengan keterangan hasil penjualan jelantah, karena telah menambah kas pada Bank Sampah.

Selain itu ibu Fatmawati juga menuturkan bahwa Bank Sampah Cangkringan Berseri juga memiliki transaksi lain selain penjualan dan pembelian, yaitu peminjaman, berikut hasil wawancara dengan beliau :

“Bank Sampah Cangkringan Berseri juga memiliki transaksi pinjaman, pinjaman diberikan kepada nasabah bilamana ada yang membutuhkan, pinjaman dicatat dalam kolom pengeluaran atau kredit dan dikurangkan dalam buku tabungan nasabah (wawancara Ibu Fatmawati, senin 1 February 2021)”

Hal ini dibenarkan oleh Ibu Eni selaku nasabah Bank Sampah Cangkringan Berseri bahwasanya nasabah bisa mengajukan pinjaman pada Bank Sampah jika membutuhkan dan akan dikurangkan pada buku tabungan nasabah yang dibagikan setiap menjelang lebaran.

Analisis Transaksi

Sebagaimana disebutkan diatas transaksi yang terjadi biasanya dibuktikan dengan adanya dokumen, suatu transaksi baru dikatakan sah atau benar apabila didukung oleh bukti-bukti yang sah. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Fatmawati selaku bendahara pada Senin, 1 February 2021. Beliau menuturkan bahwa :

“setiap transaksi yang ada pada Bank Sampah Cangkringan Berseri harus memiliki bukti transaksi dan itu juga disaksikan langsung oleh pengurus zona. Saya sendirilah yang mengumpulkan bukti transaksi atau membuat sendiri bukti transaksi (wawancara Ibu Fatmawati, 1 February 2021)”

Pengumpulan Bukti Asli

Bukti transaksi yang dikumpulkan oleh Ibu Fatmawati adalah bukti-bukti pembayaran listrik, pembelian timbangan, hasil penjualan dan biaya perbaikan. Selain itu ada juga bukti transaksi yang dibuat sendiri oleh petugas yaitu peminjaman uang oleh nasabah, pembelian atau penyetoran barang-barang nasabah, tanda terima dibuat rangkap dua, satu untuk nasabah dan yang satu lagi untuk bendahara. Penuturan Ibu Fatmawati dibenarkan oleh Bapak Syamsi selaku nasabah, beliau menuturkan bahwa :

“pas waktu nabung, sampah sudah dipilah terlebih dahulu, kemudian ditimbang dan dicatat berat sampah yang disetorkan. Selain itu kami diberi tanda terima yang satu kami simpan yang satu dibawa petugas (wawancara Bpk. Syamsi, selasa 2 February 2021)”

Pencatatan Dalam Buku Harian (Jurnal)

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Fatmawati selaku bendahara pada Rabu,3 February 2021 setiap harinya jika ada transaksi serta bukti yang sah maka selalu dicatat kedalam buku harian (jurnal). Setiap zona memiliki buku harian tersendiri sesuai dengan transaksi yang terjadi pada zona masing-masing. Kemudian penanggung jawab zona melaporkannya kepada bendahara. Hal ini dibenarkan oleh Ibu Eni Penanggunjawab Zona 2 pada rabu, 13 February 2021, menyatakan :

“setiap zona memiliki buku harian masing-masing, semua transaksi dicatat dalam buku harian, hasil dari transaksi tersebut dilaporkan kepada bendahara untuk dicatat dalam buku harian Bank Sampah” (wawancara, Ibu Eni : Rabu, 13 February 2021)

Pencatatan Buku Besar

Buku harian pada Bank Sampah Cangkringan Berseri memiliki 6 kolom, yang pertama kolom nomor urut, tanggal, uraian, masuk/debet, keluar/kredit dan terakhir kolom jumlah. Pada saat itu Bu Fatmawati menunjukkan buku harian keuangan Bank Sampah seperti apa, serta menjelaskan bagaimana pencatatan transaksi setiap harinya. Beliau menerangkan bahwa dikolom nomor nantinya diisi no urut, kolom tanggal diisi tanggal transaksi, kolom uraian diisi akun transaksi berdasarkan akun-akun yang telah ditentukan, seperti pembayaran listrik, pembelian bolpen, pembelian sak, modal berjalan zona, hasil penjualan, peminjaman oleh nasabah dan lain-lain. Sedangkan kolom keluar atau masuk diisi untuk memisahkan akun mana yang mengurangi atau menambah saldo yang ada pada kas Bank Sampah. Kolom saldo/jumlah berisi jumlah uang yang dibawa oleh Bank Sampah.

