This study investigates the effects of hedonic shopping motivation, price discounts, and shopping lifestyle on impulse buying at TikTok Shops among consumers in Sidoarjo. Using a quantitative explanatory approach, data were collected from 160 respondents through online questionnaires and analyzed with SPSS 22. The results reveal that all three factors significantly increase impulse buying behavior. These findings suggest that marketers on social commerce platforms like TikTok Shop can enhance impulse purchases by appealing to hedonic motivations, offering price discounts, and catering to various shopping lifestyles.
Highlights:
1. Key Drivers: Hedonic motivation, price discounts, and shopping lifestyle drive impulse buying.
2. Data Analysis: SPSS 22 analysis of 160 respondents confirms significant variable impact.
3. Marketing Insight: Social commerce can boost impulse buys with targeted discounts and motivations.
Keywords: Hedonic Shopping, Price Discounts, Shopping Lifestyle, Impulse Buying, TikTok Shop
Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat dari tahun-ketahun membuat masyarakat Indonesia dengan mudah mengakses segala informasi secara cepat dengan bantuan teknologi internet. Adanya perkembangan teknologi yang semakin cepat ini menimbulkan banyaknya platform e-commerce berdatangan yang memberikan dampak pada perilaku konsumen [1]. Melakukan belanja online pada platfom e-commerce di Indonesia telah menjadi kebiasaan yang dilakukan masyarakat karena praktis dan menghemat waktu dan tenaga [2]. Di Indonesia mulai melejit selama dua tahun terakhir yang menjadi platform terbanyak yang digunakan dalam melakukan pembelian.
Berdasarkan informasi dari Populix.co pada Gambar 1. TikTok shop menjadi salah satu platform social commerce yang banyak digunakan oleh masyarakat indonesia dengan persentase sebesar 45 persen. TikTok shop merupakan fitur social e-commerce yang memungkinkan pengguna maupun para kreator mempromosikan dan menjual produk sekaligus melakukan aktivitas belanja. Selain itu, TikTok Shop menyediakan bermacam-macam merek dan produk yang di tawarkan mulai dari fashion hingga otomotif, dan menyediakan banyak promo dan hadiah menarik mulai dari gratis ongkir hingga potongan harga.
Keberadaan aplikasi online shopping telah mendorong pembelian impulsif terhadap penggunanya. Konsumen sendiri memiliki sifat yang tidak mempunyai rencana dalam berbelanja sehingga sering berperilaku “last minute” yang mereka seringkali tidak berpikir panjang dalam melakukan transaksi pembelian [3]. Pembelian Implusif terjadi apabila konsumen sedang melihat produk tertentu yang menarik perhatiannya sehingga konsumen berusaha untuk memperolehnya [4]. Pembelian impulsif terjadi ketika konsumen menjadi tertarik untuk mendapatkan suatu produk tertentu biasanya karena adanya rangsangan yang menarik pada marketplace tersebut. Pembelian impulsif adalah pembelian yang dilakukan konsumen secara tiba-tiba penuh dengan kegairahan dan dorongan yang kuat untuk membeli sesuatu dengan segera [5]. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur pembelian impulsif menurut Kacen dan Julie Anne Lee [1], antara lain; tidak adanya perencanaan, tidak memiliki pertimbangan yang panjang, pembelian terjadi karena adanya rangsangan produk.
Motivasi belanja hedonis merupakan cara seseorang untuk mengekspolarasikan kebahagiaan atau cara seseorang untuk meraih kesenangan dalam berbelanja [6]. Belanja dijadikan gaya hidup setiap individu dalam mencukupi kebutuhan serta keinginannya. Faktor tersebut kerap menjadikan seorang individu memiliki sikap cenderung hedonis. Sifat hedonis sering berkaitan dengan perasaan belanja yang menyenangkan, riang, dan konsi belanja yang meriah. Sehingga, dapat tercipta pengalaman dalam belanja seperti rasa penasaran pelarian, kesenangan, dan kepuasan [1]. Konsumen yang memiliki gairah emosional sering mengalami pengalaman belanja secara hedonis. Adapun indikator hedonic shopping motivation menurut Nguyen et al pada penelitian [7] yaitu adventure shopping, social shopping, relaxation shopping, idea shopping, role shopping, dan value shopping.
