Lili’ Mutala’liah (1), Nurasik Nurasik (2)
Background: Integrated reporting has become an essential element of corporate transparency and accountability in the modern business environment. Specific Background: In Indonesia, the implementation of integrated reporting among non-financial companies remains relatively limited despite growing awareness of sustainability disclosure. Knowledge Gap: Previous studies have not sufficiently explained the influence of institutional ownership, firm size, and profitability on the extent of integrated reporting. Aims: This study aims to examine the determinants of integrated reporting disclosure in companies listed on the Indonesia Stock Exchange. Results: The findings show that firm size and profitability significantly influence integrated reporting disclosure, while other variables such as institutional ownership show no significant impact. Novelty: The study provides empirical evidence on integrated reporting practices within the Indonesian context. Implications: These results can assist regulators and companies in improving transparency and aligning corporate reporting with sustainability principles.
Highlights:• Examines the determinants of integrated reporting disclosure in Indonesian companies.• Shows firm size and profitability significantly influence disclosure levels.• Provides empirical evidence for improving transparency and accountability.
Keywords: Integrated Reporting, Firm Size, Profitability, Institutional Ownership, Sustainability Disclosure
Lili’ Mutala’liah1),*,2) Nurasik
1)Program Studi Akuntansi, Fakultas Bisnis Hukum dan Ilmu Sosial, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Indonesia
2) Dosen Fakuktas Bisnis Hukum dan Ilmu Sosial, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Indonesia
*Email Penulis Korespondensi: lili’mutala’liah@umsida.ac.id1), nurasiknurasik73@gmail.com2)
Abstract. This study aims to determine the effect of presenting integrated reporting elements in annual reports on investor reactions in building constructiondcompanies listed on the Indonesia Stock Exchange.In this study using quantitative methods using statistical techniques by processing existing data to prove the proposed research hypothesis. In this case the objects of research are the building construction sector companies listed on the Indonesia Stock Exchange during the 2018-2020 period. In this study, a purposive sampling method was used to determine the sample with a total population of 15 companies and total sample of 10 companies. The analytical method used is multiple linear regressionanalysis with the SPSS version 18 program.Partially, the results of the study showwthat the business model has an effect on investor reactions, while organizational description, governance, risks and opportunities, strategy and allocation, performance future prospects, and basic elements of disclosure have no effect on investor reactions.
Keywords: integrated reporting elements, investor reaction, building construction
Abstrak. Penelitiaini bertujuan untukmengetahui pengaruhpenyajian elemen-elemenintegrated reportingdalam laporantahunan terhadap reaksi inestor padaperusahaan sektorkonstruksi bangunan yang terdaftadi Bursa EfekIndonesia. Padapenelitian inimenggunakanmetode kuantitatifdengan menggunakansteknikstatistiktdenganmengolahdata-data yang sudahada untukmembuktikan hipotesispenelitian yangdiajukan. Dalam hal ini yangmenjadi obyekpenelitian adalah perusahaansektor konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa EfekIndonesia selama periode 2018-2020. Pada penelitian digunakan metodepurposive sampling untuk menentukansampeldengan jumlahpopulasi sebanyak 15 perusahaandan jumlahsampelsebanyak 10 perusahaan. Metodeanalisis yangdigunakanadalah analisisregresi linierberganda denganprogram SPSSversi18. Secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa model bisnis berpengaruh terhadap reaksi investor, sedangkan gambaran organisasi, tata kelola, resiko dan peluang, strategi dan alokasi, kinerja, prospek masadepan, dan dasar pengungkapan elemen tidak berpengaruh terhadap reaksi investor.
Kata kunci: elemen-elemen integrated reporting , reaksi investor , konstruksi bangunan
.