No TGL Uraian Masuk Keluar Jumlah
... ... ... ... ... ...
7/8/2019 Hasil penjualan 914.300 3.296.050
7/8/2019 Tarik tunai 54.000 3.242.050
... ... ... ... ... ...
Table 2. Contoh Transaksi Yang Mengurangi Saldo Kas
No TGL Uraian Masuk Keluar Jumlah
... ... ... ... ... ...
7/10/2019 Hasil jelantah 480.000 3.051.050
7/10/2019 Sisa modal jalan
zona 2 66.000 3.117.050
... ... ... ... ... ...
Table 3. Contoh Transaksi yang menambah saldo kas

Dalam hal ini apa yang disampaikan Ibu Fatmawati tersebut sejalan dengan teori siklus akuntansi tentang pencatatan pada buku harian atau jurnal. Setelah dilakukannya analisis transaksi dan telah diperkuat dengan adanya bukti transaksi, transaksi tersebut baru bisa dicatat ke jurnal dengan nama dan akun yangsesuai dengan transaksinya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Fatmawati bendahara Bank Sampah Cangkringan Berseri pada selasa 2 February 2021, beliau menuturkan bahwa :

“Prosedur pencatatan buku besar pada Bank Sampah Cangkringan Berseri masih sangat sederhana yaitu setelah sampah yang terkumpul telah laku terjual kemudian dicatat dipisahkan berdasarkan jenis sampah seperti kardus, duplex, kaleng, besi plastik dan lain-lain” (wawancara Ibu Fatmawati, selasa 2 February 2021)

Dengan menunjukkan bagaimana penulisannya Ibu Fatmawati menunjukkan dan menjelaskan prosedurnya. Penulisan disesuaikan dengan kolom yang telah dibuat sendiriolehBankSampah Cangkringan Berseri dimana terdapat 6 kolom, diantaranya kolom nomor, tanggal, jenis sampah, berat, harga, jumlah.

No TGL Jenis Sampah Berat Harga Jumlah
... ... ... ... ... ...
15/9/2019 kaleng 61 1500 91.500
bak 32 3.200 102.400
tutup galon 15 5.000 75.000
... ... ... ... ... ...
Table 4. Contoh Pencatatan Hasil Penimbangan Yang Sudah Disesuaikan Jenis Sampah
No TGL Kode Berat Setor Tarik Kode Saldo
Sampah (kg) (Rp) (Rp). Tran
saksi
... ... ... ... ... ... ... ...
31/3/’19 ST 7 14.700
MJ 1 2.100
KS 4 4.400
15/5/’19 92.000 350
... ... ... ... ... ... ... ...
Table 5. Contoh Pencatatan Pada Buku Tabungan Ibu Eni Susanti Salah Satu Nasabah Cangkringan Berseri

Neraca Saldo

Berdasarkan teori yang ada neraca saldo menunjukkan saldo masing-masing perkiraan. Saldo debet dan saldo kredit ini secara total harus sama jumlahnya pada neraca saldo. Neraca saldo adalah dasar untuk penyunsunan laporan keuangan yang dibuat secara periodik. Neraca saldo ini sendiri terbagi menjadi dua, yaitu neraca saldo sebelum disesuaikan (unadjusted trial balance) dan neraca saldo yang telah disesuaikan (adjusted trial balance). Dengan hasil wawancara dengan Ibu Fatmawati bendahara Cangkringan Berseri pada 2 February 2021, beliau menuturkan bahwa:

“pada Bank Sampah Cangkringan Berseri belum memiliki neraca saldo. Setelah dilakukan pencatatan pemisahan jenis sampah dan pencatatan pada buku tabungan nasabah, petugas mencatat hasil penjualan pada hari itu juga ke buku harian (jurnal)” (wawancara Ibu Fatmawati, selasa 2 February 2021.

