Finance Management
DOI: 10.21070/ijler.v19i3.1237

Return on Assets, Return on Equity, and Net Profit Margin Affect Stock Prices in Indonesia


Return on Assets, Return on Equity, dan Net Profit Margin Berpengaruh Terhadap Harga Saham di Indonesia

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Return on Assets Return on Equity Net Profit Margin Stock Prices Investment Strategies

Abstract

Abstract: This study investigates the influence of Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), and Net Profit Margin (NPM) on stock prices within the context of the consumer goods manufacturing sector in Indonesia. The general background emphasizes the significance of financial indicators in shaping investor perceptions and market dynamics. The specific background reveals a gap in existing literature regarding the varying impacts of these financial metrics on stock prices, particularly in emerging markets. The aims this study investigates the correlations between ROA, ROE, NPM, and stock prices in 68 manufacturing companies listed on the IDX from 2019-2022 using a quantitative methodology. The results indicate that both ROA and ROE have a positive and significant impact on stock prices, highlighting the attractiveness of firms with higher asset and equity returns. Conversely, NPM exhibits a negative and significant effect on stock prices, suggesting that it reflects operational inefficiencies across various departments. The novelty of this study lies in its detailed examination of these relationships in an Indonesian context, contributing to a deeper understanding of how financial metrics influence investor behavior. The implications This research underscores the need for investors to exercise caution in their investment strategies, especially in light of potential financial reporting manipulations affecting firm value.

Highlights:

 

  1. ROA and ROE positively affect stock prices, attracting investors.
  2. NPM negatively impacts stock prices, indicating inefficiencies.
  3. Results guide investor strategies and risk management decisions.

 

Keywords: Return on Assets, Return on Equity, Net Profit Margin, Stock Prices, Investment Strategies

Introduction

Perkembangan perekonomian memegang peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan dan kemajuan suatu negara. Perekonomian yang berkembang dengan baik dapat memberikan dampak positif dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Beberapa alasan mengapa perkembangan perekonomian dianggap penting diantaranya yaitu Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, Peningkatan Standar Hidup, Pengembangan Infrastruktur, Peningkatan Daya Saing Global, Peningkatan Investasi, Dukungan untuk Pembangunan Sosial dan Peningkatan Inovasi dan Teknologi . Oleh karena itu, pemerintah dan pelaku ekonomi di berbagai negara berusaha untuk menciptakan kebijakan dan strategi yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan posisi negara tersebut di tingkat global. Hal ini berdampak pada tingkat persaingan perusahaan, sebagai perusahaan yang mampu bersaing dengan pesaing lainnya. Pasar modal memainkan peran krusial dalam organisasi keseluruhan sistem keuangan, mencakup berbagai aspek keuangan dan instrumen investasi jangka panjang. Investasi, khususnya investasi finansial, menjadi faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Investasi finansial, seperti investasi saham, telah menjadi pilihan populer bagi para investor karena dianggap praktis dan mudah diakses. Investasi saham, sebagai bentuk investasi finansial, dapat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal .Investor seringkali melakukan analisis menyeluruh terhadap kedua faktor ini untuk membuat keputusan investasi yang informasional. Analisis fundamental, yang melibatkan evaluasi kesehatan keuangan dan fundamental perusahaan, digunakan untuk memahami faktor internal . Sementara itu, analisis teknikal, yang memanfaatkan data pasar historis untuk memprediksi pergerakan harga, dapat membantu mengidentifikasi tren dan sentimen pasar yang bersifat eksternal. Dengan memahami dan mengelola faktor-faktor ini, investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih terinformasi dan mengelola risiko dengan lebih baik di pasar saham. Salah satu sektor saham yang banyak dicari oleh para pemodal adalah sektor barang konsumsi (consumer goods). Saham di sektor ini biasanya memiliki prospek yang baik dalam jangka panjang. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa barang-barang konsumsi biasanya digunakan terus-menerus, sehingga permintaannya stabil dan akan tetap tinggi dalam jangka panjang. .

Fenomena tersebut teramati pada perusahaan-perusahaan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia sejak awal tahun, berdasarkan informasi bursa pada Kamis (14/11/2019), hampir 20%, atau tepatnya 19,31%, di antara perusahaan-perusahaan yang berkontribusi terhadap penurunan kinerja negatif di sektor konsumer, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) turun 43,9% dan PT Gudang Garam Tbk (HMSP) turun. GGRM) mengalami penurunan sebesar 36,08%, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengalami penurunan sebesar 6,66%, dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) mengalami penurunan sebesar 17,18%. Sektor konsumen terus menekan, yang menjadi pendorong utama penurunan indeks saham gabungan (IHSG) di sesi pertama pada Jumat (15/11), turun 0,26 persen menjadi 2.067, 88. Sementara itu, IHSG sendiri naik 0,52%, mencapai level 6.130.[5]. Menurut Badan Pusat Statistik, konsumsi rumah tangga pada tahun 2019 Q3 hanya meningkat sebesar 5,01% secara tahunan (YoY/YoY). Pelaku pasar khawatir menunggu hasil pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena konsumsi rumah tangga menyumbang 55,7% dari perekonomian Indonesia. Namun, kekhawatiran pelaku pasar mereda seiring laju pertumbuhan ekonomi Q2019 3 mampu melampaui 5%. Penurunan konsumsi masyarakat juga tercermin dalam Survei Penjualan Ritel (SPE) yang dilaporkan oleh Bank Indonesia (BI). Pada 2019/9, SPE naik 0,7% yoy, hanya sedikit meningkat, dan turun signifikan sebesar 4,8% yoy [5].

Figure 1. Sektor Barang Konsumsi (Konsumer) Menjadi Indeks Paling Anjlok

Untuk mengevaluasi kinerja perusahaan, harga saham dipandang sebagai indikator utama karena mencerminkan performa perusahaan tersebut. Apabila perusahaan berhasil, minat investor terhadap saham perusahaan tersebut cenderung meningkat. Penilaian terhadap kinerja perusahaan bisa didasarkan pada laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Laporan keuangan tersebut memberikan manfaat besar bagi investor dalam proses pengambilan keputusan investasi. Nilai perusahaan tercermin dalam harga pasar sahamnya. Perubahan harga saham, baik kenaikan maupun penurunan, menjadi faktor penting dalam pertimbangan investasi, pengambilan keputusan keuangan, dan pengelolaan aset .

