General Background: Corporate Social Responsibility (CSR) significantly influences company performance in today’s business environment. Specific Background: Inconsistent findings exist regarding CSR's impact on management performance, particularly in Indonesia’s state-owned enterprises (BUMN). Knowledge Gap: This study addresses this gap by examining the effects of environmentally and socially oriented CSR on the management performance of BUMN companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2019 to 2022. Aims: The study aims to empirically assess how CSR influences management performance using quantitative data from annual reports. Results: The findings reveal that both environmentally and socially oriented CSR positively impact management performance, with implications for financial outcomes. Novelty: This research offers new insights into the relationship between CSR initiatives and firm performance. Implications: The results provide valuable information for investors and corporate managers, highlighting the necessity of effective CSR strategies to enhance operational performance and build investor confidence.
Highlights:
Keywords: Corporate Social Responsibility, Management Performance, State-Owned Enterprises, Indonesia Stock Exchange, Financial Outcomes
Kinerja keuangan sering menjadi dasar penting untuk memastikan keberhasilan perusahaan dan tidak dapat dipisahkan dari tujuan strategis yang direncanakan oleh pihak manajemen. Manajemen kinerja merupakan sebuah alat kontrol manajemen perusahaan atau sebuah proses yang dilakukan oleh para manajer untuk memantau dan mengevaluasi pekerjaan para pegawai. Keberhasilan kinerja keuangan dapat diukur dari keuntungan atau keuntungan yang dihasilkan perusahaan setiap tahunnya. Jika kinerja keuangan memiliki banyak tujuan, termasuk memahami tingkat likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan stabilitas perusahaan tetapi target kinerja keuangan tidak tercapai, maka akan berdampak negatif terhadap kinerja operasi perusahaan, bahkan berdampak buruk dalam perkembangan berkelanjutan perusahaan. Laba merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja suatu perusahaan, karena laba yang baik akan berdampak pada perusahaan. Sebaliknya apabila profit perusahaan anjlok maka dapat dipastikan perusahaan tidak bisa mengelola kinerja usaha dengan baik dan bisa mengalami loss profit. Kesejahteraan financial firma merupakan indikator yang menentukan kelangsungan hidup firma di masa mendatang karena dipengaruhi oleh kinerja keuangan. Kinerja manajemen yang merinci dan stabil yang disajikan dalam laporan manajemen perusahaan akan menumbuhkan minat investor. Hal ini karena efisiensi perusahaan merupakan salah satu indikator kinerja yang mendasari kinerja perusahaan secara keseluruhan, yang berarti memaksimalkan output dengan cara memanfaatkan input yang ada. . Laporan financial yang disajikan mencakup dividen dan keuntungan yang jadi pertimbangan investor ketika menilai risk dan keadaan firma di waktu mendatang. Oleh karena itu, perlu diperhatikan ukuran kinerja financial firma guna menjaga stabilitas risiko perusahaan. Kinerja manajemen keuangan sebagai salah satu bentuk pengukuran dapat menjelaskan kinerja suatu perusahaan dan laba operasi yang tercermin dari cepatnya pencapaian tujuannya dengan memperhatikan besar kecilnya aset perusahaan [3], yang menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat meningkat seiring dengan membaiknya keuangan. Posisi perusahaan semakin membaik dan kinerjanya menjadi acuan untuk memperluas cakupan pasar investasi publik dan mendorong perusahaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lingkungan. Ini memungkinkan firma agar selalu beradaptasi dan mengkomunikasikan perubahan dari pihak internal ke pihak eksternal.
Berita terkini mengenai PT Bank Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) menunjukkan bahwa kinerjanya selama triwulan I tahun 2023 tetap terjaga seiring dengan membaiknya kondisi makro financial dan pulihnya likuiditas seiring dengan membaiknya daya beli masyarakat. Dengan konsumsi masyarakat yang diperkirakan akan menguat, likuiditas yang meningkat, kepercayaan konsumen yang membaik, dan daya beli yang meningkat karena inflasi yang lebih rendah, hal ini dianggap sebagai pertanda positif bagi perekonomian Indonesia dan juga bisnis perbankan Bank BJB yang fokus pada sektor konsumer. Hasil survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia juga menunjukkan optimisme terhadap pertumbuhan kredit ke depan, dengan diperkirakan tingkat pertumbuhan kredit tahunan pada tahun 2023 sebesar 10,4%. Meskipun tidak sebaik realisasi pertumbuhan kredit tahun sebelumnya, namun pertumbuhan ini masih menunjukkan arah yang positif. Optimisme ini sebagian besar didorong oleh mata uang dan kondisi ekonomi serta risiko pinjaman yang relatif rendah. Bank BJB menghadapi tantangan dari faktor suku bunga yang naik sejak pertengahan tahun 2022. Oleh karena itu, perseroan fokus pada peningkatan pendapatan lain-lain melalui biaya penanganan, layanan berbasis pendapatan, ekosistem digital, layanan berbasis teknologi, dan pengelolaan kekayaan. Dalam hal kinerja keuangan dan bisnis, Bank BJB fokus pada pengembangan usaha dengan mengambil tindakan yang lebih selektif untuk mencapai perkembangan kredit yang berkualitas. Bank BJB juga berkomitmen untuk terus mengembangkan bisnisnya dengan memperkuat jaringan offline dan online. Saat ini, Bank BJB memiliki 926 jaringan fisik dan 1.883 terminal perbankan elektronik, serta terus mengembangkan ekosistem digitalnya dengan jumlah pengguna aplikasi DIGI Mobile yang meningkat pesat. Selain itu, Bank BJB juga melihat pertumbuhan yang signifikan dalam segmen pinjaman konsumen dan UKM, serta pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang cukup stabil. Total aset Bank BJB juga mengalami peningkatan yang positif. Dengan demikian, meskipun menghadapi berbagai tantangan, Bank BJB terus berupaya untuk mempertahankan kinerja dan memperluas bisnisnya dengan berbagai strategi yang telah diimplementasikan [4].