Potongan harga merupakan penurunan harga yang diberikan peritel pada waktu tertentu, hal ini menjadi faktor utama dalam mempengaruhi calon konsumen untuk membeli suatu produk dan juga meningkatkan penjualan pada suatu produk [8]. Salah satu strategi promosi adalah potongan harga, dimana produk ditawarkan memiliki kualitas yang sama namun dengan harga lebih murah dapat memicu keinginan untuk pembelian implusif [9]. Adapun indikator potongan harga menurut Sutisna pada penelitian [1] yaitu, besar potongan harga, masa potongan harga, jenis produk yang di diskon.
Berbelanja telah menjadi suatu lifestyle konsumen yang artinya konsumen akan rela melakukan apapun guna memperoleh barang diinginkannya. Kegiatan ini dicerminkan dengan gaya hidup belanja yang disebut pilihan seseorang untuk membelanjakan uangnya [6]. Gaya hidup belanja merupakan sikap atau pilihan sesorang dalam menggunakan uangnya untuk membeli sesuatu produk [10]. Sebagian orang lebih memilih terlihat tampil dengan trendy dan rela menghabiskan waktu serta uangnya untuk merasakan kepuasan dan menunjukkan identitas diri dalam lingkungan sosialnya. Hal ini menjadikan gaya hidup belanja memiliki keterlibatan dengan perilaku pembelian impulsif. Adapun indikator gaya hidup belanajamenurut Edwin dan Sugiono pada penelitian [1] yaitu pengaruh iklan, model terbaru, merek, dan kualitas.
Berdasarkan literatur penelitian telah banyak dilakukannya penelitian mengenai variabel yang mempengaruhi impluse buying. Jenis GAP yang digunakan dalam penelitian ini adalah Evidence GAP, yang dapat dilihat dari adanya perbedaan hasil riset yang beragam. Pada penelitian [11] menyatakan bahwa variabel motivasi belanja hedonis tidak berpengaruh singnifikan terhadap pembelian impulsif, namun pada penelitian [12] variabel motivasi belanja hedonis menyatakan nilai positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif. Pada penelitian [13] menyatakan bahwa variabel potongan harga tidak berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif,namun pada penelitian [14] variabel potongan harga menunjukkan niai positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif, penelitian [15] variabel gaya hidup belanja menunjukkan hasil penelitian negatif terhadap pembelian impulsif. Namun pada penelitian [6] variabel gaya hidup belanja menunjukkan hasil positif dan signifikan terhadap impulse buying.
Dari reseach gap diatas, ditemukan ketimpangan pada hasil penelitian terdahulu antara variabel motivasi belanja hedonis, potongan harga, dan gaya hidup belanja. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengisi literasi tentang pemasaran dan untuk membantu memperkuat penelitian sebelumnya berbeda yang berkaitan dengan variabel motivasi belanja hedonis, potongan harga, dan gaya hidup belanja dengan menggunakan objek dan periode waktu yang berbeda.
Maka, rumusan masalah pada penelitian ini adalah Peran motivasi belanja hedonis, potongan harga, dan gaya hidup belanja terhadap pembelian impulsif pada TikTok Shop. Penelitian ini sesuai dengan kategori SDGs 8 tentang pilar pembangunan ekonomi yang meliputi 8 point yaitu pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. ().
A. Landasan Teori (Literatur Review)
1. Motivasi Belanja Hedonis
Motivasi belanja hedonis merupakan upaya seseorang untuk meraih sebuah kesenangan, sehingga motivasi belanaja hedonis dapat diartikan bahwa tindakan konsumen dalam mencari sebuah kebahagiaan serta merasakan mekanisme berbelanja dengan tujuan untuk tidak mendapat barang yang diperlukan [12]. Adapun indikator hedonic shopping motivation menurut Nguyen et al pada penelitian [7] yaitu adventure shopping, social shopping, relaxation shopping, idea shopping, role shopping, dan value shopping.