Adanya kasus-kasus yang terjadi sebagaimana diuraikan di atas, menunjukkan bahwa perusahaan berada pada posisi harga saham yang relatif anjlok dan dalam informasi yang disampaikan tentunya perusahaan pasti memiliki penyebab dari beberapa faktor, tidak terkecuali faktor internal perusahaan dalam konteks laporan keuangan. Anjloknya Kinerja pada kasus yang sudah dijelaskan ini berdampak negatif terhadap harga saham karena memuat informasi yang kurang meyakinkan bagi investor. Karena profitabilitas yang rendah menandakan efektifitas yang kurang dari aktivitas yang dilakukan oleh firma, maka perseroan enggan untuk mengutarakan informasi finansialnya secara berlebihan sebab khawatir perseroan hendak kehilangan penanam modalnya . Sebaliknya, ketika surplusnya yang tinggi memperlihatkan keberhasilan perseroan mengenai membangun keuntungan, dengan pengungkapan informasi keuangan perusahaan yang tinggi, persaingan antar firma hendaknya menyadari strategi yang ditetapkan oleh perseroan tersebut, sehingga selanjutnya mengendurkan kedudukan kompetitif perseroan.

Return On Asset (ROA) adalah faktor umum yang digunakan sebagai indikator kinerja keuangan perusahaan yang dapat berdampak pada harga saham perusahaan. ROA mengukur kemampuan suatu firma untuk mendapatkan keuntungan bersih berdasar pada aset yang dimiliki. Dengan demikian, ROA memberikan gambaran tentang efisiensi instansi untik mengelola harta mereka demi mendapatkan keuntungan, sehingga menjadi indikator penting bagi para investor untuk mengevaluasi kesehatan finansial dan potensi pertumbuhan perusahaan . Semakin tinggi Return on Asset (ROA) suatu perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan. ROA yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan efisien dalam memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan laba. Oleh karena itu, investor perlu mempertimbangkan ROA saat melakukan investasi saham, karena ROA berfungsi sebagai indikator penting dalam menilai efisiensi dan kinerja operasional perusahaan. Penelitianmengemukakan bahwasanya ROA berpengaruh positif signifikan pada harga saham. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa hubungan yang positif signifikan terjadi antara ROA terhadap harga saham.

Pengukuran menggunakan RoE untuk kinerja keuangan, cara lain yakni dapat memakai RoE. RoE yakni perbandingan yang dipakai dalam mengukur keuntungan bersih yang didapat dalam pemutaran modal yang diinvestasikan oleh pemilik kepentingan. Perbandingan ini memberi pencerahan mengenai seberapa efisien perusahaan dalam memanfaatkan modal ekuitas guna meraih keuntungan, dan menjadi petunjuk yang krusial bagi investor dalam mengevaluasi kapabilitas perusahaan dalam memberikan pengembalian investasi bagi para pemegang saham.. RoE dipakai dengan membandingkan keuntungan bersih perusahaan dengan total modal ekuitas. Angka RoE yang lebih tinggi memberikan sinyal kepada pemegang kepentingan agar meningkatkan pengembalian investasi, menunjukkan efisiensi perusahaan dalam menghasilkan laba dari ekuitas yang diinvestasikan oleh pemilik. Rasio ini menjadi salah satu indikator penting dalam evaluasi kinerja keuangan perusahaan dan daya tariknya bagi investor.. Hasil penelitian dan . mengungkapkan bahwa hubungan yang positif signifikan terjadi antara ROE terhadap harga saham. Hasil penelitian &. mengungkapkan bahwa hubungan yang negatif signifikan terjadi antara ROE terhadap return saham atau harga saham. Hasil penelitian . mengungkapkan bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Faktor ketiga yang digunakan sebagai alat ukur kinerja keuangan perusahaan yang dapat mempengaruhi harga saham perusahaan adalah adalah Net Profit Margin (NPM). Net Profit Margin (NPM) merupakan Rasio yang mengukur persentase laba bersih dari penjualan bersih atau pendapatan. Ini adalah ukuran profitabilitas yang penting karena mencerminkan efisiensi operasional dan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap penjualan. Menurut, maupun menjelaskan bahwa NPM dihitung dengan membagi laba bersih (setelah mengurangi semua biaya, termasuk pajak) dengan pendapatan atau penjualan bersih. Ini memberikan gambaran tentang seberapa efisien perusahaan dalam mengelola biaya operasionalnya untuk menghasilkan laba bersih. Efisiensi ini sangat penting karena menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan dengan meminimalkan biaya, yang pada gilirannya dapat meningkatkan nilai perusahaan dan menarik minat investor.. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa hubungan yang positif signifikan terjadi antara NPM terhadap return saham atau harga saham. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Berdasarkan data tabel dan histori di atas, rumuskan permasalahan sebagai berikut a. apakah roa akan berdampak signifikan terhadap harga saham? B. apakah roe akan berdampak signifikan terhadap harga saham? C. Bagaimana ROA dan ROE mempengaruhi harga saham?. Harga saham perusahaan manufaktur di sektor industri barang konsumsi berfluktuasi dan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, seperti return on assets (ROA) dan return on capital (ROE) masing-masing emiten. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kenaikan imbal hasil aset dan imbal hasil modal terhadap perubahan harga saham perusahaan berdasarkan rumusan permasalahan tersebut.