Adanya berita yang sebagaimana sudah diuraikan di atas, menunjukkan bahwa perusahaan menyajikan informasi yang sangat menjanikan dan dilihat dari kinerja manajemennya yang sangat sukses dalam memajukan perusahaannya. Jenis berita ini tentunya berdampak positif terhadap kinerja manajemen karena hal tersebut dapat memperlihatkan bagaimana usaha manajemen bank yang berupaya memaksimal laba yang didapat oleh perusahaan. Karena jika profitabilitas yang rendah menandakan efektifitas yang kurang dari aktivitas yang dilakukan oleh manajemen, maka perseroan enggan untuk mengutarakan informasi finansialnya secara berlebihan sebab khawatir perseroan akan kehilangan penanam modalnya.
Adapun faktor yang mempengaruhi kinerja manajemen yaitu Corporate Social Responsibility atau lebih akrabnya CSR merupakan suatu hal penting yang diberikan perusahaan terhadap lingkungan dan sosial di mana mereka beroperasi. Secara konseptual, pengertian tanggung jawab sosial perusahaan dapat dikatakan sebagai tanggung jawab sosial suatu firma guna membuat keseimbangan antara kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan di mana firma tersebut beroperasi. Tanggung jawab usaha pada umumnya adalah pertanggung jawaban moral yang penting dan harus dipikul firma terhadap pemangku kepentingan seperti firma, comunity atau masyarakat, dan ekologi/ lingkungan [5], sehingga perusahaan harus mampu memberikan dampak dan tanggung jawab sosial kepada pemangku tanggung jawab, masyarakat dan lingkungan operasi perusahaan Oleh karena itu, keikutsertaan suatu firma dalam program CSR diharapkan dapat menciptakan citra positif di kalangan pemangku kepentingan, yang pada akhirnya diharapkan dapat berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mengelola operasi mereka dengan menghasilkan produk yang positif secara sosial dan lingkungan. Perusahaan yang memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan dapat memperoleh lebih banyak manfaat, seperti menarik lebih banyak investor, menurunkan biaya modal,meningkatkan reputasi, dan meningkatkan kinerja keuangan [6]. Diharapkan ketika perusahaan berpartisipasi dalam program CSR, citra positif akan terbentuk diantara para pemangku kepentingan, yang pada gilirannya berpengaruh pada peningkatan kinerja perusahaan.Ada beberapa penelitian sebelumnya yang mencoba untuk menguji dampak pengungkapan CSR terhadap kinerja perusahaan, namun hasilnya masih belum konsisten [7], [8] dan [9] menemukan bahwa CSRberdampak positif terhadap kinerja perusahaan. Disisi lain, penelitian oleh [10] dan [11] menemukan bahwa CSR tidak berdampak pada kinerja perusahaan. Hasil yang kontradiktif dari penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada variabel lain yang mempengaruhi CSR, yaitu kinerja manajemen perusahaan,
Berdasarkan penelitian terdahulu yang hasilnya tidak konsisten, pada penelitian ini mengganti variabel dependentnya yang sebelumnya manajemen keuangan diubah menjadi Kinerja Manajemen. Kinerja manajemen atau bisa juga disebut manajemen kinerja perusahaan adalah alat kontrol manajemen perusahaan atau sebuah proses yang dilakukan oleh para manajer untuk memantau dan mengevaluasi pekerjaan para pegawai. Menurut, Dapat dikatakan bahwa manajemen kinerja pada dasarnya adalah suatu pendekatan manajemen Mengelolasumber daya yang digerakkan oleh kinerja melalui komunikasi terbuka dan berkesinambungan dengan visi bersama dan pendekatan terstruktur terintegrasi sebagai penopang pencapaian organisasi. Keberadaan manajemen suatu firma dapat dipandang sebagai suatu proses pengkoordinasian dan pengintegrasian berbagai aktivitas kerja guna meraih tingkatan efektivitas dan efisiensi tertentu demi mencapai tujuan. Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap firma selalu dikaitkan dengan efisiensi, sehingga fungsi manajemen kinerja yang berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan akan dikaitkan dengan efisiensi sumber daya perusahaan. Firma yang baik harus menjalankan kepekaan terhadap keberlangsungan di daerah sekitar, kemakmuran kelompok sekitar disebabkan hal ini karena perusahaan tidak hanya menghasilkan keuntungan yang signifikan, tetapi juga terlibat dalam kegiatan ini sambil menjalankan aktivitas bisnis mereka.