Teori ini didukung oleh penelitian [16] menunjukkan bahwa Motivasi belanja hedonis mempunyai pengaruh positif terhadap Pembelian impulsif, yang berarti semakin tinggi Motivasi belanja hedonis seseorang maka semakin tinggi juga pembelian impulsif yang terjadi. Konsumen yang hedonis cenderung mempunyai tingkat pembelian yang tinggi sesuai dengan kepuasan emosionalnya, sehingga membentuk suasana yang dapat memenuhi kepuasan emosional konsumen menjadi sangat penting dalam meningkatkan pembelian konsumen.
Penelitian terdahulu [12] menunjukkan bahwa motivasi belanja hedonis memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif, hal ini membuktikan tingginya motivasi belanja hedonis konsumen semakin tinggi pula pembelian impulsif yang terjadi. Berbanding terbalik dengan penelitian [11] yang menunjukkan bahwa motivasi belanja hedonis tidak berpengaruh pada pembelian impulsif.
2. Potongan Harga
Potongan harga adalah bentuk pengurangan harga untuk konsumen dari harga normal suatu produk yang ditawarkan penjual pada waktu tertentu dengan mendapatkan harga yang lebih rendah [17]. Potongan harga menjadi suatu hal intensif untuk mendorong konsumen agar memperhatikan produk hingga melangsungkan pembelian. Adapun indikator potongan harga menurut Sutisna pada penelitian [1] yaitu, besar potongan harga, masa potongan harga, jenis produk yang di diskon.
Teori ini didukung oleh penelitian [18] menunjukkan bahwa potongan harga memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif. Secara logis potongan harga dapat menarik konsumen, sehingga mereka berpikir bahwa jika membeli produk diskon, mereka akan memperoleh barang yang banyak tanpa keluar banyak uang, sehingga konsumen terdorong untuk melakukan pembelian secara impulsif.
Penelitian terdahulu [14] menunjukkan bahwa potongan harga memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif, hal ini membuktikan tingginya potongan harga yang ditawarkan maka semakin tinggi pula pembelian impulsif yang terjadi. Hal ini berlawanan dengan penelitian [13] yang menunjukkan bahwa potongan harga tidak berpengaruh pada pembelian impulsif.
3. Gaya hidup Belanja
Gaya hidup belanja merupakan tindakan konsumen yang memperlihatkan upaya seseorang dalam menentukan pilihan dalam hal membelanjakan uang dan waktu, yang artinya prilaku gaya hidup belanja telah menjadi acuan seseorang dalam menghabiskan uang dan waktu yang mereka miliki [10]. Adapun indikator gaya hidup belanaja menurut Edwin dan Sugiono pada penelitian [1] yaitu pengaruh iklan, model terbaru, merek, dan kualitas.
Teori ini didukung oleh penelitian [19] menunjukkan bahwa gaya hidup belanaja berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif. Belanja menjadi salah satu gaya hidup yang paling diminati, untuk memenuhi gaya hidup tersebut konsumen rela mengorbankan sesuatu demi mencapainya dan hal tersebut cenderung mengakibatkan pembelian impulsif.
Penelitian terdahulu [6] menyatakan bahwa gaya hidup belanja memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif, hal ini membuktikan bahwa tingginya gaya hidup belanaja yang dimiliki konsumen maka semakin tinggi pula pembelian impulsif yang terjadi. Hal ini, berlawanan dengan penelitian [15] yang menunjukkan bahwa gaya hidup belanaja tidak berpengaruh pada pembelian impulsif.
4. Pembelian Impulsif
Perilaku konsumen dalam melakukan pembelian cenderung bertindak secara tidak logis sehingga terjadilah pembelian impulsif Pembelian impulsif merupakan suatu tindakan pembelian yang tidak terencana dan dilakukan secara spontan [12] Pembelian impulsif diukur menggunakan beberapa indikator menurut Kacen dan Anna lee pada penelitian [1] yaitu, tidak adanya perencanaan, tidak memiliki pertimbangan yang panjang, dan pembelian terjadi karena adanya rangsangan produk.
