Abstract—Auditors play a critical role in ensuring the integrity of financial reporting, yet their performance is often influenced by various psychological and situational factors. While existing literature has explored the effects of work stress and self-efficacy on professional judgment, a gap remains in understanding the nuanced relationships between these variables in the context of audit judgment. This study aims to determine the effects of work stress, audit experience, and self-efficacy on audit judgment among active auditors in Surabaya's public accounting offices. Using a quantitative survey approach, data were collected from 40 auditors across eight public accounting firms, analyzed through multiple linear regression with SPSS. Results indicated that work stress does not significantly affect audit judgment, while audit experience positively influences it. Conversely, self-efficacy was found to have no significant impact on audit judgment. The novelty of this research lies in its focused examination of the interplay between these factors within the auditing profession, contributing to a better understanding of the conditions that affect auditors' decision-making. Implications the study suggests that improving auditors' experiences and addressing work stress and self-efficacy can enhance their judgment capabilities, thus improving audit quality. Further research is needed to explore additional variables.
Highlights:
Keywords: Audit Judgment, Work Stress, Audit Experience, Self-Efficacy, Public Accounting
Berdasarkan adanya fenomena yang Saya amati mengenai audit judgment, Saya ingin mengetahui apakah ada faktor yang mempengaruhi auditor dalam membuat audit judgment dan apakah faktor tersebut sangat signifkan bisa mempengaruhi kinerja auditor saat menyajikan audit judgment. Berbagai macam atau beragam permasalahan yang dihadapi seorang auditor memungkinkan mereka mengalami stress. Profesi auditor adalah salah satu yang memiliki tingkat stress yang sangat tinggi [1]. Stress yang cukup besar dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan yang ada disekitarnya. Sebagai akibatnya, dalam pribadi para karyawan menimbulkan berbagai macam gejala stress yang bisa mengganggu pelaksanaan kerja atau tugas mereka [2]. Secara alam, banyak individu akan merasakan stres jika terlalu banyak pekerjaan, tidak paham terhadap pekerjaan, beban informasi yang terlalu berat atau karena tidak bisa mengikuti perkembangan zaman, sehingga terjadi gangguan stabilitas emosional yang mengarah pada tidak terkontrolnya perilaku individu yang berakibat pada timbulnya perilaku disfungsional audit yang secara langsung maupun tidak dapat berpengaruh pada penurunan kualitas audit [3]. Pengalaman auditor yang dimiliki menjadikan auditor terbiasa dengan prosedur dan etika kerja yang sudah ditentukan. Banyaknya pengalaman menangani berbagai kasus menjadikan auditor lebih peka terhadap penyimpangan yang terjadi pada sebuah perusahaan atau instansi [4]. Pengalaman kerja yang panjang juga menjadikan auditor lebih tenang dalam menjalani tugasnya karena sudah terbiasa dengan situasi dan kondisi yang terjadi saat proses audit terjadi [5]. Masa kerja seseorang disuatu tempat berpengaruh terhadap pengalaman yang dimiliki. Keterampilan yang dimiliki dalam menyelesaikan pekerjaan didapatkan dari pengalaman kerja yang dimiliki [6]. Opini audit yang dibuat oleh auditor dipengaruhi oleh lama bekerja dan jam terbang yang dimiliki oleh seorang auditor. Auditor yang memiliki jam terbang tinggi akan lebih peka dan sensitif dalam menangkap informasi dan situasi sehingga keputusan yang merka buat akan lebih relevan [7]. Auditor memiliki lebih banyak pengalaman jadi bisa lebih mudah memahami apa yang terjadi. Dengan pengalaman yang dimiliki maka auditor akan belajar dari kesalahan yang dibuat di masa lalu sehingga tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi. Pengalaman didapat karena banyaknya penugasan yang telah dijalani sehingga lebih mudah mendeteksi jika ada kekeliruan yang terjadi [8]. Pengalaman yang dimilki karena kesalahan yang pernah dibuat dimasa lalu akan membuat auditor lebih berhati-hati dan mengurangi kesalahan yang sama pada masa lalu. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki menjadikan audit judgment yang dibuat menjadi lebih baik [9]. Pengalaman yang dimilki auditor menyebabkan logika dari auditor lebih terasa dan lebih peka jika terjadi suatu penyimpangan, keterampilan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap audit judgmnet yang dibuat. Semakin tinggi pemngalaman auditor, maka kompetensi yang dimiliki akan semakin tinggi. Meningkatnya kompetensi yang dimiliki akan meningkatkan kualitas audit yang dibuat [10].Seorang auditor harus dapat menentukan langkah yang akan diambil saat akan mengeluarkan judgment. Auditor dengan self effiicacy tinggi memandang pekerjaannya sebagai suatu tanggung jawab yang harus diselesaikan dan mengerjakan pekerjaannya dengan pikiran positif dan optimis, sedangkan auditor dengan self efficiacy yang rendah menganggap pekerjaannya sebagai sebuah ancaman dan merasa tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya [11]. Self efficacy yang tinggi membentuk auditor memiliki komitmen kerja, selalu berfikir kedepan, dan menganggap masalah sebagai sebuah tantangan. Hal ini memiliki pengaruh yang bagus dalam judgment yang dibuat oleh auditor[12]. Self efficacy merupakan penilaian terhadap diri, pandangan apakah dapat melakukan tindakan yang buruk dan baik, benar dan salah, bisa dan tidak bisa memproses sesuai dengan aturan yang sudah ada. Self efficacy berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya (dapat dicapai). Self efficacy yang tinggi akan menjadikan auditor memiliki motivasi yang tinggi terhadap dirinya sendiri, sehingga akan melakukan pekerjaannya dengan sebaik mungkin [13].
Audit judgment adalah sebuah evaluasi terhadap suatu ketentuan atas pemikiran tentang hasil dalam pengelolaan data yang didapat dalam melaksanakan kewajiban dan faktor yang ada dalam diri auditor, sehingga dihasilkan penilaian yang dapat dipergunakan auditor [14]. Audit judgment dapat dijadikan sebuah alat ukur yang dapat digunakan oleh auditor sebagai bahan mempertimbangkan guna mendapat kesimpulan terhadap suatu laporan yang bisa menghasilkan pemikiran auditor atas disajikan laporan keuangan suatu kelompok sesuai dengan waktu dan hakikat yang sesungguhnya [15]. Judgment bergantung kepada diperolehnya atau hasil ari dikembangkannya suatu bukti atau temuan yang diperoleh seorang auditor yang tugas serta tanggung jawabnya sebagai auditor internal dapat memberi hasil kepercayaan mundul dari kecukupan pemahaman seorang auditor saat menjabarkan temuan yang diperolehnya.dengan demikian dapat disimpulkan jika pemahaman atau jam terbang yang dimiliki oleh seorang auditor dapat dijadikan menjadi sebuah faktor penting saat mengambil judgment seorang auditor [16]. Namun hal itu belum tentu berhasil jika ada pengaruh tekanan peraturan yang dialami seorang auditor. Semakin besar tekanan peraturannya, belum tentu menjamin seorang auditor akan mampu dalam mengambil audit judgment yang berkualitas [17]. Di sebuah proses audit oleh seorang auditor, Judgement diperlukan seorang auditor sehingga bisa digunakan untuk memilih atau memastikan evaluasi yang cermat dan cepat sehingga pendapat auditor dapat dipengaruhi dan akan muncul opini wajar terhadap laporan keuangan suatu perusahaan yang tengah dilakukan audit oleh seorang auditor [18].