Penelitian ini mengkaji faktor-faktor Corporate Social Responsibility di Indonesia. CSR (Corporate Social Responsibility), merupakan sebagai sebuah pendekatan yang dilakukan perusahaan, untuk mengintegrasikan kepedulian sosial dan tanggung jawab terhadap pengelolaan lingkungan ke dalam operasi bisnisnya berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Lalu untuk menjaga kinerja keuangan perusahaan tetap stabil dan berkembang dengan menggunakan model pengembangan yang dapat digunakan perusahaan mengaitkan hal ini dengan kelestarian lingkungan, tata kelola tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), dan ekspektasi sosial sebagai bagian dari rencana strategis perusahaan. Kinerja manajemen jangka panjang firma tidak hanya mempertimbangkan sahamnya tetapi juga kepentingan dari pemangku kepentingan yang lebih luas melalui tata kelola perusahaan dan aktivitas tanggung jawab sosial yang konsisten dengan hak asasi manusia dan kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kinerja keuangan dan tanggung jawab sosial perusahaan membentuk sebuah kontinum yang menunjukkan bahwa respon sosial akan menjadikan acuan manajerial demi menentukan keputusan di masa depan. [16] Selain itu, kinerja manajemen juga dianggap sebagai cerminan keselarasan kegiatan fima dalam memperkokoh lini bisnis dan juga menjadi faktor utama demi memenuhi pemangku kepentingan. [8]
Berlandaskan latar belakang diatas, Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dengan dasar penjelasan tersebut, tujuan penelitian adalah untuk menentukan bagaiman CSR Berorientasi Lingkungan dan Sosial berpengaruh terhadap terhadap Kinerja Manajemen Perusahaan pada perusahaan BUMN. penelitian ini mengembangkan penelitian dari[9] Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu dengan mengganti variabel dependentnya menjadi kinerja manajemen. Pada penelitian ini teknik analisis menggunakan analisis data menggunakan regresi berganda dan analysis regresi dengan menggunakan aplikasi SPSS 26. Grand Teory yang dipakai dalam penelitian ini adalah Teory Stakeholder, dalam teory stakeholder mengungkapkan bahwa semakin aktif perusahaan terlibat dalam kegiatan Lingkungan, sosial dan hubungan dengan pemangku kepentingan, terutama mereka yang memiliki minat atau kepentingan dalam perusahaan, semakin besar kemungkinan perusahaan mencapai kesuksesan dan mencapai tujuan yang ditetapkan [10]. Teori Stakeholder menekankan bahwa perusahaan adalah alat kontrak sosial yang bertujuan untuk bersaing di antara perusahaan lainnya, mencari keuntungan, dan mengurangi biaya operasional. Dan teory pendukung pada penelitian ini adalah teory legitimasi. Teori legitimasi adalah kontrak sosial perusahaan, yang mengungkapkan kehadiran dan keberadaan perusahaan melalui tingkat pengaruh sosialnya. Dalam mencapai efisiensi sosial, dunia usaha harus beradaptasi dengan standar atau nilai yang ada. Alasan dipilihnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai objek penelitian adalah Karena BUMN merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam perekonomian nasional Indonesia yang berbasis demokrasi, dan BUMN juga memegang peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini penting bagi investor dan masyarakat sekitar karena bisa mengetahui sejauh mana perusahaan peduli tidak hanya dengan keuntungannya saja tetapi dengan memperhatikan hal disekitarnya dan juga lingkungannya. Hal tersebut menjadikan peneliti memiliki tujuan untuk meneliti kembali Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Manajemen Perusahaan.
1. Pengembangan Hipotesis
a. Pengaruh Corporate Social Responsibility Berorientasi Lingkungan terhadap Kinerja Manajemen Perusahaan.
CSR (Corporate Social Responsibility) berorientasi lingkungan merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungannya, menciptakan kondisi ideal bagi masyarakat secara keseluruhan dan berupaya melindungi lingkungan. Semakin banyak perusahaan menilai dampak lingkungan mereka secara keseluruhan dan terlibat dalam upaya CSR yang bertujuan untuk melindungi sumber daya alam dan meminimalkan kontribusi apa pun terhadap perubahan iklim . Dengan perkembangan ini, tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi buzz yang sering dibicarakan dan diamati di perusahaan-perusahaan di Indonesia maupun di luar negeri. Terlebih lagi, tata kelola tanggung jawab sosial perusahaan mencerminkan aset penting yang meningkatkan nilai suatu perusahaan dan tentunya juga merupakan pengaruh utama yang dapat membujuk perusahaan untuk mengambil tindakan positif terhadap komunitas lokal. Hal ini mempunyai manfaat bagi lingkungan, karena segala bentuk pencemaran dan kerusakan lingkungan dapat diminimalkan dan kesenjangan antara informasi yang diterima oleh individu dengan polis asuransi dan informasi yang diberikan oleh perusahaan dapat dikurangi.[18]. Melalui kegiatan lingkungan hidup, perusahaan dapat menunjukkan keunggulannya dan menghindari tindakan negatif yang mempengaruhi relasi antara pemegang kepentingan, supaya reputasi dan eksistensi firma dapat diakui, memperoleh kepercayaan masyarakat dan meningkatkan keuntungan finansial. Perusahaan melalui rancangan lingkungan jangka pendek bisa mengeluarkan beberapa biaya yang berefek pada turunya keuangan, tetapi akan berdampak positif di masa mendatang karena justru dapat menstabilkan kinerja keuangannya. [4] Menjadikan kinerja tanggung jawab sosial perusahaan yang berwawasan lingkungan merupakan upaya untuk menstabilkan kesadaran firma terhadap permasalahan lingkungan di sekitarnya, termasuk pengenalan inovasi terkait penghijauan [19]. Variabel kinerja lingkungan terdapat indeks pengungkapan CSR berdasarkan indeks pedoman Global Reporting Initiative G4 (GRI G4). Emisi CO2, emisi GRK, total limbah, limbah air, dan lain-lain dalam kategori environmental disclosure score Maka asumsi dari penelitian ini berasumsi bahwa :
H1: Corporate Social Responsibility Berorientasi Lingkungan berpengaruh terhadap Kinerja Manajemen Perusahaan
b. Pengaruh Corporate Social Responsibility Berorientasi Sosial terhadap Kinerja Manajemen Perusahaan.
