Management Ethics
DOI: 10.21070/ijler.v19i0.913

Machiavellian Personality, Commitment, and Self-Efficacy: Unraveling Whistleblowing Intentions in Accounting Students


Kepribadian Machiavellian, Komitmen, dan Efikasi Diri: Mengungkap Niat Melakukan Whistleblowing pada Mahasiswa Akuntansi

Universitas Pembangunan "Nasional" Veteran Jawa Timur
Indonesia
Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur
Indonesia
Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur
Indonesia

(*) Corresponding Author

whistleblowing intentions Machiavellian personality commitment professionalism self-efficacy accounting students

Abstract

This study investigates the relationship between commitment professionalism, Machiavellian personality, and whistleblowing intentions among accounting students, while examining self-efficacy as a moderating variable. Conducted on a sample of 200 7th-semester accounting students at Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur, the study employs a quantitative approach, using primary data collected through an online survey. Analysis with WarpPLS 7.0 reveals that high commitment and professionalism in accounting students can foster whistleblowing intentions without requiring high self-efficacy. Similarly, students with high Machiavellian personalities demonstrate whistleblowing motivation, independent of self-efficacy levels. These findings suggest that accounting students possess a heightened awareness of the importance of whistleblowing, which should be further nurtured through education and reinforcement of ethical principles in order to produce graduates with strong moral character and commitment to professional integrity.
Highlights:

  • Personality traits significantly impact whistleblowing intentions.
  • Self-efficacy plays a crucial role in fostering ethical behavior.
  • Enhancing ethical awareness is vital for shaping future accountants.

Keywords: whistleblowing intentions, Machiavellian personality, commitment professionalism, self-efficacy, accounting students.

 

 

Pendahuluan

Perilaku kecurangan akademik masih meresahkan dunia Pendidikan di Indonesia, seperti menyontek dan plagiasi. Perilaku tersebut dikategorikan sebagai fraud atau korupsi yang seolah-olah dianggap sebagai tindakan yang wajar dilakukan [1]. Tindak pidana korupsi menjadi suatu kasus yang perlu untuk ditindaklanjuti di seluruh dunia [2]. Fraud atau kecurangan merupakan sebuah tindakan yang melanggar hukum yang dilakukan secara sengaja oleh individu untuk memperoleh sebuah keuntungan [3].

Pendidikan dapat menjadi suatu pegangan yang mampu mencegah terjadinya korupsi [4]. Perguruan tinggi diharapkan mampu mewujudkan potensi yang dimiliki mahasiswa sebagai bekal di dunia kerjanya. Namun, masih sering ditemukan kecurangan akademik dan memberikan dampak negatif terhadap individunya [5]. Kecurangan akademik merupakan perilaku yang memberikan dampak buruk bagi mahasiswa hanya demi mendapatkan hasil yang memuaskan, sehingga mahasiswa menghiraukan tujuan dari pendidikan [6]. Perilaku kecurangan akademik diantaranya menyalin jawaban teman, titip absen, pemalsuan ijazah [7].

Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan pada 52 mahasiswa akuntansi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur menunjukkan bahwa 75% menyatakan tidak berani melakukan whistleblowing, jika mengetahui ada kecurangan disekitarnya. Mereka memilih diam karena takut terhadap resiko yang akan diterimanya apabila melakukan pengungkapan melalui whistleblowing.

Namun demikian, tindakan whistleblowing sangat penting untuk diterapkan pada setiap instansi ataupun perusahaan, berlakunya whistleblowing dengan efektif dapat membantu mengungkapkan tindakan kecurangan pada bagian keuangan secara illegal [8].

Pada studi sebelumnya ditemukan fakta bahwa whistleblowing intention yang rendah dapat menyebabkan tingginya tingkat kecurangan yang akan terjadi. Untuk itu, dibutuhkan komitmen profesional yang tinggi. Whistleblowing intention dapat tumbuh dengan adanya komitmen profesional dalam diri individu [9]. Untuk menjadi seorang yang berperilaku profesional, dibutuhkan individu yang dapat menjaga etikanya [10]. Komitmen profesional merupakan sikap yang memiliki kecintaan terhadap profesinya, menjaga nama baik instansi, sehingga jika menemukan tindakan kecurangan cenderung memiliki whistleblowing intention.Hal ini didukung oleh penelitian [11] dan [10]. Namun, hasil penelitian tersebut tidak selaras dengan penelitian (Purwantini, 2017), dan (Ridho & Rini, 2016) yang menyatakan bahwa komitmen profesional tidak berpengaruh secara signifikan dengan niat whistleblowing.

