Background: Understanding the decision-making process of investors is vital in the evolving capital market, especially among Generation Z. Specific Background: This generation encounters unique challenges and opportunities as they define their financial goals. Knowledge Gap: Limited research exists on the specific factors influencing Generation Z’s investment decisions. Aims: This study investigates the motivators behind Generation Z's choices in the capital market using a qualitative phenomenological approach. Results: Findings identify key influences such as investment knowledge, income, risk tolerance, and return expectations, demonstrating that financial literacy significantly impacts decision-making. Novelty: This research highlights the need for targeted financial education resources for Generation Z. Implications: The study emphasizes the importance of tailored financial education programs to enhance informed participation in the capital market.
Highlights :
Keywords:Generation Z, Investment, Knowledge, Risk, Decision-making
Di era globalisasi, perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini terus mengalami peningkatan. Hal ini mengharuskan seseorang memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk mengelola sumber daya keuangan dan kekayaannya. Maraknya budaya konsumtif dikalangan masyarakat dapat membuat seseorang sulit untuk membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Tanpa adanya pertimbangan yang matang ketika membelanjakan suatu barang serta tidak adanya pengetahuan tentang manajemen keuangan, dapat menyebabkan pemborosan pendapatan dan kesulitan ekonomi [1]. Adanya ketidakpastian keadaan ekonomi juga menjadi faktor yang dapat membuat seseorang terjebak dalam kesulitan ekonomi, seperti pandemi covid yang dialami oleh seluruh negara di dunia dalam dua tahun terakhir. Tidak hanya pada kondisi covid, ada beberapa kejadian tidak terduga yang bisa menimpa, seperti kehilangan pekerjaan atau terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), bencana, menderita penyakit, dan kejadian lainnya yang membutuhkan dana cukup besar dalam waktu yang singkat [2]. Pasca pandemi covid kemarin, membuat masyarakat belajar akan pentingnya mempersiapkan keadaan di masa yang akan datang, dalam artian bahwa memiliki dana darurat dalam pengelolaan keuangan sangatlah penting. Kemampuan dalam pengelolaan keuangan yang baik akan membuat seseorang merasakan manfaat atas uang atau pendapatan yang dimilikinya. Pengalokasian dana dengan tepat menandakan seseorang memiliki kemampuan manajemen keuangan yang baik, seperti penggunaan/konsumsi dalam kebutuhan sehari-hari, menabung, asuransi, dana pensiun dan penempatan dana darurat. Emergency fund atau dana darurat merupakan sejumlah dana yang disiapkan untuk digunakan dalam menghadapi kebutuhan keuangan yang bersifat darurat atau mendesak [3]. Terdapat sekitar 16% penduduk Indonesia yang memiliki dana darurat. Artinya, banyak generasi muda yang belum mampu mengalokasikan pendapatannya ke dalam dana darurat [4].
Selain bekerja, seseorang dapat memperoleh pendapatan yang lebih dengan cara berinvestasi dan tak lupa untuk melakukan manajemen keuangan yang baik [1]. Investasi adalah penanaman sejumlah dana yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Kemudahan teknologi di masa sekarang, membuat seseorang dengan mudah memperoleh informasi. Ketersediaan informasi mengenai jenis instrumen keuangan serta cara berinvestasi dapat ditemukan melalui media internet. Seorang investor yang ingin memiliki passive income dapat melakukan investasi di pasar modal. Pasar modal adalah pasar berbagai instrumen investasi keuangan jangka panjang dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. Pasar modal berperan sangat penting bagi kelangsungan perekonomian suatu negara, dikarenakan pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi (sebagai sarana untuk mempertemukan investor dan pihak yang memerlukan dana) dan fungsi keuangan (memberikan investor imbalan atau returnatas investasi yang telah dipilih). Terdapat beberapa produk keuangan yang ada di pasar modal, seperti saham, reksadana, obligasi atau surat hutang dan berbagai instrumen derivatif dari efek atau surat berharga.
Semua produk keuangan tentunya memiliki returndan risikonya masing-masing. Pertama, saham merupakan salah satu bentuk kepemilikan seseorang atau badan usaha pada suatu perusahaan. Return yang didapatkan dari instrumen investasi ini yaitu mendapatakan dividen (pembagian return yang diberikan oleh emiten) dan capital gain(selisih antara harga beli dan harga jual). Adapun risiko yang dihadapi yaitu, tidak mendapatkan dividen jika perusahaan emiten mengalami kerugian, capitallossyaitu jika harga jual lebih rendah dibandingkan harga beli, risiko likuidasi (jika emiten bangkrut atau dilikuidasi). Kedua, reksadana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana bagi para investor dan dikelola oleh badan hukum yang bernama manajer investasi. Instrumen investasi ini dapat dijadikan pilihan bagi investor yang memiliki modal kecil dan tidak mempunyai banyak waktu dalam menghitung risiko atas investasinya. Return yang didapatkan atas investasi ini yaitu, dikelola oleh ahlinya (manajer investasi), investasi yang terjangkau (tidak memerlukan modal yang besar), risiko yang lebih minimal, terjaga likuditasnya. Adapun risikonya yaitu,riskofdiminishingunitvalueyakni bentuk risiko yang dipengaruhi akan turunnya harga dari efek (saham, obligasi, dan sebagainya). Ketiga, obligasi adalah surat perjanjian tertulis mengenai utang dalam jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan, berisi kontrak antara investor dengan emiten yang menyatakan bahwa investor telah membeli utang perusahaan yang menerbitkan obligasi. Return yang diperoleh akan investasi ini yaitu, dapat memberikan pendapatan tetap (fixed income) berupa kupon atau bunga, keuntungan atas penjualan obligasi (capitalgain). Adapaun risikonya yaitu, risiko tingkat suku bunga (jika suku bunga naik maka harga obligasi turun, jika suku bunga turun maka harga obligasi akan naik) [5].