Berdasarkan fenomena dan ketidakkonsistenya hasil penelitian terdahulu peneliti beranggapan bahwa ingin meneliti kembali hubungan antara ROA dan ROE terhadap harga saham. Berlandaskan latar belakang sebelumnya, peneliti mengembangkan penelitian . Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena mengubah subjek penelitian dari studi sebelumnya. Peneliti memilih perusahaan di sektor Consumer Goods karena sektor ini menjanjikan dalam jangka panjang. Barang konsumsi cenderung stabil dipakai secara berkelanjutan, sehingga permintaan atas produk tersebut tetap kuat dalam jangka panjang. Fenomena yang terjadi di perusahaan-perusahaan sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia mendorong peneliti untuk memilih perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Goods Industry yang terdata di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menguji Pengaruh (ROA), (ROE) dan (NPM) terhadap harga saham perusahaan.

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Return On Asset terhadap Harga Saham

Return on Assets (ROA) adalah salah satu rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari total aset atau kekayaan yang dimilikinya. ROA mengevaluasi efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan keuntungan, setelah disesuaikan dengan berbagai biaya yang dikeluarkan untuk mendanai aset tersebut. [17]. ROA (Return On Asset) dapat digunakan sebagai alat untuk menilai keadaan dan kegiatan instansi dalam memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Keuntungan yang diperoleh dari pengolahan sumber daya tersebut dapat tercermin dalam nilai perusahaan, yang biasanya diukur melalui harga saham. Menurut [18], jika perusahaan mampu efisien dalam mengelola sumber daya dan menghasilkan keuntungan, hal ini dapat tercermin dari kenaikan nilai perusahaan yang tercermin dalam harga saham. Dengan kata lain, ROA memberikan gambaran tentang seberapa baik perusahaan dapat menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba. Jika ROA tinggi, ini menunjukkan bahwa perusahaan efisien dalam mengelola asetnya, dan dapat berdampak positif pada pnaiknya nilai perusahaan tercermin diharga saham.

H1 : Return On Asset berpengaruh terhadap Harga Saham

Pengaruh Return On Equity terhadap Harga Saham

Return on Equity (ROE) adalah salah satu rasio keuangan yang digunakan untuk melihat pertumbuhan perusahaan dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan total modal. ROE digunakan sebagai indikator untuk mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi yang ditanamkan oleh para pemegang saham. Rasio ini memberikan gambaran tentang seberapa efektif perusahaan dalam mengelola modal yang diinvestasikan oleh pemiliknya untuk menghasilkan keuntungan.. Angka ROE ini mencerminkan sejauh mana manajemen perusahaan mampu memanfaatkan investasi yang telah dilakukan oleh para pemangku kepentingan. ROE diukur dalam satuan persen. Tingkat ROE memiliki korelasi positif dengan harga saham, yang berarti semakin tinggi ROE, maka kemungkinan besar harga pasar saham juga akan meningkat. Dengan demikian, investor sering menggunakan ROE sebagai salah satu indikator utama dalam menilai potensi keuntungan investasi mereka dan dalam mengambil keputusan investasi. Pernyataan ini menunjukkan bahwa level ROE yang tinggi memberikan sinyal positif bagi investor. Besarnya ROE menunjukkan bahwa suatu perusahaan dapat memberikan pengembalian investasi yang tinggi kepada pemegang saham. Hal ini dapat meningkatkan minat investor untuk membeli saham di perusahaan, yang dapat menyebabkan kenaikan harga pasar saham .

H2 : Return On Equity berpengaruh terhadap Harga Saham

Pengaruh Net Profit Margin terhadap Harga Saham

Definisi Net Profit Margin (NPM) adalah rasio keuangan yang mengukur persentase laba bersih dari total pendapatan atau penjualan perusahaan setelah mengurangi semua biaya operasional, bunga, dan pajak. NPM memberikan gambaran tentang seberapa efisien firma demi menghasilkan keuntungan bersih setiap penjualan. Semakin naik nilai NPM, maka semakin efisien instansi dalam memutarkan biaya dan memperoleh laba bersih dari penjualan. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan investor dan harga saham perusahaan. NPM yang meningkat memiliki pengaruh yang sangat tinggi terhadap harga saham karena menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk mencapai laba cukup tinggi. .

H2 : Net Profit Margin berpengaruh terhadap Harga Saham

Kerangka Konseptual

Figure 2. Kerangka Konsep Penelitian

Methods

Jenis Penelitian dan Sumber Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Kuantitatif merupakan data yang diukur melalui perhitungan sehingga dinyatakan dalam bentuk angka atau bilangan. Data yang digunakan, menggunakan data sekunder dalam bentuk laporan keuangan perusahaan sektor industri barang konsumsi (Consumergoods). Data tersebut merupakan data annualreport yang didapat dalam website bursa efek indonesia (BEI).

Teknik Pengumpulan Data

Dalam Penelitian ini menggunakan dokumentasi untuk pengumpulan data. Dengan ini peneliti mengambil sumber dan objek penelitian dari dokumen dan catatan tentang peristiwa masa lalu, baik berupa tulisan pribadi, gambar, maupun karya monumental [21]. Dengan cara mengumpulkan dokumentasi berupa laporan tahunan atau annual report yang diterbitkan pada perusahaan manufaktur Sektor Consumer Good Industry yang iterdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahuni 2019 - 2022.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Good Industry Yang Ada di BEI 2019 -2022 yang berjumlah 47 perusahaan. Teknik pengambilan sampel ini dengan menggunakan teknik purposive sampling. Adapun kreteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah :

Keterangan Jumlah
Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Good Industry yang Ada di BEI 2019 -2022 17
1. Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Good Industry yang tidak menerbitkan laporan keuangan tahunan 2019 -2022 (0)
2. Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Good Industry yang tidak mengalami kerugian di tahun 2019 -2022 (0)
3. Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Good Industry yang menerbitkan laporan keuangan tahunan dengan menggunakan nominal mata uang selain Rupiah (Rp) (0)
Sampel Penelitian 17
Total Sampel n x periode 68
Table 1. Kreteria dan Jumlah Sampel Penelitian
Variabel Definisi Indikator
Harga Saham(Y) Harga saham adalah nilai suatu saham yang tercatat di pasar bursa pada waktu tertentu, dan ditentukan oleh pelaku pasar melalui mekanisme permintaan dan penawaran di pasar modal [22]. Harga saham berperan penting dalam menentukan kekayaan pemegang saham, karena maksimalisasi kekayaan pemegang saham diartikan sebagai upaya memaksimalkan harga saham perusahaan. Harga saham pada suatu waktu akan bergantung pada arus kas yang diharapkan oleh investor "rata-rata" untuk diterima di masa depan, jika mereka memutuskan untuk membeli saham tersebut . indikator harga saham pasar modal yang dipakai, yaitu: (Close Price): Harga penutupan adalah harga saham yang terjadi pada akhir periode perdagangan, yaitu pada penutupan jam perdagangan. Ini adalah harga terakhir yang ditetapkan untuk saham pada hari perdagangan tersebut.Sumber: ,
Return On Asset (ROA)(X1) Return on assets (ROA) adalah rasio keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dengan menggunakan total aset atau kekayaan setelah memperhitungkan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai aset tersebut. ROA memberikan wawasan tentang bagaimana perusahaan secara efektif menggunakan aset mereka untuk menghasilkan keuntungan.[24]. ROA mengukur persentase laba bersih yang dihasilkan perusahaan per unit aset yang dimilikinya.Semakin tinggi nilai ROA, semakin baik kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan menggunakan aset tersebut. ROA sering digunakan oleh investor dan analis keuangan untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dan membandingkannya dengan perusahaan lain di industri yang sama, atau untuk mengevaluasi efisiensi dan kinerja keuntungannya dibandingkan dengan rata-rata industri.. 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛𝑂𝑛 Asset = Laba Bersih / Total Asset Sumber:
Return On Equity (ROE)(X2) ROE mengukur persentase laba bersih perusahaan dalam hubungannya dengan ekuitas yang dimiliki. Semakin tinggi nilai ROE, semakin efisien manajemen dalam memanfaatkan modal yang ditanamkan oleh pemegang saham untuk menghasilkan laba. Tingkat ROE yang tinggi biasanya dianggap baik karena menunjukkan bahwa perusahaan mampu memberikan pengembalian yang tinggi kepada para pemegang sahamnya.. ROE sering digunakan oleh investor dan analis keuangan sebagai indikator kinerja perusahaan. Tingkat ROE yang tinggi juga dapat mempengaruhi harga saham, karena investor cenderung lebih tertarik pada perusahaan yang memiliki ROE yang tinggi karena menjanjikan pengembalian yang lebih baik atas investasi mereka. 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛𝑂𝑛𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 = Laba Bersih /Ekuitas Sumber:
Net Profit Margin (NPM)(X3) Net Profit Margin (NPM) merupakan suatu rasio keuangan yang digunakan untuk mengetahui efisiensi dan keuntungan suatu firma. Rasio ini mengukur persentase laba bersih yang dihasilkan perusahaan dari total pendapatan atau penjualan bersih. Setelah menghitung laba bersih dan penjualan bersih, kita dapat menggunakan rumus di atas untuk menghitung NPM. Angka yang dihasilkan akan memberikan gambaran tentang seberapa efisien perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari setiap penjualan yang dilakukannya. Semakin tinggi nilai NPM, semakin efisien perusahaan dalam mengelola biaya dan memperoleh laba bersih dari penjualan. NPM yang tinggi juga bisa menjadi faktor yang menarik bagi investor, karena menunjukkan profitabilitas yang baik . Rumus untuk menghitung Net Profit Margin Net Profit Margin : Laba stelah pajak / Penjualan bersih x 100% Sumber :
Table 2. Definisi Variabel , Identifikasi Variabel Dan Indicator Variabel

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan software Statistika versi 26 (SPSS).Peneliti menguji pengaruh beberapa variabel independen yaitu return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan net profit margin (NPM). Karena ini menjelaskan variabel penelitian ini. Pengujian hipotesis klasik dilakukan untuk melihat apakah sebaran data yang diterapkan normal atau tidak dan apakah model mengandung tanda-tanda multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Setelah memastikan asumsi dasar terpenuhi, dilakukan uji Koefisien determinasi (R-squared) untuk melihat seberapa bagus model regresi dalam menjabarkan variasi data. Uji F digunakan untuk memeriksa kecukupan model secara keseluruhan. Sedangkan uji t (parsial) dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh masing-masing variabel independen terhadap masing-masing variabel dependen.

Uji Asumsi Klasik

Penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik. Ada empat pengujian dalam uji asumsi klasik yang terdiri dari:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan agar mengetahui apakah ada variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal didalam model regresi. Model regresi yang baik yaitu berdistribusi data normal yaitu data yang memiliki nilai signifiaknsinya > 0,05 atau mendekati.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dirancang untuk menguji apakah ditemukan kolerasi antara variabel bebas (independen) dalam model regresi. Tujuannya adalah untuk menguji apakah variabel-variabel tersebut berkorelasi dengan model regresi atau tidak. Jika data tidak memiliki multikolinearitas, hal ini dapat ditentukan ketika nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dipakai dalam menguji apakah ada auto korelasi antara kesalahan pengganggu pada tahun t dengan kesalahan pada tahun t-1 (sebelumnya). nilai yang dipakai adalah nilai Durbin Watson dalam model regresi linear. Apabila korelasi terjadi maka dinyatakan adanya autokorelasi .

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas ini memeriksa untuk melihat apakah ada varian yang tidak sama dalam residual suatu penelitian. Model regresi yang dibutuhkan adalah residual varian dari satu pengamatan ke pengamatan konstan yang lain ataupun disebut homoskedastisitas. Dengan syarat nilai signifikan variabel bebas > 5 .