Di era globalisasi saat ini, Perkembangan informasi sangatlah berlangsung dengan pesat, begitu pula dengan kondisi lingkungan ekonomi dengan unit usaha yang terus mengalami perubahan. Informasi yang dibutuhkan adalah informasi yang diperoleh dari laporan-laporan 5 perusahaan sebagai unit bisnis. Selain itu, persaingan industri yang semakin kuat membuat perusahaan selalu melakukan inovasi untuk dapat terus tumbuh dan berkembang. Perusahaan melakukan perluasan usahanya untuk dapat bersaing dengan kompetitornya. Serta dengan melakukan perluasan usaha yang dilakukan perusahaan tentunya diiringi dengan peningkatan kebutuhan dana. Tuntunan atas kebutuhan dana tersebut membuat perusahaan membutuhkan campur tangan dari pihak eksternal, seperti investor dan kreditor. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber infomasi yang secara formal dipublikasikan dan menjadi dasar pengambilan keputusan bagi pihak eksternal dan menjadi media bagi perusahaan untuk menunjukkan kualitas kinerja yang dihasilkan dalam periode tertentu. Perusahaan menerbitkan laporan-laporan tersebut sebagai informasi tambahan dalam bentuk informasi non-keuangan sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam hal pengambilan keputusan oleh stakehorders 1.
Integrated reporting merupakan laporan perusahaan dalam bentuk baru yang ditujukan kepada para penyedia modal dan informasi yang disajikan merupakan informasi yang berhubungan dengan stak holders. Informasi tersebut merupakan gabungan dari informasi material tentang strategi, tata kelola dan remunerasi, kinerja, risiko dan prospek organisasi, serta sosila dan lingkungan dimana organisasi tersebut beroperasi . Integrated reporting bukanlah kutipan laporan tahunan biasa ataupun kombinasi antara laporan tahunan dengan laporan berkelanjutan, akan tetapi lebih menggabungkan informasi penting keuangan, pendapatan manajemen, tata kelola, sustainability secara komprehensif. Integrated reporting ini menunjukkan bagaimana hubungan antar elemen dan bagaimana elemen tersebut mempengaruhi perusahaaan dalam menciptakan nilai tambah dan mempertahankannya dalam jangka waktu pendek, menengah dan panjang. Konsep dasar dari integrated reporting ini adalah meningkatkan keterkaitan antar informasi dan mengurangi jumlah laporan yang harus diterbitkan. Dengan adanya integrated reporting, komunikasi antar perusahaan dengan pihak eksternal akan lebih konsisten, analisis masa depan serta penentuan indikator penciptaan nilai lebih tepat . Walaupun integrated reporting dianggap sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan misleading information pada mual report dan mengatasi kritik atas pelaporan sustainability, namun tidak banyak perusahaan yang telah melaporkan informasi keuangan dan non-keuangan dalam bentuk integrated reporting . Sebagai contoh, berdasarkan hasil observasi, di Indonesia terdapat beberapa perusahaan yang menerbitkan laporannya dalam bentuk integrated reporting, diantaranya yaitu PT. Tractors United Tbk, PT. Pertamina, dan PT. Antam (Persero) Tbk. Oleh karena itu peneliti akan melakukan pegujian penyajian elemen-elemen integrated reporting dalam laporan o tahunan dan reaksi investor dasar dari pengujian hubungan antara penyajian elemen-elemen integrated reporting dalam laporan tahunan dan reaksi investor adalah bahwa pada tingkat pengungkapan yang lebih tinggi akan berkontribusi pada penurunan asimetri informasi antara manajer dan investor . Sehingga dapat diasumsikan apabila asimetri informasi berkurang bagi investor, maka investor akan mengambil keputusan investasi yang dapat tercermin dalam harga saham. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji pengaruh penyajian elemen-elemen “integrated reporting dalam laporan tahunan terhadap reaksi investor.
Tabel 1. Indikator Variabel Independen
Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Galeri Investasi dan Bursa Efek Indonesia di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Fakultas Bisnis Hukum dan Ilmu Sosial yang beralamat di JL. Majapahit 666B, Sidoarjo, Jawa Timur.