Penuturan ibu Fatmawati tersebut menjelaskan bahwa Bank Sampah Cangkringan Berseri memang adalah bank yang memiliki skala kecil dan tidak memerlukan adanya neraca saldo. Sehingga siklus akuntansi Bank Sampah hanya terbatas melanjutkan pencatatan buku harian tiap bulannya tanpa dibuatkan neraca saldo.

Jurnal Penyesuaian/ Adjustment

Berdasarkan teori yang ada setelah dilakukannya pencatatan pada neraca saldo kemudian dibuat jurnal penyesuaian, dimana setiap perkiraan yang tampak dalam laporan keuangan haruslah menunjukkan nilai yangseharusnya. Oleh karena itu perlu disusun jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku, yaitu setelah neraca saldo telah disusun. Dari hasil wawancara dengan bendahara Cangkringan Berseri yaitu Ibu Fatmawati pada 2 February 2021, beliau menuturkan bahwa :

“untuk saat ini Bank Sampah Cangkringan Berseri tidak memerlukan adanya jurnal penyesuaian, sehingga dari pihak bendahara sendiri tidak membuat jurnal penyesuaian” (wawancara Ibu Fatmawati, selasa 2 February 2021).

Penjelasan Ibu Fatmawati tersebut menjelaskan bahwa siklus akuntansi Bank Sampah Cangkringan Berseri tidak sampai membuat jurnal penyesuaian. Siklus akuntansinya hanya sampai buku besar itupun dengan prosedur yang dibuat sendiri, seperti yang telah dijelaskan dalam wawancara sebelumnya.

Neraca Lajur/ Worksheet

Berdasarkan teori yang ada jika setelah jurnal penyesuaian dibuat selankjutnya dibuat neraca lajur. Neraca lajur (worksheet) adalah kertas berkolom yang digunakan sebagai kertas dalam penyusunan laporan keuangan. Penggunaan neraca lajur dapat mengurangi kesalahan yang terselip salah satu ayat jurnal penyesuaian yang harus dilakukan. Berdasarkan pada penuturan Ibu Fatmawati, Bank Sampah Cangkringan Berseri tidak membuat neraca lajur. Siklus akuntansi dari Bank Sampah yang sesuai dengan teori hanya sampai pada buku besar saja. Setelah dilakukan pencatatan buku besar Bank Sampah langsung melakukan pelaporan tiap bulannya dengan melaporkan jumlah saldo yang tercatat apakah sesuai dengan jumlah yang ada.

Laporan Keuangan

Menurut teori yang ada, pada tahap akhir siklus akuntansi adalah laporan keungan. Dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah proses yang digunakan sebagai media untuk berkomunikasi tentang informasi antara data keuangan atau transaksi keuangan dalam perusahaan kepada pemakainya sebagai salah satu bahan dalam pengambilan keputusan.

Dari hasil wawancara Ibu Sri Puji W. Ketua Cangkringan Berseri, pada selasa 2 February 2021, beliau menuturkan bahwa :

“setiap bulan didesa cangkringan diadakan pertemuan rutin. Biasanya pada rapat rutin inilah petugas-petugas Bank Sampah melakukan pelaporan dengan membacakan secara rinci pencatatan atau pembukuan selama satu bulan terakhir. Hal ini untuk memantau apakah jumlah saldo yang tercatat pada buku dengan jumlah uang yang ada sudah sama jumlahnya. Selain itu juga untuk memantau setiap transaksi yang ada apakah memang terjadi yang didukung oleh bukti transaksi yang terkumpul” (wawancara Ibu Sri Puji W., selasa 2 February 2021)

Dari wawancara tersebut menjelaskan bahwa Bank Sampah setiap bulannya memang melakukan yang namanya pelaporan keuangan. Namun prosedur yang dilakukan hanyalah dengan membacakan jumlah yang tercatat dan jumlah uang yang dibawa. Bank Sampah tidak melakukan pelaporan dengan membuat neraca saldo, jurnal penyesuaian, maupun neraca lajur terlebih dahulu. Hal ini dipertegas lagi oleh bendahara Cangkringan Berseri Ibu Fatmawati pada wawancara sebelumnya, bahwa :