Untuk meningkatkan pembelian impulsif pelaku bisnis harus memiliki strategi dalam menarik konsumen. Sehingga dapat mendatangkan minat emosional konsumen agar membeli suatu [14].
Hipotesis penelitan merupakan uraian jawaban sementara mengenai rumusan masalah pada suatu penelitian. Maka dapat diperoleh hipotesis penelitian antara lain:
H1: Motivasi belanja hedonis berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif
H2: Potongan hargaberpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif
H3: Gaya hidup belanjaberpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif
Penelitian ini menggunakan riset ekplanatori (explanatory reseach) dengan pendekatan analisis kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang diperoleh dari proses statistik dengan metode pengukuran kuantifikasi lainnya [20]. Pendekatan ini bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel dependen dan independen. Subyek penelitian ini adalah pengguna aplikasi TikTok shop yang berada di Sidoarjo Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Non Probabilitas Sampling dengan purposive sampling berdasarkan penentu kriteria Adapun parameter yang digunakan untuk menentukan sampel atas pengambilan data kuisoner yaitu responden yang mempunyai akun aplikasi TikTok Shop, responden yang pernah membeli produk dari aplikasi TikTok shop, responden dengan usia minimal 17 tahun.
Pada penelitian ini ditentukan menggunakan rumus Hair et.al [2], yang mengatakan bahwa semestinya sampel berjumlah 100 atau lebih besar, dengan sistematis sampel minimum berjumlah lima kali lebih besar dari jumlah pernyataan yang akan di analisis dan ukuran sampel akan lebih diterima jika mempunyai rasio 10:1.. Maka dapat diperoleh jumlah ukuran sampel yang dibutuhkan adalah 160 sampel, dengan rumus sebagai berikut :
Jumlah item pertanyaan x 10
16 x 10 = 160 responden
Jenis data yang digunakan adalah data data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini melalui penyebaran angket (kuisoner) secara online melalui google form pada pengguna TikTok shop dengan Skala Likert sebagai alat pengukur jawaban. Pada penelitian ini alat bantu analisis data yang digunakan adalah SPSS 22 for Windows. Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan antara lain:
1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
a. Uji Validitas adalah adalah uji yang mengukur tentang seberapa tepat instrumen penelitian yang diukur. Uji validitas dapat dilihat dari membandingkan nilai r tabel menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5% dari df = n-2, yang dimana n merupakan jumlah sampel [2]
b. Uji Reliabilitas digunakan untuk melihat seberapa tepat hasil pengukuran dengan menggunakan objek yang sama akan menghasilkan data yang sama [6]. Tujuan dari uji reliabilitas dalam penelitian untuk mengetahui apakah hasil pengukuran tetap konsisten. Variabel dapat dikatakan baik apabila memiliki nilai Cronbach’s Alpha > (0,6).
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui pendistribusiannya dalam penelitian dapat dikatakan normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilihat melalui hasil Kolmogrov-Sminorv, dengan ketentuan probabilitas > 0,05 maka data dikatakan berdistribusi normal dan tidak terpengaruh kendala pada masalah normalitas [14].
b. Uji Multikolinearitas dapat terdeteksi melaui tolerance value dan Varaince Inflation Factor (VIF), dengan ketentuan nilai tolerance value > 0,10 dan VIF < 10 [14].
c. Uji Heteroskedastisitas dapat di lihat pada model regresi apakah memiliki perbedaan dari residual pengamatan. Uji heteroskedasitas pada penelitian ini menggunakan scatterplot [14].