Sikap machiavellianmenjadi variabel yang mampu mendorong tindakan whistleblowing. Individu yang memiliki sikap machiavellianakan melakukan tindakan pelaporan kecurangan sesuai dengan keinginan dan akan melakukan whistleblowing apabila menerima benefit untuk dirinya. Sikap machiavellian cenderung mementingkan kepentingan dirinya dan akan agresif pada kepentingannya [12]. Hal ini didukung oleh penelitian [11] dan [12]. Namun, hasil ini berbedadengan penelitian (Sartika & Mulyani, 2020) dan (Basri, dkk., 2020) yang menyatakan bahwa sifat machiavellian tidak berpengaruh terhadap niat dalam melakukan whistleblowing.

Ketidakkonsistenan hasil penelitian sebelumnya yang mempengaruhi machiavellian intention memiliki kecenderungan diperkuat oleh faktor karakter personal self efficacyyang tinggi, seperti yang dinyatakan oleh (Asih & Dewi, 2017) bahwa individu yang memiliki self efficacy tinggi atau tingkat keyakinan yang tinggi akan percaya dapat mencapai hasil yang lebih baik.

Untuk itu, variabel self efficacydapat dijadikan sebagai variabel moderator atau sebagai penguat sikap komitmen profesional dan sikap machiavellian dalam mendorong tingginya whistleblowing intention. Mahasiswa yang memiliki komitmen profesional tinggi dapat mendorong untuk melakukan tindakan whistleblowingyang diperkuat oleh self efficacy. Individu yang memiliki self efficacy tinggi atau tingkat keyakinan yang besar akan percaya mencapai hasil yang baik [13]. Dengan demikian, adanya tingkat komitmen profesional yang tinggi akan lebih termotivasi melakukan tindakan whistleblowing, jika didorong oleh tingkat keyakinan atau self efficacy yang tinggi, sehingga variabel self efficacy dapat memoderasi komitmen profesional terhadap whistleblowing intention. Hal ini didukung oleh penelitian [13], dan [14]

Individu dengan sikap machiavellian akan memilih kepentingan untuk dirinya sendiri dan agresif terhadap kepentingannya [12]. Dengan adanya self efficacy dapat memotivasi individu melakukan whistleblowing,karena individu dengan self efficacytinggi akan meningkatkan upaya dalam pengambilan keputusan [15], sehingga diyakini bahwa self efficacymampu memoderasi sikap machiavellian terhadap whistleblowing intention. Hal ini mengindikasikan bahwa individu dengan self efficacy tinggi lebih memiliki keyakinan dan dapat mendorong untuk melakukan tindakan whistleblowing intention. Hal ini didukung oleh penelitian [15], [11].

Untuk mendukung penelitian ini, digunakan theory of planned behavior. Teori ini dapat menjelaskan bahwa perilaku individu mendasarkan pada niat yang timbul dari individu dan ditentukan oleh faktor eksternal dan internal [2].

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh komitmen profesional, sikap machiavellianterhadap whistleblowing intention dengan self efficacysebagai variabel moderasi pada mahasiswa akuntansi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

Teori dan Hipotesis

Theory Of Planned Behavior

Theory of planned behavior menjelaskan bahwa perilaku manusia berasal dari dalam individu yang akan berperilaku sesuai niat yang diperoleh dari faktor internal maupun eksternal [5]. Dasar dari teori adalah setiap manusia akan mempertimbangkan tindakan yang akan dilakukan [16].

Whitsleblowing

Whistleblowing adalah tindakan yang penting untuk diterapkan pada sebuah instansi atau perusahaan untuk membantu dalam meminimalisir adanya sebuah kecurangan [8]. Whistleblowing dapat diartikan sebagai upaya anggota aktif ataupun tidak dalam melakukan tindakan yang tidak sesuai seperti illegal, tidak bermoral, dan praktik yang salah. Secara umum, whistleblowing ini merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang aktif dalam lingkungan internal atau eksternal guna mengungkapkan sebuah kecurangan [17].

Komitmen Profesional

Komitmen profesional merupakan tingkat kesetiaan terhadap profesinya seperti yang telah ditunjukkan oleh individu tersebut [18]. Terdapat ciri-ciri pada profesional yaitu menurut Keraf (1998) dalam [12] menyebutkan :

(1) memiliki sebuah keahlian serta ketrampilan, (2) memiliki komitmen yang tinggi,

(3) orang yang profesional memiliki kehidupan dari profesinya.