“Bank Sampah tidak sampai membuat neraca lajur, setelah dilakukan pencatatan kemasing-masing jenis sampah dan kebuku tabungan nasabah, petugas melakukan pelaporan tiap bulannya dengan melaporkan jumlah saldo yang tercatat apakah sesuai dengan jumlah uang yang ada” (wawancara Ibu Fatmawati, selasa 2 February 2021)

Pembahasan

Berdasarkan dari tujuan penelitian yang dilakukan yaitu untuk mengetahui siklus akuntansi yang diterapkan pada Bank Sampah Cangkringan Berseri dari mulai pencatatan sampai pembuatan laporan keuangan, hal tersebut telah terjawab dengan hasil penelitian yang ada, bahwasanya ada beberapa siklus yang sesuai dengan aturan SAK dan ada juga yang belum. Sebagaimana pembahasan berikut ini :

Analisis Transaksi

Menurut teori PAPI , analisis transaksi merupakan tahapan awal yang harus dilakukan sebelum melakukan pencatatan. Ada 3 hal yang harus dilakukan dalam analisis transaksi yaitu : mengidentifikasi apakah transaksi tersebut merupakan transaksi keuangan. Transaksi dikategorikan dalam transaksi keuangan jika transaksi tersebut mempengaruhi posisi aset, hutang, dan modal. Kemudian perkiraan apa yang dipengaruhi, bertambah atau berkurang, didebet atau dikredit, selanjutnya berapa besar nilai yang akan dicatat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Ibu Sri Puji yang menyampaikan bahwa setiap transaksi yang ada sebelum dicatat, terlebih dahulu dilihat apakah transaksi tersebut mengurangi atau menambah kas, jika menambah pencatatanya di kolom debet/masuk dan jika mengurangi di kolom kredit/keluar, pernyataan ini di iyakan oleh Ibu Fatmawati selaku bendahara. Berdasarkan teori dan hasil wawancara dengan Ibu Sri Puji W. dan Ibu Fatmawati, peneliti menyimpulkan bahwa Bank Sampah Cangkringan Berseri telah melakukan analisis transaksi sesuai dengan teori akuntansi yang ada dan dibuktikan dengan hasil wawancara yang sama dari kedua informan.

Bukti Asli

Berdasarkan teori standart akuntansi transaksi yang terjadi biasanya dibuktikan dengan adanya dokumen. Suatu transaksi baru dikatakan sah atau benar apabila didukung oleh bukti-bukti yang sah. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti bersama Ibu Fatmawati selaku bendahara, beliau sendiri yang mengumpulkan bukti transaksi dan beliau juga yang membuat bukti transaksi. Hal ini dibenarkan oleh Bapak Syamsi selaku nasabah Bank Sampah Cangkringan Berseri yang menyatakan bahwa, bukti kalau sudah menyetor adalah nota rangkap 2, satu untuk nasabah dan yang lain untuk petugas. Berdasarkan teori bukti transaksi yang dipakai, peneliti menyimpulkan dari hasil wawancara dengan dua informan bahwa Bank Sampah Cangkringan Berseri telah melakukan siklus akuntansi pada tahap pengumpulan bukti transaksi sesuai dengan teori akuntansi yang ada.

Pencatatan Dalam Buku Harian (Jurnal)

Jurnal adalah pencatatan atas transaksi-transaksi keuangan yang dilaksanakan setiap hari yang merupakan proses pencatatan pertama dalam siklus akuntansi setelah analisis transaksi sebagai dasar untuk memposting transaksi kedalam buku besar. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Fatmawati, beliau menuturkan bahwa setiap transaksi yang memiliki bukti yang sah akan dicatat oleh penanggungjawab zona juga bendahara pada buku harian. Ibu Fatmawati juga menjelaskan bagaimana prosedur pencatatanya yangmana form pada buku harian dibuat sendiri oleh petugas. Dari teori standart akuntansi yang dipakai oleh peneliti dengan hasil wawancara bersama 2 informan yang memiliki pernyataan yang sama. Maka dapat disimpulkan bahwa Bank Sampah Cangkringan Berseri telah melakukan siklus akuntansi pada tahap pencatatan pada buku harian, namun pencatatannya dengan menggunakan form yang dibuat sendiri oleh petugas.