Penelitian ini berdasarkan teori dari akuntansi keprilakukan yaitu teori atribusi yang dikembangkan pertama kali oleh Fritz heider pada tahun 1958 yang menyatakan bahwa perilaku seseorang berkaitan dengan kekuatan internal (internal forces) meliputi pengalaman termasuk self efficacy yang akan masuk kedalam penelitian ini dan kekuatan eksternal (external forces) meliputi stress kerja yang akan menjadi variabel dalam penelitian ini. Penelitian ini mengidentifikasi pengaruh dari stress kerja, pengalaman auditor, dan self efficacyterhadap audit judgment. Hal ini menunjukkan tiga faktor penting yang dapat dijadikan sebagai acuan menilai bagiamana kualitas judgment yang dilakukan oleh auditor. Penelitian ini diharapkan dapat membantu Kantor Akuntan Publik untuk memahami kondisi yang biasa dialami oleh auditor dan penyebab yang sering muncul dalam penurunan kualitas judgment yang diberikan oleh auditor. Hasil penilitian ini juga diharapkan dapat digunakan auditor untuk mengevaluasi dirinya agar tidak terjadi penurunan kualitas judgment yang harus dibuat karena judgment sangat berpengaruh terhadap hasil audit. Penelitian ini mereplikasi penelitian terdahulu [19]. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian terdahulu menggunakan variabel profesionalisme auditor sedangkan dalam penelitian ini menggunakan variabel self efficacy. Perbedaan berikutnya adalah variabel dependen dipenelitian sebelumnya adalah kualitas audit sedangkan di penelitian ini adalah audit judgment.
Pendekatan Penelitian
Metode pendekatan penelitian yang dipilih adalah pendekatan kuantitatif. Metode penelitian adalah metode yang dubuat untuk mengumpulkan, menyimpulkan dan mengolah data dari penelitian yang setelahnya adalah menganalisa permasalahan yang memilki hubungan dengan persoalan yang tengah dilakukan penelitian sehingga dapat diambil kesimpulan yang paling benar. Penelitian survey dipilih dalam penelitian ini. Metode penelitian ini dipilih guna membuktikan pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat supaya dapat ditarik sebuah kesimpulan dalam penelitian ini. [20]
Populasi dan Sampel
Populasi yang dipilih dalam penelitian ini merupakan auditor yang masih aktif diKantor Akuntan Publik di Surabaya. Berdasarkan data dari IAPI di tahun 2023, Kantor Akuntan Publik di Surabaya terdapat sebanyak 52 kantor. Berdasarkan data tersebut peneliti menjadikan 8 Kantor Akuntan Publik untuk menjadi populasi dari penelitian ini berdasarkan tingkat dari akuntan publik yaitu tingkat menengah kebawah karena dilihat dari lamanya beroprasi. KAP yang dipilih memiliki izin oprasi mulai dari 2016 dan paling baru di tahun 2020. Sampel yang diperloleh yaitu sebanyak 40 orang dengan menggunakan sistem analisis faktor yaitu jumlah sample tergantung pada jumlah indikator yang minimal dikalikan 5. Penelitian ini memperoleh data dari pendistribuan kuisioner secara langsung di tiap KAP. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2023. Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah teknik purposive samplingkarena yang mengisi kuisioner memiliki kriteria khusus. Kriteria auditor yang bisa mengisi kuisioner adalah yang bekerja di KAP yang area kerjanya di Surabaya, untuk level auditor yang bisa mengisi kuisioner adalah auditor senior dan auditor junior. Selanjutnya auditor yang sudah memenuhi kriteria akan mengisi kuisioner yang telah disediakan. Berikut merupakan sampel yang dipilih dari masing – masing KAP untuk dilakukan penelitian :
NO. | NAMA KAP | JUMLAH RESPONDEN |
1. | KAP GIDEON ADI DAN REKAN (CABANG) | 5 |
2. | KAP HENDRAWINATA HANNY ERWIN & SUMARGO (CABANG) | 5 |
3. | KAP LONG SETIADI | 5 |
4. | KAP PAUL HADIWINATA, HIDAJAT, ARSONO, RETNO, PALILINGAN & REKAN (CABANG) | 5 |
5. | KAP TJAHJADI & TAMARA (CABANG) | 5 |
6. | KAP WAWAN HERMANSYAH | 5 |
7. | KAP SUPOYO, SUTJAHJO, SUBYANTARA & REKAN (CABANG) | 5 |
8. | KAP SOEKAMTO, ADI, SYAHRIL & REKAN (CABANG) | 5 |
Teknik Pengumpulan Data
Peneliti memberikan tiga hari kerja untuk pengisian kuisioner terhitung sejak kuisioner diberikan ke kantor KAP. Kuisioner dipetakan menjadi dua bagian. Bagian pertama kuisioner menggambarkan deskripisi diri responden dan dibagian kedua memuat pertanyaan yang berhubungan dengan stress kerja, pengalaman auditor, dan self efficacy. Kuisioner yang tersaji menggunakan skala likert yang memiliki empat skala nilai yaitu (1) sangat tidak setuju sampai dengan (4 ) sangat setuju. Skala likert adalah skala yang digunakan peneliti untuk mengukur pendapat, sikap dan sudut pandang yang dimiliki oleh auditor.