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif, merupakan data yang diukur dalam suatu sekala numerik atau angka. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, data yang dipakai data perusahaan sector konstruksi bangunan yang telah dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia periode 2018-2020.
Sampel dalam penelitian ini yaitu perusahaan sektor konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2018-2020. Ada 10 perusahaan yang digunakan. Adapun kriteria pengambilan sampel yang harus dipenuhi selama periode 2018 sampai 2020 adalah sebagai berikut:
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunaka teknik analisi kuantitatif. Dalam penelitian ini analisiss kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian menggunakan program SPSS versi 18. Terdapat tiga uji yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan analisis regresi linier berganda. Statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varians dan range statistik. Dalam uji asumsi klasik terdapat 4 uji yang harus dilakukan diantaranya uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas . Dalam penelitian ini untuk pengujian hipotesis menggunakan multiple regression (regresi berganda) . Persamaan multiple regression untuk pengujian hipotesis sebagai berikut :
Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + e
Keterangan:
Y= Reaksi Investor
a = Konstanta
X1 = Gambaran Organisasi Dan Lingkungan Eksternal
X2 = Tata Kelola Perusahaan
X3 = Model Bisnis
X4 = Resiko Dan Peluang
X5 = Strategi Dan Alokasi Sumber Daya
X6 = Kinerja
X7 = Prospek Masa Depan
X8 = Dasar Pengungkapan Elemen
e = Error
b1,2,3,4 5,6,7,8= Koefisien regresi variabel X1,2,3,4,5,6,7,8
Statistik Deskriptif
Tujuan dilakukannya analisis deskriptif statistik yaitu untuk memberikan gambaran atau deskripsi data berdasarkan nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan minimum dari masing-masing variabel penelitian.
Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif Statistik
Sumber: Hasil Output SPSS, 2021
Uji Asumsi Klasik
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui dan menguji apakah dalam model regresi berganda, variabel residual atau variabel pengganggu memiliki distribusi normal.
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan Uji Kolmogrov-Smirnov, hasil dari pengolahan data menunjukkan bahwa data dapat berdistribusi normal. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya hasil olah data dengan menggunakan Uji K-S yang menunjukkan bahwa nilai Asymph. Sig (2-tailed) di atas tingkat signifikansi 0,05, yaitu diperoleh nilai sebesar 0,831.
Uji multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara variabel independen di dalam model regresi.
Tabel 4. Hasil Uji Multikolinieritas
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa keempat variabel independen elemen-elemen Integrated reporting menunjukkan angka VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance di atas 0,10. Dengan demikian dapat disimpulkan model regresi tersebut tidak terdapat masalah multikolinearitas.
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi tersebut terjadi heterokedastisitas atau tidak. Dalam penelitian ini uji heterokedastisitas dilakukan dengan uji glejser dengan tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji hetrokedastisitas menggunakan uji variabel Absolut Residual (AbsRes).
Tabel 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas
coefficients
a. Dependent Variable: Reaksi Investor
Berdasarkan pada hasil uji heteroskedastisitas terlihat bahwa kedelapan variabel independen yaitu gambaran organisasi, tata kelola, model bisnis, resiko dan peluang, strategi dan alokasi, kinerja, prospek masa depan, dan dasar pengungkapan elemen memiliki nilai signifikansi diatas 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan model regresi tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah terdapat korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi adalah uji Durbin-Watson (DW test).
Tabel 6. Hasil Uji Autokorelasi
Nilai Durbin-Watson (DW test) yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu sebesar 1,964, karena nilai Durbin-Watson (DW test) dengan jumlah n=30 dan k=8, sehingga diperoleh nilai dU sebesar 1,7245. Pengambilan keputusan uji autokorelasi dilakukan dengan ketentuan dU < dw < 4- dU atau 1,7245 < 1,963 < 2,2755 yang dapat disimpulkan bahwa data tersebut bebas dari masalah autokorelasi.