Pencatatan Buku Besar ( Ledger )

Berdasarkan teori yang dipakai oleh PAPI (2008), dalam pencatatan buku besar yang dimaksudkan dengan posting di sini adalah membukukan dengan cara memindahbukukan dari jurnal ke dalam perkiraan masing-masing yang relevan di buku besar. Kalau dalam jurnal, pencatatan dilakukan setiap hari maka posting ke masing-masing perkiraan dilakukan secara periodik, misalnya satu bulan. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Fatmawati, bendahara Cangkringan Berseri, beliau menuturkan bahwa prosedur pencatatan buku besar pada Bank Sampah Cangkringan Berseri masih sangat sederhana yaitu setelah sampah yang terkumpul telah laku terjual kemudian dicatat dipisahkan berdasarkan jenis sampah seperti botol, kardus, plastik, bak, kertas dan lain-lain. Begitupun penulisannya disesuaikan dengan form yang telah dibuat sendiri oleh pihak Bank Sampah Cangkringan Berseri. Berdasarkan teori standard akuntansi yang dipakai peneliti dan hasil wawancara dengan bendahara Cangkringan Berseri sebagai informan maka dapat disimpulkan bahwa Bank Sampah Cangkringan Berseri melakukan siklus akuntansi pada tahap pencatatan buku besar berdasarkan ketentuan yang dibuat sendiri.

Neraca Saldo

Menurut teori yang dipakai oleh peneliti yaitu PAPI, Neraca saldo menunjukkan saldo masing-masing perkiraan. Saldo debet dan saldo kredit ini secara total harus sama jumlahnya pada neraca saldo. Neraca saldo merupakan dasar untuk penyusunan laporan keuangan yang dibuat secara periodik. Neraca saldo ini sendiri terbagi menjadi dua, yaitu neraca saldo sebelum disesuaikan (unadjusted trial balance) dan neraca saldo yang telah disesuaikan (adjusted trial balance). Berdasarkan wawancara dengan ibu Fatmawati selaku bendahara Cangkringan Berseri, beliau menjelaskan bahwa Bank Sampah Cangkringan Berseri adalah bank dengan skala kecil dan tidak memerlukan adanya neraca saldo. Sehingga siklus akuntansi Bank Sampah Cangkringan Berseri hanya sebatas melanjutkan pencatatan buku harian tiap bulannya tanpa dibuatkan neraca saldo. Berdasarkan teori yang dipakai dan juga pernyataan informan maka dapat peneliti simpulkan bahwa ada siklus akuntansi yang tidak dilakukan oleh Bank Sampah Cangkringan Berseri yaitu pembuatan necara saldo, dikarenakan Bank Sampah Cangkringan Berseri hanyalah bank dengan skala kecil sehingga tidak memerlukan neraca saldo.

Adjusment/Jurnal Penyesuaian

Dari teori PAPI, setelah dilakukan pencatatan pada neraca saldo selanjutnya dibuat sebuah jurnal penyesuaian. Dimana setiap perkiraan yang tampak dalam laporan keuangan haruslah menunjukkan nilai yang seharusnya, oleh karena itu perlu disusun jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku, yaitu setelah neraca saldo selesai disusun. Berdasarkan wawancara dengan ibu bendahara yaitu ibu Fatmawati, dituturkan bahwa siklus akuntansi Bank Sampah tidak sampai membuat jurnal penyesuaian. Siklus akuntansinya hanya sampai buku besar, itupun dengan prosedur yang dibuat sendiri, sebagaimana telah dijelaskan pada wawancara sebelumnya. Berdasarkan teori dan juga wawancara yang dilakukan pada informan, maka peneliti menyimpulkan bahwa Bank Sampah Cangkringan Berseri tidak melakukan siklus akuntansi pada tahap pembuatan jurnal penyesuaian.