Gambar 1 menunjukkan kerangka konseptual dalam penelitian ini yang berisi variabel independen dan variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini merupakan audit judgment, audit judgment adalah faktor yang terperengaruh dari ketiga variabel independen yaitu stress kerja, pengalaman kerja, self efficacy. Stress kerja, pengalaman auditor, dan self efficacy merupakan faktor yang dimiliki oleh seorang auditor, sehingga dapat dijadikan faktor penentu terhadap audit judgment yang dibuat.
NO. | VARIABEL | INDIKATOR | SUMBER |
1. | Stress Kerja (X1) | 1.Tekanan dari individu itu sendiri.2.Tekanan dari rekan kerja atau kelompok.3.Tekanan dari tempat kerja atau organisasi.4.variabel stress kerja masuk dalam skala ordinal, suatu efek yang dirasakan dan menganggu bagi seseorang yang memunculkan rasa tidak nyaman di sebuah lingkungan atau organisasi. | [21][20] |
2. | Pengalaman Auditor( X2 ) | 1.Jangka waktu yang dimiliki seorang auditor selama bekerja.2.Banyaknya penugasan yang pernah dilakukan.3.Variabel pengalaman auditor masuk dalam skala ordinal, lamanya bekerja x sebagai auditor, banyaknya tugas audit yang ditangani dan banyaknya jenis perusahaan yang pernah diaudit. | [21][22] |
3. | Self Efficacy (X3) | 1.Motivasi diri sendiri.2.berusaha dengan keras, gigih, dan tekun, bertahan dalam menghadapi hambatan dan kesulitan.3.kepercayaan diri yang dimiliki terhadap pengetahuan dan kemampuan yang ada pada dirinya. | [23][24] |
4. | Audit Judgment (Y) | 1.Pengaruh dari klien, pengaruh dari atasan.2.variabel audit judgment masuk dalam skala ordinal, keahian yang dimiliki, pencapaian, pemahaman, melakukan tugas sesaui dengan prosedur dan tepat ? sasaran, bukti yang terkumloul cukup.3.Cermat dalam memilih sikap serta perilaku yang tidak mudah menerima sogokan dan tidak mudah menerima tekanan. | [21][25] |
Teknik Analisi Data
Langkah selanjutnya setelah dilakukan penjabaran variabel adalah melakukan identifikasi persamaan pengujian. Persamaan yang terbentuk dari hasil identifikasi variabel yang ada dalam penelitian. Hasil dari indentifikasi persamaan variabel adalah :
AJ = α + β1X1 + β2X2 + β3SX3 + ε
Keterangan :
AJ= Audit Judgment
α= Konstanta
X1= Stress Kerja
X2= Pengalaman Auditor
X3= Self Efficacy
ε= Error
β= Koefesien Regresi
Tahapan berikutnya adalah data diatas diolah menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan SPSS (Statistial Package for Social Science). Analisis regresi linier dipilih dikarenakan lebih mudah digunakan dan karena analisis ini sudah banyak dipilih oleh peneliti lain untuk mengelola data mereka. Sebelum uji pengaruh dilakukan instrumen pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. [22]