Hasil Uji Hipotesis
Uji T merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh dari masing-masing variabel independen atau variabel bebas terhadap variabel dependen atau variabel terikat. Uji T dapat dilihat dari hasil output menggunakan SPSS dengan tingkat signifikasi 0,05.
Tabel 7. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Dari hasil analisis uji t menunjukkan bahwa signifikansi variabel model bisnisdibawah tingkat signifikan 0,05 yaitu masing-masing sebesar 0,016 artinya variabel model bisnisditerima. Sedangkan ketujuh variabel lainnyadiatas tingkat signifikan 0,05.
Uji koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi dependennya. Nilai koefisien determinasi (R2) yang mendekati satu berarti variabel-variabel independennya menjelaskan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.
Tabel 8. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Berdasarkan hasil diatas bahwa hasil pengolahan data diperoleh nilai R Square sebesar 0,424. Hal ini berarti variabel elemen-elemen integrated reporting dapat menjelaskan variasi dari variabel dependen sebesar 42,4%, sedangkan sisanya yaitu 57,6% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Pembahasan
Pengaruh penyajian gambaran organisasi Terhadap reaksi investor
Berdasarkan hasil uji t, menunjukkan bahwa gambaran organisasi tidak berpengaruh terhadap reaksi investor. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,422. Oleh karena itu, hipotesis pertama yang menyatakan bahwa gambaran organisasi berpengaruh terhadap reaksi invertor tidakdapat diterima.
Meskipun perusahaan menyajikan elemen gambaran organisasi dan lingkungan eksternal yang merupakan gambaran secara keseluruhan terkait dengan situasi internal perusahaan termasuk kegiatan operasi yang dijalankan perusahaan serta lingkungan eksternal meliputi aspek yang disebabkan oleh beberapa hal di luar organisasi, perubahan peraturan yang cepat dalam satu satu rentang waktu tertentu, adanya peraturan yang berbeda antara satu dengan yang lain, dan lain sebagainya tidak menjamin para pelaku pasar untuk melakukan investasi pada perusahan tersebut.
Pengaruh penyajian tata kelola Terhadap reaksi investor
Untuk hipotesis kedua, setelah dilakukan hasil uji t, diperoleh nilai signifikasi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,740. Hal ini membuktikan hipotesis kedua yang menyatakan bahwa tata kelola berpengaruh terhadap reaksi investorditolak.
Walaupun tata kelola perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan pemiliknya dan para pemegang sahamnya, perusahaan juga harus meningkatkan nilai perusahaan guna untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham yaitu dengan memiliki sistem tata kelola perusahaan yang baik. Investor memiliki keyakinan bahwa dengan menarapkan tata kelola perusahaan yang baik, perusahaan telah berupaya untuk menjadi perusahaan yang dapat dipercaya .
Perusahaan harus mengarahkan setiap sumber dayanya secara optimal untuk mencapai tujuan organisasi .Namun, Tata kelola perusahaan yang mampu memberikan perlindungan efektif kepada para pemegang saham dan pihak kreditur, belum tentu akan menimbulkan keyakinan pada para investor terhadap perolehan keuntungan dari investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi.
Pengaruh penyajian model bisnis Terhadap reaksi investor
Pada pengujian hipotesis ketiga, disimpulkan bahwa model bisnis berpengaruh terhadap reaksi investor. Hal tersebut berdasarkan hasil uji t yang menunjukkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,016. Hasil temuan ini menerima hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa model bisnis berpengaruh terhadap reaksi investor.