Keuntungan yang akan diperoleh dari investasi tidak dapat dihasilkan secara cepat begitu saja, karena pada dasarnya investasi sendiri diperuntukkan untuk mengembangkan atau menambah aset dan adanya kebutuhan di masa mendatang. Adanya pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki akan instrumen keuangan dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan yang tepat dalam memilih produk-produk keuangan yang ada oleh setiap investor. Pengambilan keputusan investasi merupakan suatu proses dalam menyimpulkan suatu permasalahan dan mencari pilihan investasi [6]. Dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan dari seorang investor, pengambilan keputusan terhadap suatu instrumen keuangan berpengaruh sangat penting. Penyebab kegagalan utama dalam investasi yaitu dikarenakan seseorang belum memiliki tujuan yang spefisik akan instrumen keuangan yang digunakan serta kurangnya motivasi dalam melakukan investasi[7]. Terdapat beberapa faktor yang bisa saja mempengaruhi akan keputusan investasi seorang investor, diantaranya yaitu literasi keuangan, ekspektasi return, risk perception, herdingbias, dan overconfidence. Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang investor sangat berpengaruh terhadap cara dalam berinvestasi agar nantinya tidak ada penyesalan dan juga meminimalisir risiko terjebak dalam investi bodong yang kerap marak.
Menurut PJOK No. 3 Tahun 2023 financial litteracyatau literasi keuangan merupakan pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan seseorang yang berpengaruh dalam meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan. Literasi keuangan menjadi salah satu faktor terpenting bagi seorang investor untuk menghindari masalah keuangan karena seringkali seseorang dihadapkan pada tradeoff,yaitu keadaan seseorang harus mengorbankan sesuatu untuk sesuatu yang lain [8]. Pengetahuan tentang keuangan yang baik dapat menjadikan seseorang pandai dalam mengelola penghasilannya. Di mana seseorang akan lebih memperhatikan akan hal yang menjadi kebutuhan, keinginan, selain itu seseorang akan menjadi lebih aware untuk mempersiapkan dana di waktu yang akan datang [9]. Seseorang yang bertanggung jawab atas tindakan keuangannya, maka akan sering memakai uang secara efektif, seperti melakukan penganggaran, savingmoney,mengendalikan pengeluaran, dan juga berinvestasi [10]. Keputusan keuangan yang didasarkan pada perencanaan serta pengetahuan yang sejalan dapat meminimalkan risiko dalam pengambilan keputusan investasi [11].
Return atau pengembalian yang akan diperoleh dari hasil investasi menjadi salah satu faktor yang memicu minat seseorang untuk berinvestasi. Harapan akan memperoleh keuntungan di masa depan menjadi alasan terbesar seseorang melakukan investasi, semakin besar return yang mungkin didapat maka semakin besar pula minat untuk berinvestasi [12]. Adanya keuntungan yang tinggi tentu memiliki risiko yang tinggi juga, begitu sebaliknya. Riskperception merupakan pandangan seseorang akan potensi risiko terhadap suatu hal yang akan dihadapi serta sebagai bentuk kewaspaadaan akan suatu hal. Riskperceptiontimbul karena adanya ketidakpastian yang dihadapi individu
saat memutuskan untuk berinvestasi [13]. Individu yang memiliki risk perception yang tinggi cenderung penuh pertimbangan dalam memutuskan sesuatu. Sebelum berinvestasi, tentu bahwa seorang investor harus mengetahui akan risiko yang nantinya dihadapi, sehingga hal ini akan jauh lebih mudah untuk menentukan profil risiko dari masing- masing instrumen keuangan serta sesuai dengan returnyang diharapkan [14].
Herding bias merupakan kecenderungan seseorang mengikuti atau ter-influence orang lain tanpa adanya pertimbangan serta analisis baik fundamental maupun teknikal terhadap produk-produk yang akan digunakan [9]. Faktor ini dapat dikatakan bahwa seorang investor belum cukup mandiri dalam memberikan keputusan investasi [15]. Meskipun sudah memperoleh edukasi dan pengetahuan dalam berinvestasi, seorang investor yang bersikap herdingmasih kurang percaya diri dalam menentukan pilihan investasinya. Sehingga cenderung memilih untuk mengikuti keputusan investasi yang cenderung dibuat oleh mayoritas [16]. Selain itu, terdapat hal lain yang juga dapat mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan investasi, yaitu bias emosional. Salah satunya yaitu percaya diri (overconfidence). Overconfidence merupakan kondisi seseorang yang melebih-lebihkan kemampuannya dan menganggap lebih hebat dari orang lain [17]. Overconfidence sendiri terbagi menjadi dua tipe yaitu seseorang yang bersikap karena terlalu percaya akan pengetahuan yang dimiliki dan dikarenakan terlalu percaya diri akan kemampuan dirinya [18]. Keadaan ini dapat membuat seseorang bertindak tidak rasional. Seseorang yang memiliki perasaan percaya diri yang berlebihan dapat menjadikan seseorang underestimate terhadap risiko yang ada. Kondisi ini juga cenderung membuat seseorang akan lebih berani dalam membuat keputusan [19].
Penjelasan diatas menjelaskan bahwa memang terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam melakukan pengambilan keputusan, pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh [7] di mana dalam penelitian ini meneliti akan perilaku investor dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Dalam penelitian ini menyatakan bahwa perilaku investor dalam pengambilan keputusan investasi, investor kurang memperhatikan nilai intrinsik saham ketika terjadi kenaikan harga saham dan terlalu percaya diri (overconfidence) dalam melakukan keputusan. Namun, pada penelitian ini juga membuktikan bahwa investor cenderung bersikap rasional dalam mengambil keputusan, yang mana investor sangat memperhatikan kondisi fundamental perusahaan, makro ekonomi, dan pergerakan teknikal harga saham.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengemukakan bahwasannya pada saat ini, investor sektor pasar modal di Bursa Efek Indonesia (BEI) 55 persen didominasi oleh kalangan anak muda usia di bawah 30 tahun [20]. Generasi Z (lahir pada tahun 1997-2012) merupakan kaum yang lahir pada masa berkembangnya teknologi, artinya generasi ini menguasai teknologi dengan lebih maju serta pikiran lebih terbuka [21]. Generasi Z juga menjadi generasi yang memiliki ketergantungan terhadap teknologi. Kemudahan akses dalam mengelola internet, membuat generasi Z dengan mudah menjelajahi dunia maya. Kemudahan ini lantas menjadikan seseorang menjadi lebih cepat dalam memperoleh suatu informasi atau berita terlebih seputar investasi, yang secara tidak langsung informasi yang diperoleh dapat mengubah pola pikir seseorang akan saving society menjadi investing society [22]. Meskipun pada umumnya belum memiliki pendapatan yang tetap, namun minat generasi Z untuk berinvestasi sangat tinggi. Atas pengetahuan yang dimiliki, generasi Z diharapkan dapat mengambil keputusan dengan baik karena bagaimanapun juga dalam berinvestasi tidak hanya memberikan keuntungan melainkan dapat pula memberikan kerugian, hal ini dikarenakan faktor ketidakpastian akan berinvestasi [23]. Dalam halnya berinvestasi, tentu bahwa seorang investor menginginkan hasil yang baik dari usaha yang telah dilakukan salah satunya adalah mendapatkan return yang tinggi. Akan tetapi harus dipahami bahwasannya untuk mendapatkan return yang tinggi, terdapat risiko yang tinggi pula begitu sebaliknya.