Model analisa data penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda sangat berguna ketika menguji lebih dari dua variabel independent terhadap variabel dependen . Analisis regresi linier berganda dipakai dalam penelitian untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Yakni yang menjadi variabel bebas adalahReturn On Asset. (ROA), Regresi Return On Equity. (ROE), Net Profit Margin. (NPM), sedangkan variabel terikatnya adalah Harga Saham (Y). Secara umum persamaan analisis berganda dilakukan untuk menguji hipotesis-hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

Figure 3.Rumus persamaan regresi linier berganda

Keterangan:

Y: Harga Saham

a: Konstanta

b1: Koefisien Regresi Return On Asset (ROA)

b2: Koefisien Regresi Return On Equity (ROE)

b3: Koefisien Regresi Net Profit Margin (NPM)

X1: Variabel Return On Asset (ROA)

X2: Variabel Return On Equity (ROE)

X3: Variabel Net Profit Margin (NPM)

E: Persentase Kesalahan

Koefisien Determinasi (R2)

Menurut , “ Benar, koefisien determinasi (R-squared) merupakan ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi seberapa baik model regresi menjelaskan variasi dalam data. Nilai R-squared berkisar antara 0 dan 1, dan semakin mendekati 1, semakin baik model regresi tersebut dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Dalam konteks ini, nilai R-squared yang mendekati 1 menunjukkan bahwa model dapat menjelaskan sebagian besar variasi dalam variabel dependen menggunakan variabel independen yang ada dalam model. Namun, penting untuk diingat bahwa R-squared tidak memberikan informasi tentang signifikansi statistik dari model itu sendiri. Meskipun nilai R-squared yang tinggi menunjukkan bahwa model secara keseluruhan cocok dengan data dengan baik, tetapi hal itu tidak berarti bahwa setiap variabel independen secara individual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, selain memperhatikan nilai R-squared, penting juga untuk melakukan uji t (parsial) untuk menguji signifikansi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen..

(Uji T)

uji statistik t umumnya digunakan untuk mengevaluasi signifikansi koefisien regresi dalam model regresi. Nilai t-statistic mengindikasikan seberapa signifikan pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen dalam model . Dalam banyak kasus, batasan yang umum digunakan untuk tingkat signifikansi adalah 0,05 (5%). Jika nilai t-statistic lebih kecil dari 0,05, maka variabel independen dianggap signifikan secara statistik dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai t-statistic lebih besar dari 0,05, maka variabel independen dianggap tidak signifikan secara statistik dan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.. Menurut [27], uji statistik T dilakukan untuk menge tahui sejauh mana pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen.

Result and Discussion

Uji Statistik Deskriptif

Hasil uji statistik deskriptif mampu meringkas atau menggambarkan informasi dari setiap variabel yang dipakai dalam penelitian ini dengan menampilkan nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasi. Berikut hasil uji statistik deskriptif untuk masing-masing variabel disajikan pada Tabel 3 sebagai berikut:

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Harga Saham 68 103.00 14475.00 3272.1912 3510.40307
Return On Asset 68 -203210729.00 348851443.00 78260713.4559 86647216.77985
Return On Equity 68 -619556915.00 1450881522.00 167405031.1324 327728985.48850
Net Profit Margin 68 -3284389676.00 9818792106.00 2595872048.3676 2718787234.98085
Valid N (listwise) 68
Table 3. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Sumber : Diolah menggunakan SPSS 26

Hasil output SPSS menunjukkan jumlah sampel penelitian (N) ada 95 variabel. Berikut penjelasan tiap masing-masing variabel :

Pada tabel 3 menunjukkan nilai variable Harga Saham nilai rata-rata dari 68 sampel Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Good Industry yang Ada di BEI dalam penelitian diperoleh sebesar 3272.1912, dengan deviasi standar sebesar 3510.40307, Nilai tertinggi sebesar 14475.00 Sedangkan nilai terendah adalah 103.00.

Pada tabel 3 menunjukkan nilai variable Return On Asset nilai rata-rata dari 68 sampel Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Good Industry yang Ada di BEI dalam penelitian diperoleh sebesar 78260713.4559, dengan deviasi standar sebesar 86647216.77985, Nilai tertinggi sebesar 348851443.00 Sedangkan nilai terendah adalah -203210729.00.

Pada tabel 3 menunjukkan nilai variable Return On Equity nilai rata-rata dari 68 sampel Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Good Industry yang Ada di BEI dalam penelitian diperoleh sebesar 167405031.1324, dengan deviasi standar sebesar 327728985.48850, Nilai tertinggi sebesar 1450881522.00 Sedangkan nilai terendah adalah -619556915.00.

Pada tabel 3 menunjukkan nilai variable Harga Saham nilai rata-rata dari 68 sampel Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Good Industry yang Ada di BEI dalam penelitian diperoleh sebesar 2595872048.3676, dengan deviasi standar sebesar 2718787234.98085, Nilai tertinggi sebesar 9818792106.00 Sedangkan nilai terendah adalah -3284389676.00.

Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui kelayakan penggunaan model penelitian. Pengujian ini untuk memastikan bahwa model regresi yang digunakan telah teruji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Berikut adalah hasil uji hipotesis klasik yang dilakukan terhadap bukti informasi yang diaplikasikan kedalam penelitian ini.

Uji Normalitas

One- Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 68
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 535.82366189
Most Extreme Differences Absolute .190
Positive .190
Negative -.139
Test Statistic .190
Asymp. Sig. (2-tailed) .182c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Table 4. Hasil Uji Normalitas One-Sampel Kolmogorov-Smirnov Test

Berdasarkan Tabel 4. dapat dilihat bahwa nilai Ashimp. Sig. sebesar 0,182 lebih besar dari α = 0,05. Berlandaskan hasil uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov Test pada table 4. diatas terbukti bahwa nilai probabilitas = > 0,05, maka hal tersebut berarti uji normalitas dipenuhi. Karena nilai signifikasi model regresi memiliki nilai lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data yang dipakai dalam penelitian dapat dinyatakan terdistribusi normal.

Uji Multikolinieritas

Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Return On Asset .558 1.792
Return On Equity .656 1.798
Net Profit Margin .989 1.011
a. Dependent Variable: Harga Saham
Table 5. Hasil Uji Multikolinieritas

Dari hasil uji multikolinieritas pada tabel 5. Nilai tolerance masing-masing variable memiliki nilai lebih besar dari 0,10 dan nilai variance inlation factor (VIF) kurang dari 10 sehingga dapa disimpulkan tidak terjadi gejala multikolinieritas. Untuk menegetahui ada atau tidaknya problem multikolinieritas dengan menetukan nilai VIF (Variance Inflation Faktor), apabila nilai VIF < 10 atau nilai tolerane > 0,1 berati tidak terjadi multikolinieritas.

Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 405.390 67.333 6.021 .000
Return On Asset 1.124E-6 .000 .287 1.767 .082
Return On Equity -2.219E-7 .000 -.214 -1.317 .192
Net Profit Margin -1.732E-8 .000 -.139 -1.137 .260
a. Dependent Variable: ABS_RES
Table 6. Hasil Uji Heteroskedastisitas Coeficientsa -Glejser

Berlandaskan hasil uji heteroskedastisitas pada table 6. Nilai signifikan dari setiap variabel bebas lebih besar dari 0,05 yang artinya variabel bebas tidak berpengaruh terhadap absolute residual (ABS_RES_1), Sehingga tidak didapati gejala heteroskedastisitas pada hasil uji tersebut.

Uji Autokorelasi

Tabel 7. Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb

Model Summary b
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .891a .794 .785 548.23821 1.802
a. Predictors: (Constant), Net Profit Margin, Return On Asset, Return On Equity
b. Dependent Variable: Harga Saham
Table 7.

Berlandaskan hasil uji autokorelasi nilai DW sebesar 1.802 Jumlah sampel 68 dan jumlah variabel sebanyak 3, maka didapati nilai du sebesar 1.7001. Dari nilai tersebut adapun syarat yang harus dipenuhi adalah du<dw<4-du yaitu 1,7001<1.8020<.2,2999 yang berarti bahwa nilai du 1,7001. lebih kecil dari nilai dw yaitu 1.8020 dan nilai dw lebih kecil dari nilai 4-du yaitu sebesar 2,2999 sehingga dapat disimpulkan bahwa model tersebut tidak terjadi autokorelasi..

Uji Kelayakan Model ( Goodness of Fit )

Uji R²

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .891a .794 .785 548.23821
a. Predictors: (Constant), Net Profit Margin, Return On Asset, Return On Equity
Table 8. N ilai Koefisien Determinasi Model Summaryb

Berdasarkan Tabel 8. Nilai koefisien determinasi adjusted R square sebesar 0.785 ini berarti 78,5% Harga saham, Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Good Industry yang Ada di (BEI) Bursa Efek Indonesia tahun 2019 – 2022 dipengaruhi oleh Return On Asset, Return On Equity, Net Profit Margin, kemudian sisanya sebesar 21,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah suatu pendekatan statistik yang mengilustrasikan pola hubungan antara dua atau lebih variabel melalui sebuah persamaan matematis. Analisis regresi linier berganda dapat dilakukan setelah melalui proses uji asumsi klasik yang telah diselesaikan

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 2707.255 109.548 24.713 .000
Return On Asset 8.950E-6 .000 .657 8.648 .000
Return On Equity 9.408E-7 .000 .261 3.433 .001
Net Profit Margin -1.129E-7 .000 -.260 -4.557 .000
a. Dependent Variable: Harga Saham
Table 9. Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Analisis Regresi Linier Berganda

Berdasarkan uji regresi linier berganda pada tabel 9, menunjukkan bahwa Return On Assetberpengaruh terhadap Harga Saham dan signifikansinya kurang dari 0,05 yaitu 0,000 dengan beta sebesar 8.950E-6. Yang artinya variable (Return On Asset) X1 berpengaruh positif signifikan terhadap Y (Harga Saham), sehingga hipotesis 1 diterima. Pada tabel 9, membuktikan bahwasanya Return On Equityberpengaruh terhadap Harga Saham dan signifikansinya kurang dari 0,05 yaitu 0,001 dengan beta sebesar positif 9.408E-7. Yang artinya variable (Return On Equity) X2 berpengaruh negatif signifikan terhadap Y (Harga Saham), sehingga hipotesis 2 diterima. Pada tabel 9, menunjukkan bahwa Net Profit Margin berpengaruh terhadap Harga Saham dan signifikansinya kurang dari 0,05 yaitu 0,000 dengan beta sebesar negatif -1.129E-7. Yang artinya variable (Net Profit Margin) X3 berpengaruh negatif signifikan terhadap Y (Harga Saham), sehingga hipotesis 3 diterima.

Discussion

Pengaruh Return On Asset terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil pengujian parsial pada tabel 9, variabel Return On Assetberpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang memiliki ReturnonAsset (ROA) tinggi tentu memiliki harga saham yang tinggi. ReturnonAsset (ROA) yang baik atau meningkat berpotensi terhadap daya tarik oleh investor. Ketika terjadi peningkatan kualitas laba yang ditandai dengan peningkatan arus kas operasional dibandingkan dengan laba bersih perusahaan maka akan menyebabkan naiknya biaya ekuitas perusahaan.

Dari penelitian ini peneliti menemukan bahwa ROA (profitabilitas ) mengalami kenaikan yang sangat signifikan sehingga berkaitan dengan fenomena diatas teramati pada perusahaan-perusahaan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia sejak awal tahun penetitian sampai selesai berdasarkan informasi yang diteliti dan diamati dapat diambil kesimpulan yakni, ROA berpengaruh positif terhadap harga saham sekaligus memberikan manfaat besar bagi investor dalam proses pengambilan keputusan investasi dan nilai perusahaan tercermin dalam harga pasar sahamnya. Hal ini dapat terjadi karena adanya laba yang diperoleh perusahaan bersumber dari pengelolaan ekuitas yang kurang efisien karena ekuitas memiliki biaya yang meningkat seiring dengan besarnya ekuitas yang digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh laba. Semakin tinggi nilai kualitas laba berpengaruh terhadap biaya ekuitas yang semakin tinggi.