Setelah dilakukan dua uji tersebut selanjutnya akan dilakukan uji T (parsial) dan uji Determinasi, Uji T dilakukan untuk menguji variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian hipotesa menggunakan t.hitung dan t.tabel. Apabila t.hitung lebih besar dari t.tabel artinya hipotesa diterima. Selanjutnya akan dilakukan uji signifikan jika nilai signifikan kurang dari 0,05 alpha maka hipotesis (H) diterima, sebaliknya jika nilai signifikan lebih besar dari 0,05 alpha maka hipoteis (H) ditolak. Selanjutnya dilakukan uji koefisien determinasi yang berguna untuk menguji seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Karakteristik Responden
Penelitian berikut dilakukan terhadap 8 KAP di Surabaya untuk level auditor yang bisa mengisi kuisioner adalah auditor senior dan auditor junior. Berikut merupakan hasil olah dari kuisioner yang telah didistribusikan :
Kriteria | Freguensi (Orang) | Presentase (%) |
Nama KAP | ||
KAP Gideon Adi dan Rekan (Cabang) | 5 | 12,5 |
KAP Hendrawinata Hanny Erwin & Sumargo (Cabang) | 5 | 12,5 |
KAP Long Setiadi | 5 | 12,5 |
KAP Paul Hadiwinata, Hidrajat, Arsono, Retno, Palilingan & Rekan (Cabang) | 5 | 12,5 |
KAP Tjahjadi & Tamara (Cabang) | 5 | 12,5 |
KAP Wawan Hermansyah | 5 | 12,5 |
KAP Supoyo, Sutjahjo, Subyantara & Rekan (Cabang) | 5 | 12,5 |
KAP Soekamto, Adi, Syahril & Rekan (Cabang) | 5 | 12,5 |
Jenis Kelamin | ||
Laki – Laki | 19 | 47,5 |
Perempuan | 21 | 52,5 |
Usia | ||
< 30 | 31 | 77,5 |
31-40 | 9 | 22,5 |
Jabatan | ||
Senior | 15 | 37,5 |
Junior | 25 | 62,5 |
Dari tabel 3 dapat disimpulakn bahwa dari ke delapan KAP jenis kelamin perempuan lebih dominan dengan data yang diperoleh 21 atau 52,5% dan untuk laki-laki sebanyak 19 atau 47,5%. Berdasakan usia lebih dominan usia <30 dengan data yang diperoleh 31 atau 77,5% dan untuk usia 31-40 sebanyak 9 atau 22,5%. Kemudian untuk jabatan yang lebih diminan adalah junior dengan data yang diperoleh 25 atau 62,5% dan untuk senior adalah 15 atau 37,5%
Hasil Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif diharapkan menghasilkan data yang sudah dianalisa dan diolah dapat memberikan penjelasan yang mudah dipahami oleh pembaca karena dapat dilihat kecenderungan jawaban yang akan muncul dari setiap variabel yang telah diuji.
Descriptive Statistics | |||||
N | Minimum | Maximum | Mean | Std. Deviation | |
Stress Kerja | 40 | 6 | 17 | 10.35 | 3.697 |
Pengalaman Auditor | 40 | 18 | 32 | 28.90 | 3.572 |
Self Efficacy | 40 | 13 | 33 | 29.50 | 4.718 |
Audit Judgment | 40 | 10.0 | 20.0 | 16.225 | 2.4018 |
Valid N (listwise) | 40 |
Hasil Uji Kualitas Data
Hasil Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk menguji pertanyaan kuisioner valid atau tidak, jika sudah dilakukan uji validasi dan kuisioner dinyatakan valid baru kuisioner tersebut dapat disajikan dalam sebuah laporan. Uji validitas dimaksutkan untuk mengukur tingkat kevakidan alat ukur yang dipakai dalam sebuah penelitian.