Kemudahan dalam bersosial media pada zaman sekarang, memunculkan adanya influencer yang masuk ke berbagai sektor terlebih ke dalam hal investasi. Ini dapat menjadi salah satu faktor akan generasi Z dalam mengambil keputusan investasi. Informasi yang dipaparkan tidak semua disampaikan dengan baik, namun hal ini dapat menjadi pemicu untuk menggali informasi yang lebih lagi di platform digital yang lain akan instrumen investasi tersebut. Berdasarkan hasil SNLIK (Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan) menujukkan bahwa tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia pada tahun 2022 bertambah sebesar 49,68% jika dibandingkan pada tahun 2019 yang berada pada nilai 38,03%, sedangkan tingkat inklusi keuangan mencapai 85,10% yang mana di tahun 2019 hanya 76,19% [24]. Hal ini menunjukkan adanya gap antara tingkat literasi keuangan dan tingkat inklusi yang semakin menurun, pada tahun 2019 sebesar 38,16% menjadi 35,42% di tahun 2022. Artinya, bahwa sebelum memutuskan untuk mengambil atau memanfaatkan suatu produk jasa keuangan, masyarakat telah menyadari akan pentingnya pengetahuan atau informasi dalam produk-produk tersebut yang mana hal ini juga dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan. Kurangnya pengetahuan akan produk keuangan dapat menjadikan seseorang tidak bisa memanfaatkan produknya dengan optimal, bahkan sulit menghindari risiko dari produk tersebut. Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti ingin mengetahui tentang apa saja yang melatarbelakangi generasi Z dalam mengambil keputusan investasi di pasar modal? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi pengambilan keputusan investasi yang dilakukan generasi Z di pasar modal.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh [25]. Penelitian sebelumnya bertujuan untuk menganalisis keputusan investasi di pasar modal (saham) yang dilakukan oleh generasi millenial yang
berdomisili di Singaraja. Adapun hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa perilaku investor dalam mengambil keputusan saham didasarkan pada trend harga saham yang mengalami penurunan akibat pandemi covid-19 dan dipengaruhi oleh faktor herding bias, yaitu mengikuti tindakan atau saran orang lain. Sedangkan dalam penelitian ini akan berfokus pada pengambilan keputusan investasi oleh generasi Z yang merupakan mahasiswa atau alumni Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang berinvestasi di pasar modal dan masih aktif bertransaksi hingga saat ini.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menerapkan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Fenomenologi merupakan studi penelitian yang di dalamnya menjelaskan akan pengalaman seseorang terhadap suatu fenomena tertentu [26]. Dalam penelitian ini, akan menjelaskan secara subjektif akan pengalaman yang dialami masing-masing individu dan memberikan makna akan fenomena tersebut. Seringkali bahwa apa yang dirasakan secara indrawi akan berbeda terhadap apa yang kita maknai. Fenomenologi juga mempelajari akan struktur dari pikiran seseorang mengenai suatu fenomena yang telah di alaminya.
Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, yaitu menggunakan data primer dan data sekunder. Sumber data primer, yaitu data yang didapatkan secara langsung dengan melakukan wawancara secara mendalam kepada informan. Data yang diolah dalam penelitian ini berupa tulisan narasi mengenai suatu objek yang diteliti. Adapun yang menjadi sumber data adalah generasi Z (lahir pada tahun 1997 – 2012) yang merupakan alumni atau mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang telah berinvestasi di pasar modal dan merupakan investor yang masih aktif melakukan jual-beli. Adapun data sekunder, yaitu mencari data berupa jurnal sebagai referensi atau acuan untuk mendukung penelitian ini.
Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini ini merupakan investor yang tergolong dalam generasi Z yang berinvestasi di pasar modal. Adapun instrumen keuangan yang dijadikan sebagai investasi yaitu saham dan reksadana. Terdapat 5 orang informan yang masuk dalam kategori di penelitian ini yaitu, merupakan alumni atau mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, masih aktif bertransaksi hingga saat ini, dan termasuk generasi Z (tahun kelahiran 1997 – 2012) dan 1 orang informan yang merupakan staff dari Galeri Investasi UMSIDA selaku pakar teori. Keenam informan tersebut juga berinvestasi pada sekuritas yang berbeda, sehingga pengalaman dari informan akan menghasilkan hal yang berbeda pula. Berikut merupakan profil informan dalam penelitian ini :
Informan | L/P | Umur (Tahun) | Pekerjaan | Lama Investasi | Instrumen Investasi | Sekuritas |
---|---|---|---|---|---|---|
FT | P | 1992 | Staff Galeri UMSIDA | 10 tahun | Saham | IPOT & Reliance |
RF | L | 1997 | Pengusaha | 4 tahun | Saham | Reliance |
SK | L | 2001 | Mahasiswa | 2 tahun | Saham | IPOT |
AW | L | 2002 | Mahasiswa | 9 bulan | Saham | IPOT |
SQ | P | 2000 | Pekerja | 2 tahun | Reksadana | Bibit |
DA | L | 2000 | Mahasiswa & Pekerja | 1.5 tahun | Reksadana | Bibit |
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakkan dengan tiga tahapan, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.
1. Observasi Observasi merupakan aktivitas pengamatan secara langsung pada suatu objek untuk menggali informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data atau penelitian. Hal yang terpenting dalam kegiatan ini adalah ingatan dan pengandalan dalam mengeksplorasi fenomena yang terjadi. Terdapat 2 jenis obeservasi, yaitu participant
observation dan direct observation. Dalam participant observation (observasi partisipan), peneliti menjadi pemain aktif dalam lingkungan penelitian. Sedangkan dalam direct observation (observasi langsung), peneliti hanya mengamati atau melihat langsung perilaku atau fenomena tersebut tanpa terlibat secara lansgung dalam kehidupan partisipan.