CSR (Corporate Social Responsibility) berorientasi sosial merupakan tanggung jawab sosial perusahaan dapat membantu mendukung masyarakat lokal dan mengatasi masalah sosial seperti kemiskinan, kesenjangan, dan masalah lingkungan. Inisiatif tanggung jawab sosial perusahaan dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja . Hal ini juga dapat membentuk opini publik, karena perusahaan-perusahaan terkemuka dapat menginspirasi perusahaan lain untuk melakukan hal serupa, sehingga menciptakan efek positif. Fokus pada perilaku etis di tingkat perusahaan memperkuat norma-norma perilaku etis yang lebih luas di seluruh lapisan masyarakat. Teori pemangku kepentingan berpendapat bahwa jika suatu perusahaan berhasil mengelola hubungan pemangku kepentingan dan melakukan aktivitas sosial secara optimal, maka perusahaan akan melakukan perbaikan yang dapat mencapai tujuan dan sukses. Teori ini secara khusus menyatakan bahwa bisnis merupakan kontrak sosial instrumental yang berfokus pada mengejar keuntungan, persaingan antar bisnis, dan meminimalkan biaya. firma mendapat legitimasi melalui aktivitas sosial yang menjadi bentuk transparansi praktik perusahaan. Ide teori legitimasi adalah kontrak sosial perusahaan, yang mengungkapkan kehadiran dan keberadaan perusahaan melalui tingkat pengaruh sosialnya. Dalam mencapai efisiensi sosial, dunia usaha harus beradaptasi dengan standar atau nilai yang ada. Kinerja sosial memulihkan kondisi internal yang berkontribusi terhadap pengembangan SDM yang konsisten dengan budaya organisasi perusahaan. Oleh karena itu, firma yang melakukan aktivitas sosial yang beretika akan berdampak pada reputasi firma dalam hal support timbal balik, daya tarik pemilik modal, peraturan menguntungkan, dan legitimasi publik, yang akan berdampak positif pada kinerja manajemen usaha. Dukungan sosial bisa berupa aktivitas seperti pengabdian masyarakat atau pemberdayaan. Menurut [20], kinerja sosial merupakan faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk mencapai kesejahteraan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menghindari kurangnya legitimasi. Variabel kinerja tanggung jawab sosial perusahaan yang berorientasi sosial merupakan faktor utama yang berpotensi meningkatnya reputasi firma dengan menangani disetiap problem sosial yang timbul pada customer, karyawan dan masyarakat untuk memperkuat kepercayaan masyarakat sebagai mitra jangka panjang. Dampak sosial dapat berupa pelatihan atau program perkembangan profesional [19]. Variabel kinerja sosial menghitung CSR yang diwakili oleh indeks pengungkapan CSR berdasarkan indeks pedoman Global Reporting Initiative G4 (GRI G4). seperti pergantian karyawan, kecelakaan kerja, kematian, dan banyak lagi. dalam kategori skor pengungkapan sosial [20] Maka hipotesis dari penelitian ini berasumsi bahwa :
H2: Corporate Social Responsibility Berorientasi Sosial berpengaruh terhadap Kinerja Manajemen Perusahaan
3. Kerangka Konseptual
Keterangan :
X1: CSR Berorientasi Lingkungan
X2: CSR Berorientasi Sosial
Y: Kinerja Manajemen Perusahaan
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Kuantitatif adalah informasi yang bisa dihitung sehingga diungkapkan dalam bentuk angka atau bilangan.
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data atau informasi yang sudah disediakan perusahaan berupa laporan atau data yang tidak langsung disajikan dari perusahaan. Data tersebut merupakan data laporan keuangan tahunan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.com.
Populasi penelitian ini adalah semua partisipan ajang penghargaan Indonesian Sustainability Reporting Award (ISRA) yang berlangsung pada tahun 2019 – 2022 khususnya perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2019 -2022 yang berjumlah 27 perusahaan. Objek penelitian ini menggunakan semua partisipan ISRA karena partisipan tersebut telah melaksanakan CSR mereka dengan baik dan benar serta melaporkannya secara konsisten dalam laporan pertanggungjawaban sosialnya sebagai wujud dari pertanggungjawaban sosial kepada stakeholder. Teknik pengambilan sampel ini dengan menggunakan teknik (purposive sampling). Adapun kreteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah :
Keterangan | Jumlah |
---|---|
Perusahaan BUMN Yang terdaftar di BEI 2019-2022 | 27 |
1. Perusahaan BUMN yang tidak menerbitkan laporan keuangan tahunan 2019 -2022 | (0) |
2. Perusahaan BUMN yang ikut partisipan ISRA & go public partisipan ISRA tahun 2019 -2022 | (6) |
3. Perusahaan mengungkapkan laporan kegiatan CSR atau laporan keberlanjutan dan laporan tahunannya secara terus menerus pada tahun 2019 hingga tahun 2022, secara langsung dan melalui www.idx.co.id atau website masing-masing perusahaan. | (0) |
Sampel Penelitian | 21 |
Total Sampel n x periode = 21 X 4 | 84 |
Variabel | Definisi | Indikator |
---|---|---|
Kinerja Manajemen Perusahaan (Y) | Kinerja manajemen perusahaan adalah evaluasi atas efektivitas manajemen dalam mencapai tujuan-tujuan perusahaan. Ini mencakup berbagai aspek kinerja, termasuk pencapaian tujuan keuangan, operasional, dan strategis [1]. Pengukuran kinerja manajemen perusahaan membutuhkan pendekatan holistik yang mencakup aspek keuangan, operasional, pelanggan, karyawan, dan risiko. Di penelitian ini menggunakan alat Rasio Perubahan Surplus. Tingkat perubahan surplus dihitung berdasarkan kenaikan atau penurunan modal yang dialokasikan pada modal dibandingkan tahun sebelumnya. Di sini, setiap perusahaan publik memperoleh modalnya dari neraca perusahaan. | Rasio Perubahan Surplus = Kenaikan atau Penurunan Modal / Modal Sendiri Tahun Lalu Sumber: [13] |
Corporate Social Responsibility (X1) Berorientasi Lingkungan | Corporate Social Responsibility adalah Ruang lingkup variabel independen penelitian ini yakni kinerja CSR yang bersifat lingkungan dan sosial. Variabel independen penelitian ini adalah CSR yang diwakili oleh indeks pengungkapan CSR berdasarkan indeks pedoman Global Reporting Initiative G4 (GRI G4) Diantaranya Emisi CO2, emisi GRK, total limbah, limbah air, dan lain-lain dalam kategori environmental disclosure score. Untuk menghitung indeks pengungkapan CSR dilakukan dengan memberikan nilai 1 jika kriteria indeks CSR diungkapkan dan 0 jika tidak diungkapkan [21]. Kemudian, skor tersebut disusun dan dibagi berdasarkan jumlah kategori untuk setiap jenis usaha. | CSR Lingkungan Menggunakan = ∑x_yi : Total jumlah nilai ceklist lingkungan per tahun / Jumlah keseluruhan item : ni Sumber: [14], [15] |