Sikap Machiavellian

Sikap Machiavellian merupakan sebuah keyakinan mengenai hubungan personal yang akan membentuk sikap terhadap orang lain [19]. Pribadi dengan Machiavellian lebih tinggi akan mengambil sebuah keputusan berdasarkan kepentingan pribadinya yang mampu melakukan penipuan ataupun manipulasi guna mencapai tujuan mereka, dan akan mengabaikan norma etikanya [20].

Self Efficacy

Sebuah keyakinan pada individu terhadap kemampuan individu tersebut guna memperoleh sebuah hasil [13]. Menurut [21], self efficacyini merupakan sebuah perasaan yang dapat mengatasi permasalah dengan sebuah efisiensi, kecukupan dan kemampuan. Self efficacydibagi menjadi 4 kelompok :

1. Performance accomplishments / enactive attainment

2. Vicarious influences / experience

3. Verbal persuasion

4. Physical and emotional reaction

Komitmen profesional merupakan tingkat kesetiaan terhadap profesinya dan ditunjukkan melalui individunya [18]. Individu dengan komitmen profesional yang tinggi cinta terhadap profesinya sehingga, akan melakukan whistleblowing apabila menemukan suatu kecurangan yang terjadi disekitarnya. Terjadinya suatu kecurangan di organisasi, individu yang memiliki komitmen profesional yang kuat akan menyadari bahayanya karena dapat melanggar etika sehingga, individu mampu untuk melakukan whistleblowing untuk menjaga organisasinya [22]. Hal ini didukung oleh penelitian [10].

H1= Pengaruh Komitmen Profesional Terhadap Whistleblowing Intention

Sikap machiaveliian ini merupakan sebuah perilaku yang tidak mementingkan norma etika. Namun, individu dengan sikap machiavellian mampu melakukan tindakan whistleblowing apabila tindakan yang dilakukan akan memberikan keuntungan untuk dirinya [11]. Hal ini didukung oleh penelitian [12].

H2= Pengaruh Sikap Machiavellian Terhadap Whistleblowing Intention

Komitmen profesional dapat menghasilkan individu yang berperilaku sesuai dengan kode etik, dan kejujuran dalam melakukan sebuah tindakan [23]. Adanya komitmen profesional yang tinggi akan mampu melakukan whistleblowing. Hal ini karena, individu yang memiliki kecintaan terhadap profesinya akan memiliki self efficacykarena individu akan mendapatkan keyakinan terhadap kemampuannya dalam menjalankan tugasnya. Penelitian ini didukung oleh [13], dan [14]

H3= Self Efficacy Memoderasi Pengaruh Komitmen Profesional Terhadap Whistleblowing Intention

Sikap Machiavellian yang merupakan individu yang dalam melakukan tindakan akan mengambil keputusan berdasarkan kepetingan pribadinya. Individu ini dapat melakukan tindakan dengan mengabaikan norma yang ada [20]. Individu dengan sikap Machiavellian ini dapat melakukan whistleblowing apabila ada sikap efikasi dalam dirinya. Efikasi dalam diri ini dapat memberikan sebuah keyakinan dalam melakukan tindakan yang dapat memberikan sebuah hasil [13]. Penelitian ini didukung oleh [15], [11].

H4= Self Efficacy Memoderasi Pengaruh Sikap Machiavellian Terhadap Whistleblowing Intention

Berdasarkan uraian tersebut maka kerangka pemikiran pada penelitian ini digambarkan pada gambar 1.

Figure 1.Kerangka Pemikiran

Metode

Penelitian ini dilakukan di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian menggunakan responden mahasiswa Akuntansi Angkatan 2018 dan 2019 sejumlah 521 Mahasiswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan quota sampling sejumlah 200 mahasiswa, harapannya jawaban responden dapat mempresentasikan fenomena untuk keselurahan pupulasi yang ada. Teknik pengumpulan data menggunakan metode survei dengan melakukan penyebaran kuesioner melalui google-form.

Teknik analisis untuk menguji hipotesis menggunakan WarpPLS 7.0. Tahapannya meliputi tiga tahap yaitu, outer model, inner model, dan uji hipotesis.