2. Wawancara Wawancara merupakan kegiatan interaksi antara peneliti dengan pemberi informasi untuk mendiskusikan tentang suatu topik masalah dengan sesi tanya jawab. Dengan melakukan wawancara, seorang peneliti akan mendapatkan data yang akurat karena diperoleh secara langsung dari sumber pertama sebagai pelengkap teknik pengumpulan lainnya untuk menguji kevalidan data. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka (facetoface) maupun dengan menggunakan telepon.
3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan kegiatan pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen untuk mendapatkan suatu informasi atau data yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Informasi yang diperoleh dalam bentuk arsip, dokumen, gambar, video, dan dokumen lainnya.
Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang meliputi beberapa tahapan diantaranya, tahapan pertama yaitu pengumpulan data. Penelitian ini dalam memperoleh sumber data menggunakan metode observasi, wawancara serta dokumentasi. Data penelitian ini akan direkam dan dicatat sebagai bukti bahwa hasil penelitian ini nyata dan sesuai dengan faktanya. Tahapan kedua, reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih dan memilah pada hal-hal yag dianggap penting dari data yang diperoleh saat wawancara. Pada tahap reduksi data, hasil observasi maupun hasil wawancara akan diolah agar lebih sederhana serta hasilnya sesuai dengan tujuan penelitian. Tahapan ketiga, penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian secara singkat. Tahapan keempat, penarikan kesimpulan. Pada tahap ini, hasil kesimpulan akan menjawab masalah yang diteliti dalam penelitian ini. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat menjawab rumusan masalah yang telah dirumusukan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian di lapangan[27].
Teknik Keabsahan Data
Pengujian keabsahan data pada metode penelitian kualitatif, meliputi uji credibility (validitas internal), transferability(validitas eksternal),depandability(reliabilitas),confirmability(objektivitas). Uji kredibilitas memiliki arti, yaitu peneliti memberikan jaminan bahwa penelitian yang dapat dipercaya memiliki atribut yang kredibel. Kredibel berarti peneliti dipercaya telah mengumpulkan data yang real di lapangan serta menginterpretasi data autentik tersebut dengan akurat. Terdapat beberapa macam cara pengujian kredibilitas data antara lain dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber data. Triangulasi sumber data merupakan pengecekan data dari berbagai sumber, seperti hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang telah diperoleh dari berbagai sumber kemudian di cek untuk dilakukan uji kredibilitas data dan data yang sudah didapatkan kemudian akan dilakukan analisis oleh peneliti sehingga dapat menarik kesimpulan, setelah itu dimintakan kesepakatan (member check) dengan dua sumber data atau dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda[28].
Berinvestasi dianggap sebagai bentuk bahwa seseorang mandiri secara finansial. Terdapat beberapa instrumen investasi di pasar modal, diantaranya saham, reksadana, obligasi (surat hutang), derivatif, dan exchange-traded fund. Pasca pandemi covid-19, tingkat kesadaran masyarakat akan investasi semakin meningkat. Instrumen investasi reksadana menjadi salah satu yang digemari terutama oleh generasi Z [29]. Dalam pemilihan instrumen investasi setiap orang memiliki alasan dan tujuannya masing-masing. Sebelum melakukan pengambilan keputusan terhadap sesuatu hal, calon seorang investor harus mengetahui tujuan keuangan, pengetahuan akan produk investasi, profil risiko, dan kondisi keuangan [30].
Setiap orang mempunyai alasan masing-masing ketika mengambil suatu keputusan. Terdapat faktor-faktor baik eksternal maupun internal yang mempengaruhi seseorang, misalnya rasa ketertarikan terhadap suatu hal atau ajakan seseorang untuk melakukan sesuatu. Keputusan untuk melakukan investasi, tidak dapat didasarkan sebatas ingin mengikuti orang lain tanpa tahu tujuan, pengetahuan, maupun risiko. Para informan dalam penelitian ini, menjelaskan bahwa alasan yang memotivasi dalam berinvestasi, yaitu rasa ketertarikan pada dunia pasar modal. Hal ini dilandasi akan adanya pengetahuan yang telah diperoleh dalam seminar maupun mata kuliah yang diampunya.
Para informan juga mendapatkan bimbingan atau arahan dari dosen maupun petugas yang ada di Galeri Investasi UMSIDA. Hal ini didukung oleh pernyataan dari informan :
“Dari dulu saya sudah tertarik dengan investasi ataupun trading, nah makin tertarik setelah mengikuti seminar pasar modal jadi setelah itu saya memutuskan untuk berinvestasi.” (wawancara dengan AW selaku investor saham di kampus UMSIDA, 14 Agustus 2023)
“Awalnya saya dapet informasi mengenai saham dari mata kuliah terus dapat bimbingan dari bu fitri yang di galeri investasi sama kaprodi manajemen pak deta, dari informasi-informasi tersebut saya jadi makin tertarik buat berinvestasi.” (wawancara dengan SK selaku investor saham di coffee shop, 22 Juni 2023)
Selain itu, ajakan orang lain juga kerap kali menjadi alasan seseorang untuk berinvestasi. Hal ini mungkin bisa menjadi suatu yang menguntungkan namun juga bisa menjadi suatu boomerang bagi seseorang apabila asal mengikuti orang lain ditambah tidak adanya pengetahuan yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan yang mana awal berinvetasi karena ajakan orang lain :
“Awal dulu berinvetasi terpaksa karena disuruh oleh dosen untuk membuka RDN sekuritas di Galeri Investasi, karena sedikitnya pengetahuan juga awal berinvestasi ya rugi” (wawancara dengan RF selaku investor saham di coffee shop, 20 Juni 2023)
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi seorang investor harus menetapkan tujuan investasi dengan jelas dan terukur, contohnya seseorang berinvestasi untuk mempersiapkan kebutuhan di masa depan seperti, biaya menikah, punya anak, hiburan, sebagai dana pensiun dan yang lainnya. Beberapa informan memiliki tujuan yang sama dalam berinvestasi, yaitu memperoleh keuntungan (return). Adapun keuntungan yang diperoleh dalam bentuk capital gain maupun deviden, keuntungan ini dinilai lebih menguntungkan dibandigkan bunga yang diberikan oleh pihak bank. Adapun pernyataan dari salah informan mengenai tujuan investasinya, yaitu :
“Tujuan saya untuk menabung dan juga menghasilkan uang” (wawancara dengan AW selaku investor saham di kampus UMSIDA, 1 4 Agustus 2023)
Tidak hanya keuntungan semata yang dicari dalam berinvestasi, ada informan lain yang melakukan investasi hanya semata-mata untuk belajar agar pengelolaan keuangan menjadi lebih teratur kearah yang bermanfaat karena sebelumnya informan kurang tepat dalam mengelola keuangannya, sehingga alokasi dana sering digunakan untuk hal- hal yang tidak penting. Hal ini didukung oleh pernyataan dari informan :
“Untuk investasi ini saya nggak terlalu ambisius dalam memperoleh return, karena ya niatnya berinvestasi sendiri ya menyisihkan dari pendapatan gitu.” (wawancara dengan SK selaku investor saham di coffee shop, 22 Juni 2023)
“Saya tujuan utamanya untuk belajar ngembangin uang dan sebagai pengganti tabungan utama.”