Corporate Social Responsibility (X2) Berorientasi Sosial | Corporate Social Responsibility adalah Ruang lingkup variabel independen penelitian ini yakni kinerja CSR yang bersifat lingkungan dan sosial. Variabel independen penelitian ini adalah CSR yang diwakili oleh indeks pengungkapan CSR berdasarkan indeks pedoman Global Reporting Initiative G4 (GRI G4). Diantaranya seperti pergantian karyawan, kecelakaan kerja, kematian, dan banyak lagi. dalam kategori skor pengungkapan sosial. Untuk menghitung indeks pengungkapan CSR dilakukan dengan memberikan nilai 1 jika kriteria indeks CSR diungkapkan dan 0 jika tidak diungkapkan [21]. Kemudian, skor tersebut disusun dan dibagi berdasarkan jumlah kategori untuk setiap jenis usaha. | CSR Sosial Menggunakan = ∑x_yi : Total jumlah ceklist sosial perusahaan per tahun / Jumlah keseluruhan item : ni Sumber: [14], [15] |
Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini yakni analisis statistik deskriptif, menggunakan metode analisis regresi linier berganda menggunakan software (SPSS) Statisticsversi 26. Peneliti menguji pengaruh beberapa variabel independen CSR berorientasi lingkungan dan sosial terhadap kinerja manajemen perusahaan. Analisa statistik deskriptif dikenakan sebagai menerangkan variabel di penelitian ini. Uji asumsi klasik diterapkan untuk mengamati apakah distribusi data yang diaplikasikan normal dan model tidak mengandung indikasi multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Uji koefisien determinasi dan uji F untuk menguji kecocokan, dan uji t (parsial) untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik. Ada empat pengujian dalam uji asumsi klasik yang terdiri dari:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan agar mengetahui apakah ada variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal didalam model regresi. Model regresi yang baik yaitu berdistribusi data normal yaitu data yang memiliki nilai signifiaknsinya > 0,05 atau mendekati.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dirancang untuk menguji apakah ditemukan kolerasi antara variabel bebas (independen) dalam model regresi. Tujuannya adalah untuk menguji apakah variabel-variabel tersebut berkorelasi dengan model regresi atau tidak. Jika data tidak memiliki multikolinearitas, hal ini dapat ditentukan ketika nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10[16]
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dipakai dalam menguji apakah ada auto korelasi antara kesalahan pengganggu pada tahun t dengan kesalahan pada tahun t-1 (sebelumnya). nilai yang dipakai adalah nilai Durbin Watson dalam model regresi linear. Apabila korelasi terjadi maka dinyatakan adanya autokorelasi [17].
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ini memeriksa untuk melihat apakah ada varian yang tidak sama dalam residual suatu penelitian. Model regresi yang dibutuhkan adalah residual varian dari satu pengamatan ke pengamatan konstan yang lain ataupun disebut homoskedastisitas. Dengan syarat nilai signifikan variabel bebas > 5 .
Model analisa data penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda sangat berguna ketika menguji dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen . Analisis regresi linier berganda dipakai dalam penelitian untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Yakni yang menjadi variabel bebas adalah CSR Berorientasi Lingkungan (X1), CSR Berorientasi Sosial (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah Kinerja Manajemen Perusahaan (Y). Secara umum persamaan analisis berganda dilakukan untuk menguji hipotesis-hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
Rumus persamaan regresi linier berganda
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + e
Keterangan:
Y: Kinerja Keuangan
a: Konstanta
b1: Koefisien Regresi CSR Berorientasi Lingkungan
b2: Koefisien Regresi CSR Berorientasi Sosial
X1: Variabel CSR Berorientasi Lingkungan
X2: Variabel CSR Berorientasi Sosial
E: Persentase Kesalahan
Menurut , “Pada dasarnya uji koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen”. Koefisien Determinasi (R2) untuk membandingkan kemampuan model dalam mengaplikasikan variasi variabel terikat. Nilai diantaranya 0 dan 1. Dengan mendekati nilai 1 maka variabel tidak terikat akan membagikan hampir keselurujan informasi yang dipakai didalam perkiraan variasi variabel terikatnya .
Uji statistik t umumnya dipakai untuk melihat tingkat signifikan koefisien regresi . Dengan kesimpulan jika nilai t < (lebih besar dari) 0,05 maka ditolak atau variabel independen tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Dan jika nilai t > (lebih kecil dari) 0,05, maka diterima atau variabel independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Menurut [32], uji statistik T dilakukan untuk menge tahui sejauh mana pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen.
Hasil uji statistik deskriptif mampu meringkas atau menggambarkan informasi dari setiap variabel yang dipakai dalam penelitian ini dengan menampilkan nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasi. Berikut hasil uji statistik deskriptif untuk masing-masing variabel disajikan pada Tabel 3 sebagai berikut:
Descriptive Statistics | |||||
---|---|---|---|---|---|
N | Minimum | Maximum | Mean | Std. Deviation | |
Kinerja Manajemen | 84 | -3335215799.00 | 3178719772.00 | 902412751.0476 | 627829184.45883 |
CSR Berorientasi Lingkungan | 84 | 67032967.00 | 813186813.00 | 576648351.3214 | 202028123.35973 |
CSR Berorientasi Sosial | 84 | 67032967.00 | 813186813.00 | 569466247.7143 | 209404985.41687 |
Valid N (listwise) | 84 |
Hasil output SPSS menunjukkan jumlah sampel penelitian (N) ada 84 variabel. Berikut penjelasan tiap masing-masing variabel :
Pada tabel 3 menunjukkan nilai variable Kinerja Manajemen nilai rata-rata dari 84 sampel perusahaan BUMN yang terdaftar di (BEI) Bursa Efek Indonesia dalam penelitian diperoleh sebesar 902412751.0476 dengan deviasi standar sebesar 627829184.45883. Nilai tertinggi sebesar 3178719772.00. Sedangkan nilai terendah adalah -3335215799.00.