Definisi Operasional

Variabel-variabel yang digunakan akan didefinisikan secara operasional, sebagai berikut:

Komitmen profesional adalah sebuah kecintaan individu terhadap profesinya, individu akan melakukan usaha guna menjaga profesinya. Variabel komitmen profesional diukur dengan indikator yang mereplikasi dari [24] :

  1. Kebanggaan dan komitmen menjadi mahasiswa akuntansi
  2. Komitmen untuk membangun karir menjadi seorang akuntan.

Sikap machiavellian adalah individu yang memiliki sikap untuk melakukan suatu tindakan demi mencapai impiannya dan akan mengabaikan etikanya. Variabel sifat Machiavellian diukur dengan indikator yang mereplekasi dari [25] :

  1. Sifat taktik interpersonal seseorang
  2. Pandangan individu tentang sifat manusia
  3. Moralitas

Whistleblowing intention adalah adanya sebuah niat yang ada dalam diri individu untuk melakukan pelaporan terhadap sebuah pelanggaran kecurangan yang telah terjadi. Variabel whistleblowing intention diukur dengan indikator yang mereplikasi dari Ajzen, 2005 :

  1. Sikap untuk melaporkan pelanggaran.
  2. Keyakinan terhadap tindakan whistleblowing
  3. Kemampuan untuk melaporkan pelanggaran.

Self efficacyadalah individu yang memiliki keinginan dan kemampuan dalam menyelesaikan suatu tugas dan mampu untuk mencapai hasilnya. Variabel self efficacydiukur dengan indikator yang mereplikasi dari [26] :

  1. Tanggung jawab pribadi
  2. Umpan balik untuk tindakannya
  3. Bekerja keras lebih kreatif
  4. Mandiri

Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel menggunakan skala ordinal dengan teknik pengukuran variabel menggunakan skala likert. Pernyataan responden diukur menggunakan jawaban, seperti berikut:

1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

2 = Tidak Setuju (TS)

3 = Kurang Setuju (KS)

4 = Setuju (S)

5 = Sangat Setuju (SS)

Hasil dan Pembahasan

Deskripsi Penelitian

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh adalah melalui kuesioner yang dibagikan kepada mahasiswa pada tangga 10 Maret 2022 – 25 Maret 2022. Responden dari penelitian ini berjumlah 107 mahasiswa akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur. Responden dalam penelitian ini memiliki 69 (64.5%) mahasiswa akuntansi angkatan 2018 dan 38 (35.5%) mahasiswa angkatan 2019. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan link berupa google form kepada para mahasiswa.

Hasil pengujian pertama yang dilakukan adalah uji outer model:

Outer Model

Tahap pertama melakukan uji convergent validity. Dapat dikatakan baik apabila setiap indikator memiliki nilai >0.7, namun masih dapat dikatakan diterima apabila nilai >0,6 – 0,7. Tabel. 1 adalah hasil dari nilai convergent validity.

Variabel Indikator Original Sample Estimate Keterangan
Komitmen Profesional (X1) KP.1 0.765 Valid
KP.4 0.765 Valid
Sikap Machiavellian (X2) SM.2 0.719 Valid
SM.3 0.620 Valid
Whistleblowing Intention (Y) WB.3 0.760 Valid
WB.5 0.760 Valid
Self Efficacy (Z) SE.4 0.743 Valid
SE.5 0.743 Valid
Table 1.Outer Loading

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai outer loading pada setiap indikator memiliki hasil >0.6, sehingga seluruh indikator komitmen profesional, sikap Machiavellian, whistleblowing intention, self efficacytelah memenuhi convergent validity.

Tahap selanjutnya, melakukan perhitungan discriminant validity. Pada pengujian discriminant validity menunjukkan bahwa data telah memenuhi, jika nilai cross loading lebih besar dibandingkan dengan variabel lainnya. Hasilnya nilai cross loading lebih besar daripada variabel lainnya, sehingga semua variabel telah memenuhi discriminant validity.

Variabel AVE
Komitmen Profesional (X1) 0.586
Sikap Machiavellian (X2) 0.583
Whistleblowing Intention (Y) 0.578
Self Efficacy(Z) 0.553
Table 2.Nilai AVE

Pada Tabel 2, memberikan hasil bahwa nilai AVE dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik jika menunjukkan >0,5 sesuai dengan nilai yang disarankan oleh [27]. Dengan demikian, semua variabel telah memiliki discriminant validity yang baik

Pada penilaian composite reliability digunakan ntuk menguji nilai reliabilitas. Dapat dikatakan sebagai penelitian yang baik apabila nilai composite reliability >0.7.

Variabel Composite Reliability
Komitmen Profesional (X1) 0.739
Sikap Machiavellian (X2) 0.737
Whistleblowing Intention (Y) 0.732
Self Efficacy(Z) 0.712
Table 3.Nilai Composite Reliability

Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa semua varibel memiliki nilai composite reliability >0.7. Dengan demikian hasil yang diperoleh telah reliabel karena telah menunjukkan keakuratan yang baik. Hasil dari pengujian outer model dapat dikatakan bahwa semua konstruk telah memenuhi syarat dan valid .