(wawancara dengan AW selaku investor saham di kampus UMSIDA, 14 Agustus 2023)
“ Untuk niat awalnya sih emang cuma nyisihin uang aja jadi buat aku keuntungan hanya sebagai bonus aja.” (wawancara dengan SQ selaku investor reksadana secara online, 18 Agustus 2023)
Setiap orang memiliki alasan dan tujuannya masing-masing dalam berinvestasi, hal ini juga menjadi landasan akan keputusan seseorang dalam bertindak. Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari para informan yaitu selain untuk belajar mengelola keuangan juga untuk mendapatkan keuntungan, di mana keuntungan yang diperoleh dapat diputar kembali untuk berinvestasi, menabung, maupun digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berdasarkan profil risiko terdapat beberapa klasifikasi investor, diantaranya investor agresif, investor konservatif, dan investor moderat. Tipe investor agresif merupakan investor yang memiliki tolerasi yang tinggi terhadap risiko, dimana investor tipe ini dapat menerima fluktuasi pasar yang tinggi untuk mencapai return yang tinggi pula. Hal ini juga sesuai dengan prinsip investasi yaitu ‘highrisk,highreturn’. Contoh instrumen investasi untuk tipe investor ini diantaranya, saham, reksadana saham atau fintechpeertopeerlanding.Selanjutnya, tipe investor moderat dimana tipe investor ini memiliki tolerasi risiko sedang dengan tingkat return yang fluktuasinya tidak signifikan. Biasanya tipe investor moderat memiliki tujuan finansial jangka menengah, tipe investor yang masih tetap berhati- hati dalam memilih instrumen investasi yang aman. Tipe ini investor ini cocok untuk berinvestasi pada reksadana pendapatan tetap dan reksadana campuran Terakhir tipe investor konservatif merupakan investor yang memiliki toleransi risiko cenderung rendah dengan harapan return yang minimal setara dengan suku bunga deposito atau fluktuasi nilai pasar yang minimal [31]. Tipe investor ini akan lebih memilih instrumen investasi yang “aman”, yaitu memiiliki kenaikan yang cenderung stabil, walaupun tidak untung banyak asal terjamin. Instrumen yang cocok untuk tipe investor ini, seperti reksadana pasar uang, obligasi, deposito, dan tabungan. Seorang investor perlu memastikan bahwa profil risiko sesuai dengan tujuan investasinya, karena dengan begitu investor dapat lebih mudah membangun portofolio investasi yang sejalan dengan kebutuhan dan keinginan, namun tetap mempertimbangkan dari segi risiko yang dapat diterimanya [32].
Dari beberapa jenis instrumen investasi, informan pada penelitian ini memilih berinvestasi dalam bentuk saham dan reksadana. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi, setiap orang memiliki alasan atau motivasi yang mempengaruhi seseorang tersebut dalam melakukan pengambilan keputusan. Keputusan investasi merupakan proses
yang dilakukan investor dalam menentukan pilihan untuk melakukan investasi dari tahapan menentukan tujuan, mencari instrumen investasi, dan melakukan evaluasi terhadap informasi yang berkaitan dengan opsi investasi. Dalam pengambilan keputusan seorang investor harus bersikap rasionalitas, tidak ikut-ikutan tren maupun orang lain. Sehingga dengan kesadaran penuh investor paham betul terhadap sesuatu hal yang dijalaninya. Adapun hal yang melatarbelakangi para informan di penelitian ini dalam mengambil keputusan, yaitu :
1. Pengetahuan Investasi Memiliki pengetahuan akan investasi sangat dibutuhkan bagi calon seorang investor, terlebih mengenai informasi jenis instrumen investasi yang nantinya akan dipilih. Pengetahuan dasar dalam pasar modal dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam berinvestasi serta hal itu menjadi langkah awal bagi calon investor yang berniat melakukan pergadangan di pasar modal. Adapun beberapa hal yang perlu diketahui oleh seorang calon investor, yaitu seperti apa saham atau reksadana yang akan dibeli, berapa banyak pembelian atau penjualan saham setiap harinya, bagaimana kondisi perusahaannya, perusahaan tersebut bergerak di bidang apa, dan lain sebagainya. Adanya pengetahuan mendasar tentang pasar modal mampu membentuk kemampuan investor menciptakan nilai serta keuntungan dalam mengelola risiko, terlebih lagi untuk mengurangi ekspekstasi yang berlebih serta meminimalisir dampak kerugian, dengan demikian investor dapat melakukan transaksi dengan aman dipasar modal. Dalam investasi saham, terdapat dua analisis yang bisa dijadikan pertimbangan oleh seorang investor ketika memutuskan untuk membeli saham. Dua teknik analisis saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan. Analisis fundamental menyediakan indikator yang dapat mengukur tingkat profabilitas, likuditas, pendapatan, pemanfaatan aset, dan kewajiban perusahaan. Sedangkan analisis teknikal merupakan suatu metode yang digunakan dalam menilai saham berdasarkan pada data-data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham, seperti harga saham dan volume transaksi.