Pada tabel 3 menunjukkan nilai variable CSR Berorientasi Lingkungan nilai rata-rata dari 84 sampel perusahaan BUMN yang terdaftar di (BEI) Bursa Efek Indonesia dalam penelitian diperoleh sebesar 576648351.3214 dengan deviasi standar sebesar 202028123.35973. Nilai tertinggi sebesar 813186813.00. Sedangkan nilai terendah adalah 67032967.00.
Pada tabel 3 menunjukkan nilai variable CSR Berorientasi Sosial nilai rata-rata dari 84 sampel perusahaan BUMN yang terdaftar di (BEI) Bursa Efek Indonesia dalam penelitian diperoleh sebesar 569466247.7143 dengan deviasi standar sebesar 209404985.41687. Nilai tertinggi sebesar 813186813.00. Sedangkan nilai terendah adalah 67032967.00.
Pengujian asumsi klasik dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui kelayakan penggunaan model penelitian. Pengujian ini untuk memastikan bahwa model regresi yang digunakan telah teruji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Berikut adalah hasil uji hipotesis klasik yang dilakukan terhadap bukti informasi yang diaplikasikan kedalam penelitian ini.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test | ||
---|---|---|
Unstandardized Residual | ||
N | 84 | |
Normal Parametersa,b | Mean | .0000003 |
Std. Deviation | 545537494.33875250 | |
Most Extreme Differences | Absolute | .178 |
Positive | .162 | |
Negative | -.178 | |
Test Statistic | .178 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) | .200c | |
a. Test distribution is Normal. | ||
b. Calculated from data. | ||
c. Lilliefors Significance Correction. |
Berdasarkan Tabel 4. dapat dilihat bahwa nilai Ashimp. Sig. sebesar 0,200 lebih besar dari α = 0,05. Berlandaskan hasil uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov Test pada table 4. diatas terbukti bahwa nilai probabilitas = > 0,05, maka hal tersebut berarti uji normalitas dipenuhi. Karena nilai signifikasi model regresi memiliki nilai lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data yang dipakai dalam penelitian dapat dinyatakan terdistribusi normal.
Coefficientsa | |||
---|---|---|---|
Model | Collinearity Statistics | ||
Tolerance | VIF | ||
1 | CSR Berorientasi Lingkungan | .105 | 2.510 |
CSR Berorientasi Sosial | .205 | 3.524 | |
a. Dependent Variable: Kinerja Manajemen |
Dari hasil uji multikolinieritas pada tabel 5. Nilai tolerance masing-masing variable memiliki nilai lebih besar dari 0,10 dan nilai variance inlation factor (VIF) kurang dari 10 sehingga dapa disimpulkan tidak terjadi gejala multikolinieritas. Untuk menegetahui ada atau tidaknya problem multikolinieritas dengan menetukan nilai VIF (Variance Inflation Faktor), apabila nilai VIF < 10 atau nilai tolerane > 0,1 berati tidak terjadi multikolinieritas.
Coefficientsa | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|
Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | |||||
Model | B | Std. Error | Beta | t | Sig. | |
1 | (Constant) | 1125755042.512 | 196800832.554 | 5.720 | .000 | |
CSR Berorientasi Lingkungan | -.645 | .636 | -.291 | -1.014 | .314 | |
CSR Berorientasi Sosial | .293 | .614 | .137 | .477 | .635 |
Berlandaskan hasil uji heteroskedastisitas pada table 6. Nilai signifikan dari setiap variabel bebas lebih besar dari 0,05 yang artinya variabel bebas tidak berpengaruh terhadap absolute residual (ABS_RES_1), Sehingga tidak didapati gejala heteroskedastisitas pada hasil uji tersebut.
Model Summary b | |||||
---|---|---|---|---|---|
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate | Durbin-Watson |
1 | .495a | .245 | .196 | 562818805.41671 | 2.172 |
a. Predictors: (Constant), CSR Berorientasi Lingkungan, CSR Berorientasi Sosial | |||||
b. Dependent Variable: Kinerja Manajemen |
Berlandaskan hasil uji autokorelasi nilai DW sebesar 2.172 Jumlah sampel 84 dan jumlah variabel sebanyak 2, maka didapati nilai du sebesar 1,6942. Dari nilai tersebut adapun syarat yang harus dipenuhi adalah du<dw<4-du yaitu 1,6942<2,172<2,3058 yang berarti bahwa nilai du 1,6942. lebih kecil dari nilai dw yaitu 2,172 dan nilai dw lebih kecil dari nilai 4-du yaitu sebesar 2,3058 sehingga dapat disimpulkan bahwa model tersebut tidak terjadi autokorelasi.