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Uji analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel bebas terhadap variabel terikat. Berikut persamaan dari regresi linier berganda:
Keterangan :
Y : Pembelian Impulsif X1 : Motivasi Belanja Hedonis
α : Konstanta X2 : Potongan Hrga
β1, β2, β3 : Koefisien X3 : Gaya Hidup Belanja
e : Eror
4. Uji Hipotesis
a. Uji t (Parsial) dilakukan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel terikat secara parsial terhadap variabel bebas. Hal tersebut dilakukan dengan pengujian hipotesis melalui uji statistik t, dengan ketentuan H0 ditolak jika tHitung lebih besar daripada ttabel [21].
b. Uji Koefisien Determinasi (R-Square) digunakan untuk melihat besaran persentase variasi dalam variabel bebas yang dijelaskan oleh variasi variabel terikat. Nilai R2 berada antara 0 dan 1, jika nilai R2 semakin mendekati 1 artinya semakin besar variasi dari variabel bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel terikat [7].
A. Identitas Responden
Jenis Kelamin
Frequency | Percent | Valid Percent | Cumulative Percent | ||
Valid | Pria | 42 | 26.3 | 26.3 | 26.3 |
Wanita | 118 | 73.8 | 73.8 | 100.0 | |
Total | 160 | 100.0 | 100.0 |
Usia
Frequency | Percent | Valid Percent | Cumulative Percent | ||
Valid | >35 Tahun | 25 | 15.6 | 15.6 | 15.6 |
17-25 Tahun | 105 | 65.6 | 65.6 | 81.3 | |
26-35 Tahun | 30 | 18.8 | 18.8 | 100.0 | |
Total | 160 | 100.0 | 100.0 |
Pendidikan Terakhir
Frequency | Percent | Valid Percent | Cumulative Percent | ||
Valid | D3/S1/S2/S3 | 56 | 35.0 | 35.0 | 35.0 |
SD/SMP/SMA | 104 | 65.0 | 65.0 | 100.0 | |
Total | 160 | 100.0 | 100.0 |
B. Analisis Data
1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Pada penelitian yang telah dilaksanakan, maka didapati hasil bahwasanya semua item pertanyaan dari variabel motivasi belanja hedonis, potongan harga dan gaya hidup belanja terhadap pembelian impulsif dinyatakan valid dengan perolehan nilai r hitung > r tabel (0,155).
Sedangkan pada hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai cronbach’s alpha dari variabel motivasi belanja hedonis 0,769, potongan harga 0,621, gaya hidup belanja0,650, pembelian impulsif 0,612, dengan nilai cronbach’s alpha > 0,60. Jadi dapat disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan pada setiap variabel dinyatakan reliabel.
2. Uji Asumsi Klasik
a) Uji Normalitas
Pada hasil gambar 3, diperoleh grafik normal probability plot menunjukkan bahwasanya dalam penelitian ini data regresi berdistribusi normal, dikarenakan titik-titik terhambur di sekeliling garis diagonal dan distribusi mayoritas mendekati diagonal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual | ||
N | 160 | |
Normal Parameters a,b | Mean | .0000000 |
Std. Deviation | 1.76164804 | |
Most Extreme Differences | Absolute | .061 |
Positive | .061 | |
Negative | -.056 | |
Test Statistic | .061 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) | .200c,d |
Pada tabel 2, didapati hasil Kolmogrov Sminorv (K-S) dari ketiga variabel independen sebesar 0,200 > 0,05. Sehingga data dari ketiga variabel independen diatas telah berdistribusi normal, karena nilai Kolmogrov Sminorv (K-S) dari ketiga variabel independen > 0,05.
b). Uji Multikolinieritas
Coefficients a
Model | Collinearity Statistics | ||
Tolerance | VIF | ||
1 | (Constant) | ||
Motivasi Belanja Hedonis | .707 | 1.415 | |
Potongan Harga | .863 | 1.159 | |
Gaya Hidup Belanja | .692 | 1.445 |
Pada tabel 3, dapat diperoleh bahwasanya nilai tolerance value > 0,1, dan nilai VIF < 10, sehingga dapat di katakan bahwa multikolinieritas tidak terjadi dalam penelitian ini.