Para informan dalam penelitian ini juga menggunakan dua teknik analisis tersebut. Hal ini menyatakan bahwa informan pada penelitian ini memang telah paham betul akan sesuatu hal yang dijalaninya. Sehingga akan memungkinkan jika informan mampu menghadapi risiko yang ada dan returnyang diperoleh juga sesuai apa yang diharapkan. Pernyataan ini didukung oleh informan :
“Untuk analisis fundamental saya lihat dari laporan keuangan perusahaan, apakah perusahaan tersebut sehat atau tidak, hutangnya banyak atau tidak, lalu PBV dan PER nya juga. Kalau teknikal, saya analisis dari chartnya.” (wawancara dengan AW di kampus UMSIDA, 14 Agustus 2023) “Kalau aku yang paling penting itu laporan keuangan minimal 3 tahun ter akhir, terus perusahaan yang mempunyai likuiditas tidak boleh melebihi ekuitas dan asset, ROA minim 6% dan ROE 6% kalau bisa PBV dibawah 1 serta memiliki capital market yang besar.” (wawancara dengan RF selaku investor saham di coffee shop, 20 Juni 2023)
Berdasarkan pernyataan dapat disimpulkan bahwa penggunaan analisa dalam pengambilan keputusan investasi saham sangat diperlukan, karena dari analisa yang telah dilakukan informan dapat menilai akan risiko serta dapat mengetahui secara nyata tentang kondisi perusahaan melalui laporan keuangan.
Sedangkan pada instrumen investasi reksadana, walaupun dikelola oleh manajer investasi para informan harus memiliki pengetahuan akan jenis reksadana yang nantinya akan dibeli. Terdapat beberapa jenis di reksadana, diantaranya pasar uang, obligasi, saham, dan reksadana campuran. Terdapat 3 informan pada penelitian ini yang berinvestasi di reksadana, ketiga informan tersebut dapat digolongkan sebagai investor moderat jika dilihat dari jenis reksadana yang dipilihnya. Tipe investor ini mempunyai toleransi risiko yang tidak terlalu tinggi, namun mengharapkan return diatas suku bunga deposito dengan fluktuasi nilai pasar yang moderat. Para informan berinvestasi di sekuritas yang sama, yaitu Bibit. Dalam aplikasi bibit memiliki fitur yang dinamakan ‘Robo Adviser’. Fitur ini akan memudahkan calon investor, karena fitur ini dapat merekomendasikan jenis reksadana kepada calon investor sesuai dengan profil risiko. Para informan juga menggunakan fitur ini ketika pertama kali berinvestasi di bibit, adapun pernyataan dari informan :
“Awal-awal investasi pakai rekomendasi dari robo, tapi setelah itu aku juga lihat-lihat berita dana data per 3-6 bulan, katakanlah selama 3 bulan ini lebih bagus di pasar uang, jadi ya aku investasi disitu lebih banyak.” (wawancara dengan DA selaku investor reksadana secara online, 15 Agustus 2023) “Sebenernya rekomendasi dari robo disesuaikan sama profil risiko ku dan ini bentuknya hanya persen- persenan, semisal tingkat risiko ku sedang jadi mungkin akan diarahkan ke obligasi.” (wawancara dengan SQ selaku investor reksadana secara online, 15 Agustus 2023)
Memilih atas rekomendasi dari robo, bukan berarti para informan tidak melakukan riset terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membeli reksadana. Para informan menyesuaikan akan profil risiko serta portofolio atau tujuan keuangan yang hendak dicapainya. Adapun hal-hal yang dipertimbangkan para informan dalam memilih manajer investasi, informan melihat berdasarkan expenseratio,total AUM, drawdown,dan averageyield. Hal tersebut juga sudah tercantum dalam aplikasi bibit, adapun informasi yang lain informan mencari melalui sosial media seperti youtube, instagram, ataupun dapat bertanya melalui cutsomer service yang disediakan di aplikasi bibit.
Namun kebanyakan dari mahasiswa UMSIDA khususnya generasi Z yang terdaftar di Galeri Investasi UMSIDA, pada akhirnya memutuskan untuk tidak berinvestasi kembali yaitu karena kurangnya pemahaman akan investasi. Hal ini didukung oleh pernyataan dari informan :
“.. anak-anak itu ribetnya gini loh mbak, harus nganalisis terus nggak tahu di bidangnya apa.” (wawancara dengan FT selaku Staff Galeri investasi UMSIDA di kampus UMSIDA, 21 Maret 2024)
Sedangkan seperti yang kita tahu bahwa pengetahuan investasi merupakan hal yang penting dan harus diketahui oleh setiap calon investor. Tidak adanya pengetahuan dalam berinvestasi justru dapat membuat seorang investor mengalami kesulitan ekonomi.
2. Pendapatan (Income) Pendapatan (income)merupakan sejumlah dana yang dimiliki oleh seseorang dari hasil usaha dan kinerjanya yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing[33]. Pendapatan sebagian besar mahasiswa berasal dari uang saku yang diberikan oleh orang tua, bekerja baik full time atau part time, atau berwirausaha. Setiap orang dapat mengalokasikan dana yang dimilikinya ke dalam bentuk apapun, salah satunya yaitu dengan berinvestasi. Sebagai seorang mahasiswa harus sudah cukup paham untuk melakukan pengelolaan keuangan. Berinvestasi tentu dapat menjadi opsi yang tepat untuk menyimpan uang atau dana yang dimiliki dengan jangka waktu yang cukup panjang. Pada masa sekarang, seseorang dapat berinvestasi hanya dengan modal 10.000 saja. Namun hal ini tidak lantas menjadikan seseorang berbondong-bondong untuk berinvestasi. Rendah, menengah, dan tinggi pendapatan seseorang dapat mempengaruhinya dalam melakukan pengambilan keputusan. Seseorang yang memiliki dana dengan jumlah cukup banyak, akan cenderung lebih mudah untuk memutuskan berinvestasi pada instrumen investasi yang berisiko. Begitu sebaliknya, seseorang yang memiliki dana yang sedikit akan berinvestasi pada instrumen investasi yang cenderung rendah risiko atau bahkan bisa saja memutuskan untuk tidak berinvestasi. Pendapatan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan investasi, hal ini didukung oleh pernyataan dari informan selaku pakar teori :
“Salah satu faktor yang membuat mahasiswa disini tindak lanjut untuk berinvestasi mungkin karena dana juga ya mbak, mengingat disini kan banyak yang dari kalangan menengah.” (wawancara dengan FT selaku staff Galeri Investasi UMSIDA di kampus UMSIDA, 21 Maret 2024)
Terdapat beberapa ratus mahasiswa yang telah terdaftar di Galeri Investasi UMSIDA, namun hanya sekitar 20% mahasiswa saja yang tetap aktif bertransaksi di pasar modal khususnya saham. Selain dana yang mungkin masih kurang untuk di alokasikan dalam bentuk investasi, kebanyakan dari mahasiswa dalam membuka RDN di Galeri Investasi hanya sekedar untuk pemenuhan tugas saja.