1. Uji R²
Model Summary | ||||
---|---|---|---|---|
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate |
1 | .495a | .245 | .196 | 562818805.41671 |
a. Predictors: (Constant), Leverage, CSR Berorientasi Lingkungan, CSR Berorientasi Sosial |
Berdasarkan Tabel 8. Nilai koefisien determinasi adjusted R square sebesar 0,196 ini berarti 19,6% kualitas laba perusahaan BUMN tahun 2019 -2022 dipengaruhi oleh CSR Berorientasi Lingkungan, CSR Berorientasi Sosial, kemudian sisanya sebesar 80,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
Analisis regresi linier berganda adalah suatu pendekatan statistik yang mengilustrasikan pola hubungan antara dua atau lebih variabel melalui sebuah persamaan matematis. Analisis regresi linier berganda dapat dilakukan setelah melalui proses uji asumsi klasik yang telah diselesaikan
Coefficientsa | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|
Model | Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | t | Sig. | ||
B | Std. Error | Beta | ||||
1 | (Constant) | 191935985.233 | 291725682.728 | .658 | .513 | |
CSR Berorientasi Lingkungan | 1.106 | .943 | .356 | 1.172 | .045 | |
CSR Berorientasi Sosial | 1.727 | .910 | .576 | 1.897 | .001 | |
a. Dependent Variable: Kinerja Manajemen |
Berdasarkan Tabel 9 hasil uji regresi linier berganda diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + e
Y = 191935985.233 + 1.106X1 + 1.727X2+ e
Y merupakan variable dependen yaitu kinerja manajemen perusahaan, a merupakan nilai dari konstantsa, B1, B2 adalah koefesien regresi sedangan X1 dan X2 merupakan variable Independen. Dari persamaan regresi linier berganda tersebut maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
a) Nilai konstanta sebesar 191935985.233 artinya jika semua variable independen dalam penelitian ini (CSR Berorientasi Lingkungan, dan CSR Berorientasi Sosial ) diasumsikan tetap atau bernilai nol maka variable kinerja manajemen perusahaan naik sebesar 191935985.233.
b) Nilai koefesien pada variabel CSR Berorientasi Lingkungan adalah 1.106 dan berlambang positif sehingga dapat diartikan jika CSR Berorientasi Lingkungan bertambah 1 satuan maka kinerja keuangan akan turun sebesar 1.106 sebaliknya jika profitabilitas berkurang 1 maka kinerja keuangan akan naik sebesar 1.106.
c) Nilai koefesien pada variabel CSR Berorientasi Sosial adalah 1.727 dan berlambang positif sehingga dapat diartikan jika likuditas bertambah 1 satuan maka kinerja keuangan akan turun sebesar 1.727 sebaliknya jika CSR Berorientasi Sosial berkurang 1 maka kinerja keuangan akan naik sebesar 1.727.
Coefficientsa | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|
Model | Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | t | Sig. | ||
B | Std. Error | Beta | ||||
1 | (Constant) | 191935985.233 | 291725682.728 | .658 | .513 | |
CSR Berorientasi Lingkungan | 1.106 | .943 | .356 | 1.172 | .045 | |
CSR Berorientasi Sosial | 1.727 | .910 | .576 | 1.897 | .001 | |
a. Dependent Variable: Kinerja Manajemen |
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan uji regresi linier berganda pada tabel 10, menunjukkan bahwa CSR Berorientasi Lingkungan berpengaruh terhadap Kinerja Manajemen dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,045 dengan beta sebesar 1.106. Yang artinya variable (CSR Berorientasi Lingkungan) X1 berpengaruh positif signifikan terhadap Y (Kinerja Manajemen), sehingga hipotesis 1 diterima. Pada tabel 10, membuktikan bahwasanya CSR Berorientasi Sosial berpengaruh terhadap Kinerja Manajemen dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,001 dengan beta sebesar positif 1.727. Yang artinya variable ( CSR Berorientasi Sosial) X2 berpengaruh positif signifikan terhadap Y (Kinerja Manajemen), sehingga hipotesis 2 diterima.
1. Pengaruh CSR Berorientasi Lingkungan Terhadap Kinerja Manajemen
Berdasarkan hasil pengujian parsial pada tabel 10, CSR Berorientasi Lingkungan berpengaruh terhadap Kinerja Manajemen dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,045 dengan beta sebesar 1.106. Yang artinya variable CSR Berorientasi Lingkungan berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja Manajemen, variabel CSR Berorientasi Lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Manajemen. Penyebabnya adalah bahwa dalam setiap tindakan yang dijalankan oleh perusahaan untuk melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) yang berfokus pada lingkungan, perusahaan mempertimbangkan segala bentuk kondisi dan situasi di sekitarnya. Ini mencakup penggunaan dan konsumsi energi, perlindungan terhadap keanekaragaman hayati, penanganan limbah air, pembuangan, serta pengolahan produk limbah . Tindakan ini membawa keuntungan dari segi finansial atau profitabilitas perusahaan di masa depan . Pendekatan ini konsisten dengan teori legitimasi (legitimacy theory), yang Ini mengindikasikan bahwa tata kelola Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dianggap sebagai usaha organisasi untuk memperoleh legitimasi moral guna mencapai keuntungan sosial dan operasional, baik dari perspektif internal maupun eksternal. Penerapan CSR dalam lingkungan hidup juga membawa manfaat jangka panjang bagi perusahaan itu sendiri yaitu dengan mengurangi dampak lingkungan, efisiensi sumber daya yang lebih baik, mengurangi biaya operasional, dan menghindari resiko reputasi yang dapat muncul akibat praktik bisnis yang merusak lingkungan. Dalam situasi ini, perusahaan berusaha untuk menggabungkan isu-isu sosial dan lingkungan ke dalam operasi bisnisnya sebagai cara untuk berinteraksi dengan para pemangku kepentingan [22]. Untuk meningkatkan kinerja keuangan, perusahaan perlu mengambil tindakan yang serius dan tegas terkait kebijakan dan keputusan yang berkaitan dengan lingkungan.[23]. Kontinuitas perusahaan harus sejalan dengan kondisi lingkungan dan memelihara reputasi perusahaan melalui aktivitas yang positif. Hal ini dapat meningkatkan legitimasi perusahaan dan mengurangi kesenjangan antara perusahaan dan masyarakat. Akibatnya, perusahaan dapat mencapai keuntungan finansial sesuai dengan targetnya, sementara masyarakat mendapatkan manfaat dari dukungan perusahaan dalam menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.[24]. Hasil penelitian ini konsisten serta mendukung penelitian [12] dan [8] yang mengemukakan bahwasannya CSR Berorientasi Lingkungan berpengaruh positif terhadap Kinerja Manajemen.