Hal ini membuktikan bahwa dengan mengungkapkan model bisnis, maka akan diketahui bagaimana perusahaan peroperasi, mulai dari pengolahan input hingga menghasilkan output bagi perusahaan. Hal ini juga dapat meminimalisis kesenjangan informasi antara manajemen dan pihak eksternal serta dapat memperoleh kepercayaan dan menambah keyakinan investor dalam mengivestasikan sahamnya dan investor yakin bahwa perusahaan tersebut dapat menghindar atau meminimalkan dampak dari ancaman potensial yang muncul .
Pengaruh penyajian resiko dan peluang Terhadap reaksi investor
Pada pengujian hipotesis keempat, hasil uji t menunjukkan bahwa resiko dan peluang tidak berpengaruh terhadap reaksi investor. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,701. Oleh karena itu, hipotesis keempat yang menyatakan bahwa resiko dan peluang berpengaruh terhadap reaksi investorditolak.
Manajemen selalu berusaha untuk memberikan informasi yang sangat dibutuhkan oleh stakeholders. Stakeholder memiliki hak untuk mengetahui semua aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan upaya meminimalkan kerugian yang mungkin terjadi. Salah satu informasi yang dibutuhkan adalah informasi mengenai risiko dan peluang yang dimiliki perusahaan.
Pengungkapan risiko dan peluang ini merupakan informasi tentang bagaimana pengelolaan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dan dampaknya terhadap masa depan perusahaan. Akan tetapi, perusahaan yang mengungkapkan informasi ini dengan baik, tidak menjamin akan memberikan dampak baik kepada persepsi para pelaku pasar .
Pengaruh penyajian strategi dan alokasi Terhadap reaksi investor
Untuk hipotesis kelima, setelah dilakukan hasil uji t, diperoleh nilai signifikasi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,470. Hal ini membuktikan hipotesis kelima yang menyatakan bahwa strategi dan alokasi berpengaruh terhadap reaksi investorditolak.
Meskipun perusahaan telah memaksimalkan strategi dan alokasi sumber daya yang dimiliki untuk mencapai sasaran dan tujuan jangka panjang suatu peusahaan dan untuk mencapai kinerja yang optimal belum bisa dijadikan jaminan untuk menarik para pelakuka pasar dalam melakukan investasi pada perusahaan.
Pengaruh penyajian kinerja Terhadap reaksi investor
Pada pengujian hipotesis keenam, disimpulkan bahwa kinerja tidak berpengaruh terhadap reaksi investor. Hal tersebut berdasarkan hasil uji t yang menunjukkan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,960. Hasil temuan ini menolak hipotesis keenam yang menyatakan bahwa kinerja berpengaruh terhadap reaksi investor.
Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh sekelompok orang dalam organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dilakukan secara legal dan sesuai dengan moral dan etika. kinerja adalah gambaran kondisi perusahaan dan prospeknya, berdasarkan hasil kegiatan operasionalnya .
Perusahaan yang memiliki kinerja yang baik akan memberikan kabar baik bagi investor dan calon investor. Dengan informasi kinerja yang baik, investor akan memberikan respon positif dalam menginvestasikan sahamnya dalam perusahaan karena perusahaan yang memiliki kinerja yang baik akan lebih dapat diandalkan. Akan tetapi kinerja tidak menjadi pertimbangan satu-satunya investor dalam pengambilan keputusan investasi, tetapi masih terdapat faktor lain yang lebih penting yang perlu dipertimbangkan.
Pengaruh penyajian prospek masa depan Terhadap reaksi investor
Pada pengujian hipotesis ketujuh, disimpulkan bahwa prospek masa depan tidak berpengaruh terhadap reaksi investor. Hal tersebut berdasarkan hasil uji t yang menunjukkan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,301. Hasil temuan ini menolak hipotesis ketujuh yang menyatakan bahwa prospek masa depan berpengaruh terhadap reaksi investor.
Perusahaan yang mengungkapkan prospek masa depan akan menambah keyakinan para pemakai terkait dengan kelangsungan hidup di masa depan. Integrated report bukan hanya mengandung informasi relevan yang me
mbantu memprediksi kondisi perusahaan dalam janga panjang, namun juga memberikan informasi yang mempermudah dalam proses analisis kinerja dan prospek masa depan perusahaan .