Uji Inner Model

Pada uji inner model menunjukkan hubungan kekuatan estimasi antara variabel laten atau konstruk. Nilai R-Square sebesar 0.75, 0.50, 0.25 dapat diinterprestasikan sebagai substansial, moderat, dan lemah. Untuk Q-Square lebih dari nol dikatakan bahwa variabel laten eksogen mempunyai relevansi predektif terhadap variabel laten endogen [27].

R-Square Q-Square
Whistleblowing Intention (Y) 0.067 0.075
Table 4.R-Square dan Q-Square

Berdasarkan tabel 4, menunjukkan bahwa variabel komitmen profesional, sikap machiavellian, dan self efficacy telah mempengaruhi whistleblowing intention dengan memiliki nilai R2 sebesar 0.067 yang artinya model dinilai lemah. Pada hasil Q2 variabel komitmen profesional, sikap Machiavellian, dan self efficacy telah mempengaruhi whistleblowing intention nilai predictive relevance sebesar 0.075.

Uji Hipotesis

Figure 2.Hasil Uji Hipotesis

Variabel B P-Value Keterangan
KP - WHI 0.135 0.026 Diterima
SM - WHI 0.140 0.022 Diterims
SE Memoderasi KP - WHI 0.015 0.416 Ditolak
SE Memoderasi SM - WHI 0.103 0.069 Ditolak
Table 5.Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan uji hipotesis menunjukkan bahwa P-Value dengan tingkat 5% yaitu <0.05 dapat diterima. Berdasarkan tabel 5. Hasil dari uji hipotesis adalah :

  1. H1 memiliki p-value <0.05 sehingga dapat dinyatakan bahwa hipotesis ini diterima. Dengan demikian, komitmen profesional berpengaruh terhadap whistleblowing intention.
  2. H2 memiliki p-value <0.05 sehingga dapat dinyatakan bahwa hipotesis ini diterima. Dengan demikian, sikap machiavellian berpengaruh terhadap whistleblowing intention.
  3. H4 memiliki p-value >0.05 sehingga dapat dinyatakan bahwa hipotesis ini ditolak. Dengan demikian, self efficacytidak mampu memoderasi komitmen profesional terhadap whistleblowing intention.
  4. H4memiliki p-value >0.05 sehingga dapat dinyatakan bahwa hipotesis ini ditolak. Dengan demikian, self efficacytidak mampu memoderasi komitmen profesional terhadap whistleblowing intention.

Pengaruh Komitmen Profesional Terhadap Whistleblowing Intention

Berdasarkan hasil uji hipotesis 1menunjukkan bahwa komitmen professional mahasiswa akuntansi UPN Veteran Jawa Timur cukup tinggi, sehingga dapat mempengaruhi perilaku whistleblowing intention.Komitmen profesional mahasiswa sangat penting dalam menjaga profesi akuntan dan mampu melakukan whistleblowing. Berdasarkan hasil jawaban responden membuktikan bahwa mahasiswa akuntansi memiliki komitmen professional yang tinggi dan akan bertindak sesuai dengan norma, menaati aturan-aturan yang ada serta akan menjadi individu yang professional. Pada theory of planned behaviormenjelaskan bahwa sebuah perilaku dibuktikan oleh timbulnya niat dalam menjalankan tindakannya [10]. Adanya komitmen professional yang tinggi pada mahasiswa akan mendorong niat dalam melakukan whistleblowing. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian [15], [10].

Namun, tidak selaras dengan penelitian [28] yang menyatakan bahwa komitmen profesional tidak berpengaruh secara signifikan dengan niat whistleblowing.

Pengaruh Sikap Machiavellian Terhadap Whistleblowing Intention

Berdasarkan hasil uji hipotesis 2menunjukkan bahwa sikap Machiavellian mahasiswa akuntansi UPN Veteran Jawa Timurberpengaruh terhadap whistleblowing intention. Individu yang memiliki sikap machiavelliancenderung perilakunya dipengaruhi oleh adanya keuntungan atas tidakannya. Berdasarkan hasil jawaban responden bahwa mahasiswa akuntansi melakukan tindakan sesuai dengan keinginannya. Artinya, mahasiswa memiliki sikap machiavelliandimotivasi memanfaatkan keuntungan dan mengharapkan timbal balik atas perilaku yang telah dilakukannya. Dasar theory of planned behavior menjelaskan bahwa manusia akan melakukan tindakan dengan memperhatikan dampak terlebih dahulu terhadap tindakannya [16].Hasil penelitian mendukung studi [12]. Namun, tidak mendukung studi [8], [29].