Profitabilitas dapat diukur dengan Return On Assets (ROA) yang menunjukan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak . Menurut rasio ROA penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan. Semakin besar ROA, maka semakin besar penggunaan aktiva perusahaan atau kata lain dengan jumlah aktiva yang sama biasanya dihasilkan laba yang lebih besar, dan berlaku sebaliknya.Sesuai dengan teori signaling yang menyebutkan bahwa profitabilitas merupakan sesuatu yang dapat menarik minat pasar (investor). Investor akan menanamkan modalnya untuk memperoleh keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual saham. Dengan perubahan nilai rasio ROA maka perusahaan dianggap mampu menghasilkan keuntungan dari total aset yang dimilikinya. Hal tersebut merupakan signal positif bagi investor yang mengindikasikan perubahan harga saham.Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering disoroti, karena mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan .

ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan manghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. ROA dapat membantu perusahaan yang telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik untuk dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan sehingga dapat diketahui posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam perencanaan strategi . Hasil penelitian ini konsisten serta mendukung penelitian dan , yang mengemukakan bahwasannya Return On Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham. Namun berbeda dengan penelitian yang mengemukakan bahwasanya bahwasannya Return On Assettidak berpengaruh terhadap Harga Saham.

Pengaruh Return On Equity terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil pengujian parsial pada tabel 9, variabel Return On Equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa jika Return on Equity mengalami peningkatan maka harga saham akan mengalami juga kenaikan. Namun adanya pengaruh yang tidak signifikan yang mengindikasikan bahwa besar kecilnya nilai Return on Equity tidak bisa menjelaskanserta memprediksi tingkat harga saham. Return on Equity adalah rasio yang membandingkan laba bersih setelah pajak terhadap modal sendiri. Semakin tinggi Return on Equity berarti semakin efisien dalam penggunaan modal sendiri yang dilakukan pihak manajemen perusahaan. Akan tetapi jika Return on Equity tinggi atau rendah tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap harga saham itu sendiri. Selain itu juga menggambarkan kemampuan terhadap perusahaan sebagai menghasilkan laba dengan investasi pihak pemilik, namun adanya kekurangan menggambarkan perkembangan serta prospek perusahaan sehingga pihak investor tidak terlalu memperhitungkan Return on Equity sebagai pertimbangan investasinya. Dengan ini menjadikan pertimbangan pihak investor apakah akan melakukan investasi atau tidak. Namun hal tersebut bukan berarti nilai Return on Equitytidak membuat pihak investor untuk langsung memutuskan tidak berinvestasi akan tetapi masih ada banyak bahan menjadi pertimbangan selain Return on Equity. Hasil penelitian ini konsisten serta mendukung penelitian dan yang mengemukakan bahwasannya Return On Equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham. Namun berbeda dengan penelitian dan yang mengemukakan bahwasanya bahwasannya Return On Equity berpengaruh negatif terhadap Harga Saham. Dan berbeda pula dengan penelitian dari yang mengemukakan bahwasanya bahwasannya Return On Equity tidak berpengaruh terhadap Harga Saham.

Pengaruh Net Profit Margin terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil pengujian parsial pada tabel 9, variabel Net Profit Margin berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Harga Saham. Penyebabnya Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualanyang dilakukan perusahaan, rasio ini mencerminkan efisiensi seluruh bagian yakni produksi, personalia, pemasaran, dan keuangan yang ada dalam perusahaan. Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajakdibandingkan dengan penjualan, rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjulan, . Hasil penelitian ini konsisten serta mendukung penelitian , yang mengemukakan bahwasannya Net Profit Margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham. Namun berbeda dengan penelitian yang mengemukakan bahwasanya bahwasannya Net Profit Margin berpengaruh Positif terhadap Harga Saham. Dan berbeda pula dengan penelitian dari yang mengemukakan bahwasanya bahwasannya Net Profit Margin tidak berpengaruh terhadap Harga Saham.

Conclusion

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, diperoleh kesimpulan berikutnya :

a. Berdasarkan hasil pengujian parsial, variabel Return On Asset dan Return On Equityberpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham. Alasannya karena, bahwa perusahaan yang memiliki Return on Asset (ROA) tinggi tentu memiliki harga saham yang tinggi. Return on Asset (ROA) yang baik atau meningkat berpotensi terhadap daya tarik oleh investor. Dan jika Return on Equity mengalami peningkatan maka harga saham akan mengalami juga kenaikan. Namun adanya pengaruh yang tidak signifikan yang mengindikasikan bahwa besar kecilnya nilai Return on Equitytidak bisa menjelaskanserta memprediksi tingkat harga saham.

b. Berdasarkan hasil pengujian parsial pada tabel 9, variabel Net Profit Margin berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Harga Saham. Rasio ini mencerminkan efisiensi seluruh bagian yakni produksi, personalia, pemasaran, dan keuangan yang ada dalam perusahaan. Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak.