Neraca Lajur

Masih didasari oleh teori PAPI , jika telah dibuat jurnal penyesuaian selanjutnya dibuat neraca lajur. Neraca lajur (worksheet), adalah kertas berkolom yang digunakan sebagai kertas dalam penyusunan laporan keuangan. Penggunaan neraca lajur dapat mengurangi kesalahan yang terlupakan dari salah satu ayat jurnal penyesuaian yang harus dilakukan. Sedangkan hasil wawancara dengan ibu bendahara, Cangkringan Berseri tidak membuat neraca lajur. Siklus akuntansi dari Bank Sampah yang sesuai dengan teori hanya sampai pada buku besar saja. Setelah dilakukan pencatatan buku besar Bank Sampah langsung melakukan pelaporan tiap bulannya dengan melaporkan jumlah saldo yang tercatat, apakah sesuai dengan jumlah uang yang ada. Berdasarkan teori yang digunakan oleh peneliti dengan pernyataan informan, maka didapat kesimpulan bahwa terdapat siklus akuntansi yang tidak dilakukan oleh Bank Sampah Cangkringan Berseri yaitu pada tahap necara lajur.

Laporan Keuangan

Berdasarkan teori PAPI, yang dipakai oleh peneliti tahap akhir dari siklus akuntansi adalah laporan keuangan. Laporan keuangan dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah proses yang digunakan sebagai media untuk berkomunikasi tentang informasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan kepada pemakainya sebagai salah satu bahan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Sri Puji w. selaku ketua Bank Sampah Cangkringan Berseri menuturkan bahwa Bank Sampah setiap bulannya memang melakukan yang namanya laporan keuangan. Hal tersebut telah dipertegas oleh bendahara Bank Sampah yaitu ibu Fatmawati dengan hasil wawancara bahwa pelaporan keuangan Bank Sampah Cangkringan Berseri tidak membuat neraca saldo, jurnal penyesuaian maupun neraca lajur. Berdasarkan teori yang dipakai dan dengan hasil wawancara bersama 2 orang informan yang memiliki pernyataan yang sama maka dapat disimpulkan bahwa Bank Sampah Cangkringan Berseri telah melakukan siklus akuntansi pada tahap terakhir yaitu pelaporan keuangan.

Dari keseluruhan teori standart akuntansi yang diterapkan di bank sampah Cangkringan Berseri telah memiliki kesesuaian dengan karakteristik SAK ETAP yaitu :

  1. Stand alone accounting standard (tidak mengacu ke SAK Umum) Bank sampah Cangkringan Berseri tidak pakem menggunakan semua siklus yang seharusnya ada pada alur akuntansi
  2. Mayoritas menggunakan historical cost concepts. Dalam hal ini bank sampah Cangkringan Berseri telah menggunakan harga sesuai dengan harga yang didapat.
  3. Hanya mengatur transaksi yang umum dilakukan Usaha Kecil dan Menengah. Dalam hal ini bank sampah Cangkringan Berseri telah membuat bentuk pembukuan sendiri dan membuat catatan keuangan yang disesuaikan dengan transaksi yang perlukan.
  4. Pengaturan lebih sederhana dibandingkan SAK Umum. Cangkringan Berseri telah membuat pembukuan yang sederhana yang mudah dimengerti oleh pengurus bank sampah Cangkringan Berseri sehingga memudahkan dalam pengerjaan.
  5. Alternatif yang dipilih adalah alternatif yang paling sederhana. Cangkringan Berseri sudah memilih alur akuntansi yang sederhana sehingga mudah dimengerti oleh petugas yang lain
  6. Tidak akan berubah selama beberapa tahun. Bentuk pembukuan yang telah dibuat oleh bank sampah Cangkringan Berseri memang telah dipakai beberapa tahun terakhir sejak ditemukan cara yang sesuai, sederhana dan mudah untuk dimengerti mengingat tidak semua petugas memahami ilmu akuntansi dan akan dipergunakan beberapa tahun kedepan sampai ada perubahan yang diperlukan.