C) Uji Heteroskedastisitas
Pada gambar 4, memperlihatkan bahwasanya titik berhamburan berada di atas dan dibawah angka 0 pada sumu Y. Sehingga, dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas sebab titik-titik berhambuharan secara acak sehingga membentuk pola yang tidak teratur.
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Model | Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | t | Sign | |
---|---|---|---|---|---|
B | Std. Error | Beta | |||
1 | (Constant) | 3.005 | 1.240 | 2.423 | .017 |
Motivasi Belanja Hedonis | .145 | .046 | 3.139 | .002 | |
Potongan Harga | .215 | .089 | 2.412 | .017 | |
Gaya Hidup Belanja | .146 | .064 | 2.287 | .024 |
Berlandaskan pada hasil uji regresi linier berganda pada tabel di atas, dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = α + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + e
Y = 3,005 + 0,145 + 0,215 + 0,146 + e
Berdasarkan rumusan regresi diatas maka dapat diartikan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta (α) sebesar 3,005 yang meperlihatkan bahwa hedonic shopping motivation, price diskon, dan shopping lifestyle bernilai nol (0), maka perilaku impulse buying bernilai 3,005.
2. Nilai koefisien regresi (b1) sebesar 0,145 yang menunjukkan koefisien regresi mempunyai arah positif. Sehingga, dapat diartikan bahwasanya tingginya kenaikan satuan variabel motivasi belanja hedonis, maka variabel motivasi belanja hedonis akan mengalami kenaikan sebesar 0,145.
3. Nilai koefisien regresi (b2) sebesar 0,215 yang menunjukkan koefisien regresi mepunyai arah positif. Sehingga, dapat diartikan bahwasanya tingginya kenaikan satuan variabel potongan harga, maka variabel potongan harga akan mengalami kenaikan sebesar 0,215.
4. Nilai koefisien regresi (b3) sebesar 0,146 yang menunjukkan koefisien regresi mempunyai arah positif. Sehingga, dapat diartikan bahwasanya tingginya kenaikan satuan variabel gaya hidup belanja, maka variabel gaya hidup belanja akan mengalami kenaikan sebesar 0,146.
4 . Uji Hipotesis
a. Uji t (Parsial)
Coefficients a | ||||||
Model | Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | t | Sig. | ||
B | Std. Error | Beta | ||||
1 | (Constant) | 3.005 | 1.240 | 2.423 | .017 | |
Motivasi Belanja Hedonis | .145 | .046 | .260 | 3.139 | .002 | |
Potongan Harga | .215 | .089 | .181 | 2.412 | .017 | |
Gaya Hidup Belanja | .146 | .064 | .192 | 2.287 | .024 |
Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan nilai t hitungdengan t tabel.Rumus yang digunakan dalam menentukan t tabel yaitu rumus df = (160-3) df = (157) dengan α =5%, maka nilai t tabel adalah 1,975. Berdasarkan dari hasil pengolahan data pada tabel 5, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Motivasi belanja hedonis
Berdasarkan hasil uji t didapati nilai thitung sebesar 3,139 > ttabel 1,975 dengan nilai signifikan sebesar 0,002 < 0,05. Hal ini dapat diartikan bahwasanya variabel motivasi belanja hedonis berpengaruh signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif.
2. Potongan Harga
Berdasarkan hasil uji t didapatkan nilai thitung sebesar 2,412 > ttabel 1,975 dengan nilai signifikan sebesar 0,017 < 0,05. Hal ini dapat diartikan bahwasanya variabel potongan harga berpengaruh signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif.
3. Gaya Hidup Belanja
Berdasarkan hasil uji t didapatkan nilai thitung sebesar 2,287 > ttabel 1,975 dengan nilai signifikan sebesar 0,024 < 0,05. Hal ini dapat diartikan bahwasanya variabel gaya hidup belanja berpengaruh signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif.