Adapun menurut informan dalam penelitian ini selaku investor reksadana maupun saham juga mengatakan hal yang sama, bahwa pendapatan bisa saja mempengaruhi keputusan seseorang dalam berinvestasi. Berikut hasil wawancara dari informan :
“Menurutakupendapatanituberpengaruhsih,tapikansetiaporangberbeda-bedaya.Kalaumaubelijugaadaminimalpembeliankan,asalniatdanemang maunabungberapapun bisasih.”(wawancaradenganSQselakuinvestor reksadanasecaraonline,15Agustus2023.
Setiap orang akan memiliki pendapat yang berbeda terkait hal ini, terdapat informan lain yang menyatakan hal berbeda dari pendapat diatas. Berikut hasil wawancara dengan informan :
“Menurut aku ngga, karena kan investasi saham juga bisa dengan modal berapapun jadi kalau semisal mau dan punya niat ya bisa mulai nabung dulu buat beli saham.” (wawancara dengan AW selaku investor saham di kampus UMSIDA, 14 Agustus 2023)
Dari wawancara semua pihak dapat disimpulkan bahwa setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda. Setiap orang tidak memiliki kemampuan yang sama, terlebih perihal keuangan. Pendapatan disini berpengaruh terhadap dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi, karena setiap orang memiliki kebutuhan dan keperluannya sehingga dapat disesauikan dengan kondisinya masing-masing.
3. Toleransi Risiko
Seorang investor mempercayakan dananya pada produk investasi untuk memperoleh return yang diharapkan, perhatian utama seorang investor ialah memaksimalkan return dan mampu meminimalisir risiko. Setiap investor memiliki tipe yang berbeda-beda, dapat dikatakan bahwa para informan dalam penelitian ini sebagai tipe investor moderat. Para informan tidak mau mengambil risiko yang terlalu tinggi namun return yang didapatkan sebisa mungkin sesuai dengan yang diharapkan. Dilihat dari ketika membeli saham, para informan membeli ketika harga saham sedang turun, membeli saham pada perusahaan yang nilai sahamnya kecil, selain itu dana atau modal yang dipakai dalam membeli saham atau reksadana juga tidak terlalu besar mengingat investasi di masa sekarang ini dapat dibeli dari harga 10.000 saja.
Kondisi seorang investor dalam mengambil keputusan berpengaruh dalam keadaan psikologisnya, hal ini secara tidak langsung berkaitan ketika seorang investor bisa saja mengalami kerugian. Kerugian sendiri merupakan salah satu risiko yang dihadapi oleh investor. Namun jika seorang investor memiliki kondisi psikologinya yang sehat,
maka ketika mengalami kerugian tidak akan panik. Investasi saham maupun reksadana itu bersifat fluktuatif, artinya investasi ini bisa saja dalam kondisi naik maupun turun. Ketika harga saham naik seorang investor akan mendapatkan untung, ini disebut juga sebagai capitalgain. Namun ketika turun tentu bahwa seorang investor dapat mengalami kerugian. Seorang investor mempunyai batasan pada nilai tertentu, jika dirasa itu sudah melewati batas dan dirasa jika harga saham tersebut tidak bisa naik lagi maka kemungkinan besar akan dijual (cut loss). Ketika mengalami penurunan harga saham, seorang investor sebisa mungkin untuk tidak panik atau buru-buru untuk menjualnya karena masih memungkinkan bahwa harga saham tersebut nantinya akan naik. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan :
“Saya tahan dulu, cek la gi juga analisis saya. Kalau misal tidak berpotensi naik ya saya langsung jual, apalagi kalau sebelumnya pernah turun dan susah untuk naik.” (wawancara dengan AW selaku investor saham di kampus UMSIDA, 14 Agustus 2023)
“Kalau harga turun saya tahan-tahan dulu sih soalnya biasanya naik-naik sendiri.” (wawancara dengan SK selaku investor saham di coffee shop, 22 Juni 2023)
“Kalau investasi itu kita harus punya plan, jadi semisal kita beli di harga berapa terus kalau turun apakah keputusannya untuk jual atau tidak, keputusannya sudah di awal. Kalau turunnya tajam ya saya jual atau engga saya hold aja nanti juga naik-naik sendiri atau engga ya saya nggak beli lagi.” (wawancara dengan RF selaku investor saham di coffee shop, 20 Juni 2023)
Para informan yang berinvestasi di reksadana pun begitu, ditambah ketiga para informan ini memang berniat untuk belajar dalam mengelola keuangan agar terarah ke hal yang bermanfaat serta sebagai upaya menabung di masa yang akan datang. Sehingga ketika mengalami penurunan para informan tidak begitu terlalu khawatir, mengingat telah ada manajer investasi yang mengelolanya juga. Dapat disimpulkan bahwa seorang investor ataupun trader harus tahu akan risiko yang dihadapi, jadi tidak semata-mata hanya nantinya akan mendapatkan returnyang tinggi saja. Seorang investor harus bersikap rasional dalam mengambil keputusan, karena hal ini dapat meminimalisir risiko kerugian dan tidak begitu merasa kecewa jika ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi.