Pengaruh Komitmen Profesional Terhadap Whistleblowing Intention Yang Dimoderasi Oleh Self Efficacy

Berdasarkan hasil uji Hipotesis 3menunjukkan bahwa self efficacytidak mampu memoderasi komitmen profesional terhadap whistleblowing intention. Mahasiswa akuntansi UPN Veteran Jawa Timur melakukan tindakan whistleblowing didorong oleh tingkat komitmen profesional yang tinggi tanpa diperkuat oleh sikap self efficacyyang tinggi. Hal ini membuktikan bahwa komitmen profesional mahasiswa sudah terbentuk dengan baik untuk menjaga profesinya sebagai calon akuntan, menjaga nama baik instansi. Rata-rata jawaban responden dalam penelitian ini menyatakan bahwa sudah ada keyakinan dalam menjalankan suatu tugas yang dimilikinya. Dengan demikian, komitmen profesional yang tinggi dapat menumbuhkan keinginan melakukan pengungkapan kecurangan tanpa diperkuat self efficacy. Hal ini membuktikan bahwa mahasiswa akuntansi sudah memiliki motivasi tinggi dalam menjaga nama baik dan kelancaran pendidikannya. Theory of planned behavior dapat menjelaskan bahwa individu akan menjalankan tindakan sesuai dengan niatnya. Hasil penelitian ini tidak mendukung studi [9], [13] dan [14].

Pengaruh Sikap Machiavellian Terhadap Whistleblowing Intention Yang Dimoderasi Oleh Self Efficacy

Berdasarkan hasil uji hipotesis 4 menunjukkan bahwa self efficacytidakmampu memoderasi sikap machiavellian terhadap whistleblowing intention. Mahasiswa akuntansi memiliki motivasi melakukan whistleblowing intention tanpa harus didorong atau diperkuat oleh sikapself efficacy. Hal ini menggambarkan bahwa perilaku mahasiswa melakukan tindakan kecurangan melalui sistem whistleblowing dimotivasi oleh imbalan tertentu dan dimuati oleh kepentingan pribadi. Theory of planned behaviormenjelaskan bahwa perilaku berasal dari dalam diri individu yang telah memiliki niat dalam berperilaku [5]. Dengan demikian, self efficacybelum mampu memoderasi sikap machiavellianterhadap whistleblowing intention.Hasil penelitian ini sesuai dengan [30], [29].

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, mahasiswa akuntansi UPN Veteran Jawa Timur memiliki komitmen professional yang tinggi sehingga mampu menerapkan whistleblowingtanpa diperkuat oleh sikap self efficacy. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa mahasiswa akuntansi juga memiliki sikap Machiavellian yang mendorong untuk menerapkan whistleblowing tanpa diperkuat oleh sikap self efficacy. Studi ini membuktikan bahwa mahasiswa akuntansi sudah memiliki kesadaran dalam mengungkap kecurangan untuk menjaga nama baik institusi meskipun masih ada muatan kepentingan sendiri, dikarenakan masih ada sikap machiavellian. Implikasi dalam penelitian ini diharapkan pengelola program studi untuk mengoptimalkan system whistleblowing dengan mengadakan sosialiasasi atau seminar. Saran untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lain seperti komitmen organisasi, lingkungan etika, pertimbangan etis atau mengganti variabel moderasi. Keterbatasan dalam penelitian ditunjukkan oleh rendahnya nilai R-Square 0,067, sehingga memiliki kelemahan dalam memotret fenomena secara keseluruhan.

[28]M. S. Ridho and R. Rini, “PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL, LOCUS OF CONTROL, KESERIUSAN PELANGGARAN DAN SUKU BANGSA TERHADAP INTENSI WHISTLEBLOWING (Studi Empiris pada Pemerintahan Daerah DKI Jakarta),” Equity, vol. 19, no. 1, pp. 38–52, 2016, doi: 10.34209/equ.v19i1.474.

[29]Y. M. Basri, F. Riarni, N. Azlina, and M. H. D. Indrapraja, “Factors That Influence Whistleblowing Intentions Village Government Official,” J. Ris. Akunt. Kontemporer, vol. 12, no. 2, pp. 87–93, 2020, doi: 10.23969/jrak.v12i2.3125.

[30]Y. Fitri, “The Effect of Self-Efficacy, Seriousness Level of Violation, Professional Commitment, and Self-Awareness on Whistleblowing Intention,” J. Account. Res. Organ. Econ., vol. 5, no. 1, pp. 58–67, 2022.