2. Pengaruh CSR Berorientasi Sosial Terhadap Kinerja Manajemen
Berdasarkan hasil pengujian parsial pada tabel 10, Pada tabel 10, membuktikan bahwasanya CSR Berorientasi Sosial berpengaruh terhadap Kinerja Manajemen dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,001 dengan beta sebesar positif 1.727. Yang artinya variable CSR Berorientasi Sosial berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja Manajemen, variabel CSR Berorientasi Sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Manajemen. Penyebab utamanya adalah perusahaan menjadi non-kompetitif, yang berdampak pada tingkat pengangguran yang semakin tinggi, khususnya di negara Afrika [25]. Hal ini menyebabkan perusahaan percaya bahwa pelatihan dan kegiatan berorientasi sosial dapat meningkatkan prestasi karyawan, mengurangi kebutuhan untuk merekrut karyawan baru, serta membatasi dan memilih karyawan baru secara lebih selektif [26]. Namun, dari perspektif lain, kinerja sosial dianggap bisa menghambat kemajuan perusahaan di masa depan karena terjadi pengalihan sumber daya yang semula produktif menjadi tidak efisien. Hal ini juga dapat berdampak pada perlindungan konsumen yang semakin berkurang, karena fokus karyawan hanya pada kepuasan dan pertimbangan gaji yang akan diterima [27]. CSR memberikan manfaat yang sangat signifikan bagi masyarakat karena mampu meningkatkan kualitas hidup mereka melalui program pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, pengembangan komunitas, akses terhadap layanan dasar, dukungan dalam krisis, pelestarian lingkungan, pemberdayaan perempuan dan anak-anak, serta kesadaran sosial dan lingkungan yang lebih baik. Seperti halnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, penyerapan tenaga kerja dari masyarakat sekitar, memiliki kesempatan mengikuti program pemberdayaan yang diadakan oleh perusahaan, membantu dan menjaga kelestarian lingkungan hidup, tersedianya fasilitas umum di lingkungan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan pendidikan melalui beasiswa bagi siswa kurang mampu. Pendapat ini konsisten dengan Teori Stakeholder, yang mengungkapkan bahwa semakin aktif perusahaan terlibat dalam kegiatan sosial dan mengelola hubungan dengan pemangku kepentingan, terutama mereka yang memiliki minat atau kepentingan dalam perusahaan, semakin besar kemungkinan perusahaan mencapai kesuksesan dan mencapai tujuan yang ditetapkan.[10]. Teori Stakeholder menekankan bahwa perusahaan adalah alat kontrak sosial yang bertujuan untuk bersaing di antara perusahaan lainnya, mencari keuntungan, dan mengurangi biaya operasional. Dalam kerangka ini, perusahaan berusaha mencapai kesuksesan dengan menjaga hubungan yang baik dengan semua pemangku kepentingan. Ini dilakukan dengan memberikan kepercayaan, merawat, dan membangun hubungan yang kuat dengan semua pemangku kepentingan. Dengan demikian, perusahaan berharap mendapatkan dukungan yang berkelanjutan untuk mencapai tujuan bisnisnya.[28] Hasil penelitian ini konsisten serta mendukung penelitian [12] dan yang mengemukakan bahwasannya CSR Berorientasi Lingkungan berpengaruh positif terhadap Kinerja Manajemen. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan yang diteliti oleh [8] bahwa kinerja sosial CSR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Berdasarkan hasil pengujian di atas, dapat disimpulkan :
CSR Berorientasi Lingkungan berpengaruh positif terhadap Kinerja Manajemen karena, Setiap tindakan yang diambil oleh sebuah perusahaan dalam menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR) yang berfokus pada lingkungan harus memperhatikan segala kondisi dan situasi di sekitarnya. Hal ini termasuk dalam hal penggunaan dan konsumsi energi, upaya perlindungan terhadap keanekaragaman hayati, penanganan limbah air, pembuangan limbah, dan pengolahan produk limbah. Keberlanjutan perusahaan harus sejalan dengan kondisi lingkungan serta mempertahankan reputasi perusahaan melalui aktivitas yang memberikan dampak positif. Dengan demikian, hal ini dapat meningkatkan legitimasi perusahaan dan mengurangi kesenjangan antara perusahaan dan masyarakat. Sebagai hasilnya, perusahaan dapat mencapai keuntungan finansial sesuai dengan targetnya, sementara masyarakat mendapat manfaat dari upaya perusahaan dalam menjaga dan melestarikan lingkungan sekitarnya.
CSR Berorientasi Sosial berpengaruh positif terhadap Kinerja Manajemen karena, perusahaan percaya bahwa pelatihan dan kegiatan berorientasi sosial dapat meningkatkan prestasi karyawan, mengurangi kebutuhan untuk merekrut karyawan baru, serta membatasi dan memilih karyawan baru secara lebih selektif dan Di sisi lain, kinerja sosial dianggap dapat menghambat kinerja perusahaan di masa depan karena adanya pengalihan sumber daya yang semula produktif menjadi tidak efisien. Hal ini juga dapat berdampak pada perlindungan konsumen yang semakin berkurang, karena fokus karyawan hanya pada kepuasan dan pertimbangan gaji yang akan diterima lalu akhirnya perusahaan menjadi non-kompetitif, hal ini berdampak pada tingkat pengangguran yang semakin tinggi, terutama di negara-negara di Afrika.
Dalam melakukan penelitian ini, disadari bahwa ada beberapa keterbatasan, yakni waktu penelitian yang terbatas, sehingga hanya dapat memperoleh sampel terbatas, dan menggunakan variabel bebas dan moderasi atau intervening harus beragam dan agar lebih bagus. lalu mampu menerangkan dengan lebih baik factor apa saja yang mempengaruhi Kinerja Manajemen.