4. Ekspektasi Return
Selain adanya risiko pada suatu investasi, tentu yang diharapkan paling utama oleh seorang investor ialah keuntungan (return). Seorang investor akan mengharapkan returnyang tinggi akan modal yang diinvestasikan dan ekspektasi akan pengembalian inilah yang mempengaruhi minat seseorang untuk berinvestasi. Expected returnmerupakan harapan atau keinginan seseorang dalam memperoleh sebuah keuntungan akan aktivitas investasi yang dilakukan di masa yang akan datang. Returnyang diharapkan dari investasi merupakan bentuk kompenasasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan risiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi. Dalam berinvestasi perlu dibedakan antara adanya return yang diharapkan (expected return) dengan return yang terjadi (realizedreturn) [34]. Keuntungan yang didapat dalam investasi di pasar modal khususnya saham, yaitu mendapatkan capital gain dan deviden. Capital gain merupakan selisih antara harga jual dan harga beli. Capitalgain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder [35]. Keuntungan yang diperoleh dari hasil investasi dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan para investor sesuai dengan portofolio atau tujuan keuangannya, seperti digunakan untuk dana darurat, dana tabungan sekolah atau menikah, dana pensiun, atau bahkan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Beberapa informan dalam penelitian ini tidak menggebu-gebu perihal return yang diperoleh, fokus informan ialah konsistensi-an dalam mengalokasikan dana ke dalam instrumen investasinya. Adapun pernyataan dari informan SQ dan SK:
“Aku niatnya memang untuk nabung ajasih, jadi buat aku keuntungan itu aku anggap cuma bonus aja toh juga keuntungannya nggak seberapa.” (wawancara dengan SQ selaku investor reksadana secara online, 18 Agustus 2023)
“ Kalau perihal return saya biasa ajasih nggak terlalu ambisius dibawa enjoy aja. Karena ya niatnya niatnya berinvestasi sendiri ya menyi sihkan dari pendapatan gitu.” (wawancara dengan SK selaku investor saham, 22 Juni 2023)
Harapan atau keinginan seseorang dalam memperoleh keuntungan dari hasil investasi tidaklah sama, hal ini tergantung akan tujuan investasi yang hendak dicapainya. Semakin tinggi modal yang digunakan maka harapan memperoleh keuntungan yang besar juga semakin tinggi. Namun keuntungan yang tinggi, tidak terlepas oleh risiko yang tinggi pula. Aktivitas jual-beli yang dilakukan juga menunjukkan, apakah seseorang tersebut tergolong sebagai investor atau trader. Dalam penelitian ini terdapat dua orang informan yang cukup aktif dalam bertransaksi di saham. Dapat disimpulkan bahwa dua informan tersebut juga sebagai trader. Mengingat keduanya dalam membeli dan menjual saham dengan rentang waktu yang relatif pendek serta bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Namun hal ini juga bergantung akan kesibukan masing-masing, jika keduanya memiliki waktu laung lebih banyak maka kesempatan dalam memantau saham yang akan dibeli juga akan lebih sering. Akan tetapi jika keduanya tidak memiliki waktu luang, maka saham yang telah dibeli akan disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama sesuai dengan ekspektasi returnyang telah ditentukan. Adapun pernyataan dari informan :
“ Kalau perihal keuntungan ya harus untung sih, cuman kalau nggak untung pun nggak papa karena saya sudah siap nanggung risikonya.” (wawancara dengan AW selaku investor saham di kampus UMSIDA, 14 Agustus 2023)
Mahasiswa UMSIDA yang merupakan generasi Z dan terdaftar di Galeri Investasi UMSIDA juga memiliki keinginan yang sama dalam berinvestasi, yaitu memperoleh keuntungan. Namun, berinvestasi pada dunia pasar modal tentu tidak menghasilkan sesuatu yang instan, terlebih perihal keuntungan bahwa semuanya membutuhkan proses. Pada beberapa mahasiswa yang diketahui oleh staff galeri investasi, mahasiswa generasi Z cenderung ingin memperoleh keuntungan yang lebih cepat atau instan. Hal ini didukung oleh pernyataan dari informan :
“Kalau dari yang cowok ada yang bilang, halah mbak mending bitcoin. Kalau cewek, aku jualan aja gini mbak lebih kelihatan profitnya. Padahal investasi di saham kan juga profit yang ddapat besar tapi kalau modalnya juga besar, hanya saja ya butuh proses.” (wawancara dengan FT selaku staff Galeri Investasi UMSIDA di kampus UMSIDA, 21 Maret 2024).
Dapat disimpulkan bahwa seorang investor sudah pasti menginginkan atau mengharapkan imbalan atas dana yang telah diinvestasikannya. Setiap hal yang dijalani tentunya membutuhkan proses yang tidaklah sebentar. Setiap orang juga memiliki pilihannya masing-masing dalam memperoleh keuntungan, ada yang berinvestasi di pasar saham, reksadana, obligasi, bitcoin, cryptocurrency, ataupun investasi logam mulia.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa yang melatarbelakangi generasi Z dalam melakukan pengambilan keputusan investasi diantaranya, yaitu pertama pengetahuan investasi. Setiap calon investor harus memiliki pengetahuan atau informasi mengenai pasar modal dan instrumen investasi yang nantinya akan diambil. Adanya pengetahuan mendasar tentang pasar modal mampu membentuk kemampuan investor menciptakan nilai serta keuntungan dalam mengelola risiko, terlebih lagi untuk mengurangi ekspekstasi yang berlebih serta meminimalisir dampak kerugian, dengan demikian investor dapat melakukan transaksi dengan aman dipasar modal. Kedua, pendapatan. Dana yang dimiliki tiap investor tentu berbeda-beda, sesuai dengan kemampuannya. Investor yang memiliki dana cukup besar akan memilih berinvestasi pada instrumen yang tinggi, dalam artian akan menghasilkan return yang tinggi juga. Namun, bagi seseorang yang memiliki dana yang relatif kecil tentu dalam berinvestasi akan lebih berhati-hati dan cenderung memilih instrumen investasi yang memiliki risiko yang rendah pula dengan hasil atau returnyang tentunya tidak terlalu banyak. Ketiga, toleransi risiko. Seorang investor harus mengerti bahwasannya dalam berinvestasi ada risiko yang harus dihadapi, salah satunya yaitu kerugian. Adanya ilmu pengetahuan yang cukup akan membuat seorang investor paham akan hal itu sehingga investor dapat bersikap rasional dalam mengambil keputusan ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Terakhir, yaitu ekspektasi return. Setiap investor tentu menginginkan pengembalian akan dana yang diiinvestasikannya. Namun harus diingat bahwasannya berinvestasi baik pada pasar saham atau reksadana membutuhkan proses yang panjang, tidak bisa diperoleh secara instan. Keuntungan yang besar tentu memiliki risiko yang besar juga. Penelitian ini sudah dilakukan sesuai dengan metode penelitian, akan tetapi masih ada sebagian keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu pada penelitian ini hanya membahas akan pengambilan keputusan pada generasi Z di pasar modal dengan instrumen investasi saham dan reksadana saja. Adapun saran bagi peneliti selanjutnya, yaitu peneliti dapat menggunakan objek penelitian instrumen investasi lain yang sekiranya menjadi tren bagi kalangan generasi, baik generasi baby boomers, generasi X, generasi millenials, generasi Z atau generasi alpha. Adapun instrumen investasi yang digunakan dapat berupa emas logam mulia, obligasi, cryptocurrencyatau bitcoin, dan lain sebagainya.