References

  1. W. R. Prayogi and D. Suprajitno, “Pengaruh Komitmen Profesional, Personal Cost, dan Moral Reasoning Terhadap Niat Seseorang untuk Melakukan Tindakan Whistleblowing,” J. Ilm. Mhs. Manajemen, Bisnis dan Akunt., vol. 2, no. 1, pp. 10–16, 2020, doi: 10.32639/jimmba.v2i1.435.
  2. A. Badrulhuda, S. N. Hadiyati, and J. Yusup, “Komitmen Profesional Dan Sensitivitas Etis Dalam Intensi Melakukan Whistleblowing,” EKUITAS (Jurnal Ekon. dan Keuangan), vol. 4, no. 4, pp. 522–543, 2020, doi: 10.24034/j25485024.y2020.v4.i4.4524.
  3. S. F. N. Padhilah and D. I. Burhany, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fraud (Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Barat),” Pros. Ind. Res. …, pp. 26–27, 2020.
  4. I. Murdiansyah, M. Sudarma, and Nurkholis, “Pengaruh Dimensi Fraud Diamond Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik (Studi Empiris Pada Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Brawijaya),” J. Akunt. Aktual, vol. 4, no. 2, pp. 121–133, 2017.
  5. I. M. R. D. Yoga, E. Sujana, and M. A. Prayudi, “Pengaruh penalaran moral, sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku terhadap niat melakukan whistleblowing pada kecurangan akademik ( Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha ),” E-Journal Akunt. Univ. Pendidik. Ganesha Singaraja, vol. 8, no. 2, pp. 1–12, 2017.
  6. Y. Andayani and V. Fitria Sari, “Pengaruh Daya Saing, Gender, Fraud Diamond Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa (Studi Kasus Pada Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Negeri Padang),” J. Eksplor. Akunt., vol. 1, no. 3, pp. 1458–1471, 2019.
  7. D. Suhartini, H. Priono, A. A. Widoretno, and G. Tiaramurti, “Akuntan Berjiwa Bela Negara (Studi Empiris Pada Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Jawa Timur),” Behav. Account. J., vol. 2, no. 2, pp. 193–206, 2019, doi: 10.33005/baj.v2i2.49.
  8. D. Sartika and F. Mulyani, “Pengaruh Sifat Machiavellian, Lingkungan Etika, Komitmen Organisasi, dan Tingkat Keseriusan Kecurangan Terhadap Niat Melakukan Whistleblowing ( Studi Empiris pada BPKAD di Kota Padang ),” MENARA Ilmu, vol. XIV, no. 01, pp. 24–39, 2020.
  9. C. Joneta, R. Anugerah, and S. Susilatri, “Pengaruh Komitmen Profesional Dan Pertimbangan Etis Terhadap Intensi Melakukan Whistleblowing: Locus of Control Sebagai Variabel Moderasi,” J. Online Mhs. Fak. Ekon. Univ. Riau, vol. 3, no. 1, pp. 735–748, 2016.
  10. I. F. Satrya, H. Helmy, and S. Taqwa, “Pengaruh Komitmen Profesional Dan Sosialisasi Antisipatif Mahasiswa Akuntansi Terhadap Niat Whistleblowing Dengan Religiusitas Sebagai Variabel Moderasi,” J. Eksplor. Akunt., vol. 1, no. 4, pp. 1863–1880, 2019, doi: 10.24036/jea.v1i4.181.
  11. T. Nugraha, N. Azlina, and Julita, “Pengaruh Komitmen Profesional, Lingkungan Etika, Sifat Machiavellian dan Personal Cost Terhadap Intensi Whistleblowing dengan Retaliasi sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang berada di Kota Pekanbaru),” J. Perspekt. Pembiayaan dan Pembang. Drh., vol. Vol. 4 No., pp. 2030–2044, 2017.
  12. V. Syafrudin and N. Aprila, “Pengaruh Sifat Machiavelliane , Personal Cost , Dan Komitmen Profesional Terhadap Wilayah Sumatera,” J. Fairness, vol. 10, pp. 195–208, 2020.
  13. G. Y. Asih and R. Dewi, “Komitmen Karyawan Ditinjau Dari Self Efficacy Dan Persepsi Dukungan Organisasi,Di Cv. Wahyu Jaya Semarang,” J. Din. Sos. Budaya, vol. 19, no. 1, p. 35, 2017, doi: 10.26623/jdsb.v19i1.684.