References

  1. A. Darmawan and R. Purbasari, "Pengaruh Earning Per Share, Net Profit Margin dan Return On Equity Terhadap Harga Saham," Jurnal Studia Akuntansi Dan Bisnis, vol. 5, no. 1, pp. 1–15, 2017.
  2. I. S. D. Lestari and N. P. S. Suryantini, "Pengaruh CR, DER, ROA, dan PER Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Farmasi di BEI," E-Jurnal Manajemen, vol. 8, no. 3, pp. 1844–1871, 2019.
  3. U. Sekaran and R. Bougie, Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Pengembangan Keahlian, 2nd ed. Jakarta: Salemba Empat, 2017.
  4. D. Gunawan and I. Widjaja, "Pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), dan Price Earnings Ratio (PER) Terhadap Return Saham Perusahaan Consumer Goods," Jurnal Manajemen Bisnis Dan Kewirausahaan, vol. 5, no. 6, pp. 573–577, Dec. 2021.
  5. J. T. Simbolon and P. E. Sudjiman, "Pengaruh ROA dan ROE Terhadap Harga Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Semen di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019)," Jurnal Manajemen, vol. 10, no. 1, pp. 51–65, 2022.
  6. R. S. Parmananda and E. Maryanti, "Effect of Overvalued Equity, Earning Management, Operational Cash Flow Volatility on Profit Quality with Good Corporate Governance as Moderating Variable," Academia Open Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Apr. 2023.
  7. M. Hanafi, A. Halim, Analisis Laporan Keuangan, 1st ed., vol. 3. Yogyakarta: Upp Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen, 2012.
  8. D. Sartika, "Pengaruh Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Non Sektor yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Studi Empiris pada Perusahaan Grup Lippo Tahun 2012-2018)," Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Indonesia, vol. 2, no. 2, pp. 26–32, Jan. 2021. Accessed: Jan. 23, 2024. [Online]. Available: http://sostech.greenvest.co.id
  9. M. I. Lestari and T. Sugiharto, "Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya," Jurnal Ekonomi, vol. 2, no. 2, pp. 10–20, 2007.
  10. M. Hendrich, "Pengaruh Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Indonesia Periode 2017-2019," Jurnal Ilmiah Akuntansi Rahmaniyah (JIAR), vol. 4, no. 1, pp. 20–39, 2020. [Online]. Available: http://jurnal.stier.ac.id
  11. A. Agung et al., "Pengaruh Return On Equity, Price Earning Ratio, Net Profit Margin, Earning Per Share dan Dividend Yield Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018-2020," Jurnal Kharisma, vol. 4, no. 2, pp. 449–457, 2022. [Online]. Available: www.idx.co.id.
  12. T. Sri, I. Kusumas Tuti, and D. Retnaningdiah, "Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia," Jurnal Ekonomi, 2023.
  13. R. N. Miranda and F. Kharisma, "Pengaruh Return On Assets dan Return On Equity Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Consumer Goods yang Tercatat di BEI Periode Tahun 2013-2017," Borneo Student Research, vol. 1, no. 3, pp. 2009–2017, Aug. 2020.
  14. J. Ekonomi et al., "Pengaruh Net Profit Margin, Return On Asset, Return On Equity, dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham," Jurnal Produktivitas, vol. 9, no. 2, pp. 171–182, 2018.
  15. M. Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, 9th ed. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016.
  16. J. Ekombis Review et al., "Pengaruh Return On Asset, Return On Equity, Net Profit Margin," Journal Ekombis Review, vol. 9, no. 2, pp. 171–182, 2021. doi: 10.37676/ekombis.v9i2.1325.
  17. L. Pada Bank, Y. Terdaftar, D. Bursa, E. Indonesia, N. Ahmadi, and B. Rahmani, "Pengaruh ROA, ROE, NPM, GPM dan EPS Terhadap Harga Saham dan Pertumbuhan," Jurnal Ekonomi, 2014.
  18. Y. W. Cahyaningrum and T. W. Antikasari, "Pengaruh Earning Per Share, Price to Book Value, Return On Asset, dan Return On Equity Terhadap Harga Saham Sektor Keuangan," Jurnal Economia, vol. 13, no. 2, pp. 191–200, 2018.
  19. M. Harahap and S. Safri, Analisis Kritis Laporan Keuangan, 1st ed., vol. 1. Jakarta: Gramedia, 2018.
  20. J. Ekombis Review et al., "Analisis Pengaruh Return On Asset, Return On Equity dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham," Journal Ekombis Review, vol. 9, no. 2, pp. 193–205, 2021. doi: 10.37676/ekombis.v9i2.1330.
  21. M. Husnan, Analisis Teknikal & Analisis Fundamental pada Harga Saham. Jakarta, 2005.
  22. G. E. Y. Egam, V. Ilat, and S. Pangerapan, "Pengaruh Return On Asset, Return On Equity, Net Profit Margin, dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2013-2015," Jurnal Ekonomi, 2017.
  23. M. Hery, Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta, 2015.
  24. I. Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25, 9th ed. Semarang: Universitas Diponegoro, 2018.
  25. I. Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 26, 10th ed. Semarang: Universitas Diponegoro, 2021.
  26. M. L. Sembiring, "Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada PT Indah Kiat Pulp and Paper yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009-2017," Universitas Medan Area, 2019.
  27. M. Hanafi, "Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham (Studi pada Sektor Properti dan Real Estate yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2015-2017)," Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, 2019.
  28. L. Nisfatul, "Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas dan Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham Perusahaan Food and Beverage," Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, vol. 6, no. 9, 2017.
  29. M. Hanafi, A. Halim, Analisis Laporan Keuangan, 1st ed., vol. 3. Yogyakarta: Upp Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen, 2012.
  30. R. N. Miranda and F. Kharisma, "Pengaruh Return On Assets dan Return On Equity Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Consumer Goods yang Tercatat di BEI Periode Tahun 2013-2017," Borneo Student Research, vol. 1, no. 3, pp. 2009–2017, 2020.
  31. E. R. Y. Yudistira and I. M. P. Setiawan, "Pengaruh Return On Assets, Return On Equity, dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia," Journal of Business and Economic Review, vol. 2, no. 1, pp. 1–14, 2020.
  32. E. R. Y. Yudistira and I. M. P. Setiawan, "Pengaruh Return On Assets, Return On Equity, dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia," Journal of Business and Economic Review, vol. 2, no. 1, pp. 1–14, 2020.
  33. I. S. D. Lestari and N. P. S. Suryantini, “Pengaruh CR, DER, ROA, dan PER Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Farmasi di BEI,” E-Jurnal Manajemen, vol. 8, no. 3, pp. 1844–1871, 2019.
  34. R. Magfiro, “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham R Budhi Satrio,” Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya. [Online]. Available: www.idx.co.id
  35. A. Agung, I. Raka, M. Pitaloka, N. M. Sunarsih, and I. A. Budhananda Munidewi, “Pengaruh Return on Equity, Price Earning Ratio, Net Profit Margin, Earning Per Share dan Dividend Yield Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018-2020,” Jurnal Kharisma, vol. 4, no. 2, 2022. [Online]. Available: www.idx.co.id
  36. B. Wulandari, I. J. Daeli, I. K. Br. Bukit, and W. N. S. Sibarani, “Pengaruh ROE, CR, TATO, NPM Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia,” Owner, vol. 4, no. 1, p. 114, Jan. 2020. doi: 10.33395/owner.v4i1.187.