B. Uji Koefien Determinasi (R-Square)
Model Summary b | ||||
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate |
1 | .492a | .242 | .227 | 1.77851 |
Pada tabel 6, menunjukkan bahwa koefisien determinasi dalam penelitian ini sebesar 0,227 atau 22,7% sehingga variabel motivasi belanja hedonis (X1), potongan harga (X2), dan gaya hidup belanja (X3) dapat menjelaskan perilaku pembelian impulsif pada TikTok Shop dan sisanya 77,3% dijelaskan oleh variabel lain.
Pembahasan
Dalam penelitian ini dapat diperoleh hasil yang telah dipaparkan sebelumnya, tentang seberapa besar variabel X mempengaruhi variabel Y (motivasi belanja hedonis, potongan harga, dan gaya hidup belanja terhadap pembelian impulsif).
Motivasi Belanja Hedonis berpengaruh terhadap Pembelian Impulsif
Berdasarkan hasil uji hipotesis secara parsial (uji t) diperoleh hasil bahwa H1 diterima, artinya bahwa variabel motivasi belanja hedonis memiliki pengaruh secara positif dan signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif pada pengguna TikTok Shop di Sidoarjo. Hal tersebut, dibuktikan dengan adanya live streaming, serta video pendek yang dapat diakses melalui beranda TikTok memicu rasa penasaran konsumen untuk melakukan pembelian. Dengan demikian apabila motivasi belanja hedonis mengalami peningkatan maka perilaku pembelian impulsif akan mengalami peningkatan juga.
Penelitian ini mengacu pada teori yang disampaikan [7] mengenai indikator motivasi belanja hedonis yaitu, adventure shopping, social shopping, relaxation shopping, idea shopping, role shopping, value shopping. Dimensi terbesar ada pada adventure shopping hal ini menunjukkan bahwasanya perasaan belanja menyenangkan, riang, dan kondisi belanja berkaitan dengan sifat hedonis konsumen. Sehingga, terciptanya suatu pengalaman dalam berbelanja, hal ini menjadi alasan kuat mengapa motivasi belanja hedonis dapat meningkatkan perilaku pembelian impulsif pada konsumen TikTok Shop di Sidoarjo.
Penelitian ini didukung oleh teori [1] motivasi belanja hedonis dapat memicu impulse unplannedbuying, unplannedbuying merupakan aktivitas pembelian yang dilakukan tanpa perencanaan sebelumnnya atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada di dalam toko maupun secara online. Oleh sebab itu, pada hakikatnya pembelian impulsif dapat terjadi karena adanya kondisi hedonis pada seseorang yang tentunya akan mengakibatkan seseorang menjadi impuslif.
Penelitian ini merujuk pada teori yang disampaikan [7] bahwa motivasi belanja hedonis memiliki pengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif. Penelitian ini juga disampaikan oleh [6] bahwa motivasi belanja hedonis memiliki pengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif. Hasil penelitian juga di sampaikan [3] bahwa motivasi belanja hedonis memiliki pengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif.
Potongan Harga berpengaruh terhadap Pembelian Impulsif
Berdasarkan hasil uji hipotesis secara parsial (uji t) diperoleh hasil bahwa H2 diterima, yang berarti variabel potongan hargamemiliki pengaruh secara positif dan signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif pada pengguna TikTok Shop di Sidoarjo. Hal tersebut, dibuktikan pada waktu live streaming di TikTok Shop penjual selalu memberikan potongan harga. Dengan demikian apabila potongan hargamengalami kenaikan maka perilaku pembelian impulsif akan mengalami peningkatan juga.
Penelitian ini mengacu pada teori yang disampaikan oleh [1] mengenai indikator potongan hargayakni, tingginya potongan harga, masa potongan harga, keanekaragaman pilihan pada produk yang di diskon. Kontribusi terbesar ada pada indikator tinginya potongan harga dan masa potongan harga, hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor potongan hargadilakukan secara baik. Artinya bahwa pemberian potongan harga yang tinggi dengan pembelian serta waktu tertentu menjadikan Tiktok Shop banyak diminati konsumen. Sehingga, TikTok Shop meningkatkan pembelian impulsif pada pengguna TikTok Shop di Sidoarjo.