  14. S. R. Baptista, F. L. Banda, and Y. Londa, “Pengaruh Komitmen Profesional Terhadap Whistleblowing Intention: Locus of Control sebagai Variabel Moderating (Studi Persepsi Mahasiswa Akuntansi Universitas Flores),” J. Ris. Ilmu Akunt., vol. 1, no. 2, pp. 1–12, 2021.
  15. I. M. D. D. Putra and I. W. P. Wirasedana, “Pengaruh Komitmen Profesional, Self Efficacy, dan Intensitas Moral Terhadap Niat Untuk Melakukan Whistleblowing,” E-Jurnal Akunt., vol. 21, no. 2, pp. 1488–1518, 2017, doi: 10.24843/EJA.2017.v21.i02.p23.
  16. E. Safira and M. B. Ilmi, “Pengaruh Sikap , Persepsi Kontrol Perilaku , Tanggung Jawab Pribadi dan Keseriusan yang Dirasakan Terhadap Niat Whistleblowing,” Reviu Akunt. dan Bisnis Indones., vol. 4, no. 2, pp. 83–98, 2020.
  17. D. Indriasih, Whistleblowing Wujudkan Tata Kelola Perusahaan Lebih Baik, 1st ed. Bandung, 2020.
  18. E. Hariyani, A. Agri Putra, and M. Wiguna, “Pengaruh Komitmen Profesional, Pertimbangan Etis, Personal Cost, Reward Terhadap Intensi Internal Whistleblowing (Studi Empiris Pada Opd Kabupaten Siak),” J. Akunt. Keuang. dan Bisnis, vol. 12, no. 12, pp. 19–28, 2019.
  19. A. Rahmadani, Hardi, and M. Wiguna, “Pengaruh Orientasi Etika Relativisme, Intensitas Moral, Komitmen Organisasi, Sifat Machiavellian Dna Tingkat Keseriusan Kecurangan Terhadap Intensi untuk Melakukan Whistleblowing Internal (Studi Empiris Pada OPD Kabupaten Rokan Hilir),” Jom Feb, vol. 1, pp. 1–15, 2018.
  20. Suzila, “Pengaruh Sifat Machiavellian dan Lingkungan Etika Terhadap Niat Melakukan Whistleblowing (Studi Eksperimentasi pada SKPD di Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman),” Adv. Opt. Mater., vol. 6, no. 3, pp. 1–13, 2018.
  21. D. P. Schultz and S. E. Schultz, Theories of personality (9th ed). University of South Florida. Wadsworth, Cengage Learning, 2009.
  22. D. Urumsah, B. E. Syahputra, and A. P. Wicaksono, “Whistle-blowing Intention: The Effects of Moral Intensity, Organizational and Professional Commitment,” J. Akunt., vol. 22, no. 3, p. 354, 2018, doi: 10.24912/ja.v22i3.393.
  23. N. Yahya and F. Damayanti, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Whistleblowing Intention dengan Retaliasi Sebagai Variabel Moderasi,” Akuntabilitas, vol. 14, no. 1, pp. 43–60, 2021, doi: 10.15408/akt.v14i1.20803.
  24. N. F. Mela, A. Zarefar, and Andreas, “The Relationship of Professional Commitment of Auditing Student and Anticipatory Socialization toward Whistleblowing Intention,” Procedia - Soc. Behav. Sci., vol. 219, pp. 507–512, 2016, doi: 10.1016/j.sbspro.2016.05.027.
  25. R. Christie and F. L. Geis, Studies in Machiavelloanis. New York: Academic Press, 1980.
  26. I. L. Nugraheni, “Hubungan Self Efficacy Terhadap Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung,” Lect. J. Pendidik., vol. 9, no. 1, pp. 52–64, 2018.
  27. M. Sholihin and D. Ratmono, Analisis SEM-PLS dengan WarpPLS 7.0, Edisi 2. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2021.
  28. M. S. Ridho and R. Rini, “Pengaruh Komitmen Profesional, Locus Of Control, Keseriusan Pelanggaran Dan Suku Bangsa Terhadap Intensi Whistleblowing (Studi Empiris pada Pemerintahan Daerah DKI Jakarta),” Equity, vol. 19, no. 1, pp. 38–52, 2016, doi: 10.34209/equ.v19i1.474.
  29. Y. M. Basri, F. Riarni, N. Azlina, and M. H. D. Indrapraja, “Factors That Influence Whistleblowing Intentions Village Government Official,” J. Ris. Akunt. Kontemporer, vol. 12, no. 2, pp. 87–93, 2020, doi: 10.23969/jrak.v12i2.3125.
  30. Y. Fitri, “The Effect of Self-Efficacy, Seriousness Level of Violation, Professional Commitment, and Self-Awareness on Whistleblowing Intention,” J. Account. Res. Organ. Econ., vol. 5, no. 1, pp. 58–67, 2022.