Akan tetapi, Perusahaan yang mampu mengungkapkan jaminan dalam kelangsungan hidup yang baik, belum tentu dapat menarik minat para investor untuk terjun dalam dunia investasi.
Pengaruh penyajian dasar pengungkapan elemen Terhadap reaksi investor
Pada pengujian hipotesis terakhir yaitu hipotesis kedelapan, disimpulkan bahwa dasar pengungkapan elemen tidak berpengaruh terhadap reaksi investor. Hal tersebut berdasarkan hasil uji t yang menunjukkan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,841. Hasil temuan ini menolak hipotesis kedelapan yang menyatakan bahwa dasar pengungkapan elemen berpengaruh terhadap reaksi investor.
Secara umum, pengungkapan elemen tersebut bertujuan untuk menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan menyajikan dasar pengungkapan elemen, maka akan mempermudah dalam mengevaluasi tingkat kelengkapan kriteria pelaporan. Namun semakin jelas dasar pengungkapan elemen dalam suatu laporan keuangan, tidak menjamin akan mendapatkan respon positf dari pihak eksrternal
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh penyajian elemen-elemen integrated reporting dalam laporan tahunan terhadap reaksi investor. Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan maka berikut adalah simpulan dari penelitian ini:
[1] L. L. Fuadah, Yuliani, and R. H. Safitri, Pengungkapan Sustainability Reporting di Indonesia, 2018.
[2] N. A. Kustiani, Penerapan Elemen-Elemen Integrated Reporting Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2018.
[3] I. A. Novaridha, “Pengaruh Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Elemen-Elemen Integrated Reporting,” vol. 4, 2017.
[4] K. Utami, “Disclosure dan Cost of Capital: Implementasi Integrated Reporting di Asia Pasifik,” 2015.
[5] D. Khairina, “Pengaruh Integrated Reporting terhadap Asimetri Informasi,” Skripsi, vol. 151, pp. 1–85, 2018, doi: 10.1145/3132847.3132886.
[6] I. Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, Semarang: Universitas Diponegoro, 2011.
[7] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2016.
[8] K. D. Pradita, A. Hartono, and A. F. Mustoffa, “Pengaruh Tekanan Eksternal, Ketidakpastian Lingkungan, dan Komitmen Manajemen terhadap Penerapan Transparansi Pelaporan Keuangan,” ISOQUANT: Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi, vol. 3, no. 2, pp. 87–96, 2019.
[9] D. Untuk et al., “Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan,” Jurnal Akuntansi, 2014.
[10] R. Martusa et al., Tata Kelola Perusahaan, 2011.
[11] J. Gunawan, “Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Corporate Governance terhadap Agresivitas Pajak,” Jurnal Akuntansi, vol. 21, no. 3, pp. 425–437, 2017, doi: 10.24912/ja.v21i3.246.
[12] W. H. Beaver, “The Information Content of Annual Earnings Announcements,” Journal of Accounting Research, vol. 6, pp. 67–92, 1968, doi: 10.2307/2490070.
[13] S. Hartini, “Hubungan Orientasi Pasar, Strategi Bersaing, Kewirausahaan Korporasi dan Kinerja Perusahaan,” Ekuitas (Jurnal Ekonomi dan Keuangan), vol. 17, no. 1, pp. 39–49, 2017, doi: 10.24034/j25485024.y2013.v17.i1.2220.
[14] M. R. Wijaya, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan serta Dampaknya terhadap Nilai Perusahaan,” Media Riset Akuntansi, vol. 4, no. 2, pp. 66–92, 2014.
[15] S. Zhou, R. Simnett, and W. Green, “Does Integrated Reporting Matter to the Capital Market?,” Abacus, vol. 53, no. 1, pp. 94–132, 2017, doi: 10.1111/abac.12104.