Penelitian ini di dukung oleh teori [20] Potongan harga (price discount) dapat memunculkan perasaan untuk melakukan pembelian impulsif. Besar dan lamanya periode potongan harga memiliki peran dalam menumbuhkan hasrat untuk melakukan pembelian impulsif. Potongan harga merupakan sebuah strategi marketing yang digunakan peritel dalam meningkatkan konsumen untuk melakukan pembelian lebih banyak karena telah di berikannya penurunan harga produk dari harga normal dalam waktu tertentu. Oleh karena itu, aplikasi TikTok Shop harus teliti dalam menentukan potongan harga terhadap suatu produk agar konsumen dapat terpengaruh untuk melakukan pembelian impulsif.
Penelitian ini merujuk pada teori yang dikemukakan [22] bahwa potongan harga memiliki pengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif.Penelitian ini juga di sampaikan oleh [23] bahwa potongan harga memiliki pengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif.Hasil penelitian juga di sampaikan oleh [24] bahwa potongan harga memiliki pengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif.
Gaya Hidup Belanja berpengaruh terhadap Pembelian Impulsif
Berdasarkan hasil hipotesis secara parsial (uji t) diperoleh hasil bahwa H3 diterima, yang berarti variabel gaya hidup belanja memiliki pengaruh secara positif dan signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif pada pengguna TikTok Shop di Sidoarjo. Dengan demikian apabila gaya hidup belanjamengalami kenaikan maka perilaku pembelian impulsif.juga akan mengalami kenaikan.
Penelitian ini merujuk pada penelitian [1] tentang indikator gaya hidup belanja yaitu, pengaruh iklan, model terbaru, merek, dan kualitas. Keterlibatan terbesar ada pada indikator pengaruh iklan, hal ini di buktikan dengan merespon setiap tawaran iklan untuk membelinya, sehingga dapat digambarkan bahwa konsumen memiliki daya beli yang tinggi.
Penelitian.ini di dukung oleh teori [19] belanja merupakan lifestyle yang paling digemari, untuk mencukupi gaya hidupnya masyarakat rela mengorbankan sesuatu untuk mendapatkannya dan hal tersebut cenderung menyebabkan pembelian impulsif. Oleh karenanya, semakin banyak uang dan waktu yang dimiliki serta kebiasaan berbelanja yang dianggap sebagai salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh sebagian masyarakat membuat perilaku pembelian impulsif.tidak dapat dihindari, terlebih lagi dengan mudahnya berbelanja saat ini dengan memanfaatkan social commerce seperti TikTok Shop.
Penelitian ini merujuk pada teori yang dikemukakan [10] bahwa gaya hidup belanjaberpengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif.Penelitian ini juga di sampaikan oleh penelitian [25] bahwa gaya hidup belanjaberpengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif.Hasil penelitian juga disampaikan oleh [26]bahwa gaya hidup belanjaberpengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif.
Berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan peneliti dengan judul Motivasi Belanja Hedonis, Potongan Harga, dan Gaya Hidup Belanjaterhadap Pembelian Impulsifpada TikTok Shop. Maka, dapat disimpulkan bahwa motivasi belanja hedonis memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif pada konsumen TikTok Shop di Sidoarjo. Artinya semakin tinggi motivasi belanja hedonis dari konsumen TikTok Shop maka akan semakin tinggi pula keinginan konsumen TikTok Shop di Sidoarjo untuk melakukan pembelian impulsif. Potongan harga memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelian impulsifpada konsumen TikTok Shop di Sidoarjo. Artinya semakin tinggi potongan harga yang dilakukan social commerce TikTok Shop, maka akan semakin tinggi juga pembelian impulsif yang dialakukan konsumen TikTok Shop di Sidoarjo. Gaya hidup belanja memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif pada konsumen TikTok Shop di Sidoarjo. Artinya semakin tinggi gaya hidup belanja yang dimiliki konsumen TikTok Shop di Sidoarjo, maka semakin tinggi pula pembelian impulsif yang dilakukan konsumen.