Simpulan

Dari hasil penelitian, analisa data sampai dengan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa hanya ada beberapa siklus saja yaitu dimulai dari tahap analisa transaksi, pengumpulan bukti asli, pencatatan dalam buku harian/jurnal, pencatatan dalam buku besar dan laporan keuangan, penyesuaian penggunaan siklus akuntansi pada setiap usaha telah diatur dalam SAK ETAP. Alasan tidak diterapkannya semua tahapan siklus akuntansi adalah karena Cangkringan Berseri merupakan bank dengan skala kecil, sehingga belum memerlukan neraca saldo, jurnal penyesuaian dan neraca lajur.

Saran

Adapun saran yang dapat di berikan oleh peneliti untuk penelitian dimasa mendatang adalah :

  1. Untuk pengelola Bank Sampah, sebaiknya setiap petugas yang bertanggungjawab pada pembukuan ataupun akuntansi keuangan memiliki keselarasan dalam pencatatan dalam buku harian sehingga akan mempermudah dalam posting pada tahapan siklus selanjutnya, memiliki bentuk kolom-kolom yang pakem dalam pencatatan buku harian.
  2. Untuk pengelola Bank Sampah, seharusnya dalam pengelolaan bank sampah melibatkan anak SMK dari jurusan akuntansi
  3. Untuk pemerintah, mungkin sudah saatnya pemerintah mengedukasi pada semua petugas Bank Sampah tentang pentingnya tertib akuntansi, sehingga semua Bank Sampah memiliki bentuk baku dalam mengelola Bank Sampahnya, selain mendapatkan ilmu juga kemudahan dalam mengelola.
  4. Untuk peneliti lain, menyadari akan keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian ini maka peneliti berharap ada penelitian lain yang bisa memberikan masukan sehingga Bank Sampah bisa berkembang menjadi lebih maju lagi.

References

  1. Ardiansyah, “Tahap-Tahap Dalam Proses (Siklus ) Akuntansi.,” 2014, [Online]. Available: https://www.terraveu.com/proses-siklus-akuntansi/
  2. A. I. Romansyah, “Rancangan Sistem Siklus Akuntansi Pada Bank Sampah.,” J. Akunt. dan Keuang. Islam., 2015.
  3. A. Rijali, “ANALISIS DATA KUALITATIF,” Alhadharah J. Ilmu Dakwah, 2019, doi: 10.18592/alhadharah.v17i33.2374.
  4. D. M. A. Lexy J. Moleong, “Moleong, Lexi J, 2014. ” Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi”. Bandung : Remaja Rosdakarya.,” PT. Remaja Rosda Karya, 2019.
  5. F. A. Huda, “Pengertian Rancangan Penelitian Kuantitatif.,” 2018, [Online]. Available: https://fatkhan.web.id/pengertian-rancangan-penelitian-kualitatif/
  6. J. W. Creswell, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed, Research Design. Jakarta: Pustaka Pelajar., 2017.
  7. L. J. Surjaman, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Revisi, cetakan ketigapuluh delapan, 2018.
  8. L. J. Moleong, Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
  9. L. N. Atik Widiyanti, “Pengelolaan Bank Sampah Cangkring Berseri Desa Cangkringsari Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo Berbasis WEB dan Mobile.,” J. Sci. Soc. Dev., 2019.
  10. M. K. Alfarizi, “Bank Sampah Tumbuh Pesat di Indonesia,” 2020, [Online]. Available: www.tempo.co: https://tekno.tempo.co/read/1316606/bank-sampah-tumbuh-pesat-di-indonesia-ini-datanya
  11. Pendidikanmu.com., “Pengertian Siklus Akuntansi.,” 2021, [Online]. Available: www.pendidikanmu.com:%0A%0Ahttps://pendidikanmu.com/2021/03/tahapan-siklus-akuntansi.html
  12. P. D. L. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2014.
  13. S. dan A. Hermawan, Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Malang: Media Nusa Creative, 2016.
  14. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2018.
  15. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta, 2016.
  16. Sugiyono., Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta., 2015.
  17. Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Cv Alfabeta. 2017.