a. Stress Kerja (XI)
Item Pertanyaan | r Hitung | r Tabel | Keterangan |
1 | 0,726 | 0,304 | Valid |
2 | 0,378 | 0,304 | Valid |
3 | 0,456 | 0,304 | Valid |
4 | 0,558 | 0,304 | Valid |
5 | 0,826 | 0,304 | Valid |
6 | 0,590 | 0,304 | Valid |
Dapat disimpulkan dari penelitian ini, berdasarkan hasil dari uji validitias variabel stress kerja dinyatakan valid karena r Hitung dari setiap pertanyaan lebih besar dari r Tabel.
b. Pengalaman Auditor (X2)
Item Pertanyaan | r Hitung | r Tabel | Keterangan |
1 | 0,708 | 0,304 | Valid |
2 | 0,707 | 0,304 | Valid |
3 | 0,745 | 0,304 | Valid |
4 | 0,560 | 0,304 | Valid |
5 | 0,625 | 0,304 | Valid |
6 | 0,805 | 0,304 | Valid |
7 | 0,809 | 0,304 | Valid |
8 | 0,723 | 0,304 | Valid |
Dapat disimpulkan berdasarkan hasil dari uji validitias variabel pengalaman kerja dinyatakan valid karena r Hitung dari setiap pertanyaan lebih besar dari r Tabel.
c. Self Efficacy (X3)
Item Pertanyaan | r Hitung | r Tabel | Keterangan |
1 | 0,806 | 0,304 | Valid |
2 | 0,816 | 0,304 | Valid |
3 | 0,921 | 0,304 | Valid |
4 | 0,825 | 0,304 | Valid |
5 | 0,790 | 0,304 | Valid |
6 | 0,778 | 0,304 | Valid |
7 | 0,815 | 0,304 | Valid |
8 | 0,783 | 0,304 | Valid |
9 | 0,741 | 0,304 | Valid |
Dapat disimpulkan berdasarkan hasil dari uji validitias variabel self efficacy dinyatakan valid karena r Hitung dari setiap pertanyaan lebih besar dari r Tabel.
d. Audit Judgment(X4)
Item Pertanyaan | r Hitung | r Tabel | Keterangan |
1 | 0,731 | 0,304 | Valid |
2 | 0,489 | 0,304 | Valid |
3 | 0,709 | 0,304 | Valid |
4 | 0,871 | 0,304 | Valid |
5 | 0,462 | 0,304 | Valid |
Dapat disimpulkan berdasarkan hasil dari uji validitias variabel audit judgment dinyatakan valid karena r Hitung dari setiap pertanyaan lebih besar dari r Tabel.
Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji tingkat akurasi dari penelitian yang sedang dilakukan, seberapa sering hasil yang didapat saat melakukan penelitian yang sama terhadap subjek atau objek yang diteliti. Uji ini bisa dibilang oenting karena tanpa dilakukan uji ini suatu penelitian bisa dipertanyakan valid dan benar atau dengan kata lain menguji keabsahan dari sebuah penelitian.
Variabel | Cronbach Alpha | Keterangan |
Stress Kerja (X1) | 0,815 | Reliabel |
Pengalaman Auditor (X2) | 0,854 | Reliabel |
Self Efficacy (X3) | 0,937 | Reliabel |
Audit Judgment (Y) | 0,733 | Reliabel |
Dari uji yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil cronbach’s alpha mnunjukan hasil diatas 0,700. Dalam suatu penelitan jika mendapatkan hasil 0,70-0,90, maka dapat dikatakan bahwa penelitian memiliki reliabilitas yang tinggi.
Pengujian Hipotesa
Uji Regresi Linier Berganda
Uji ini dimaksutkan untuk melihat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen, dalam penelitian ini untuk melakukan uji regresi linier berganda menggunakan bantuan aplikasi SPSS (Versi 26). Dengan uji regresi linier berganda akan muncul hasil yang bisa dijadikan acuan dalam penelitian ini. Berikut merupakan haril dari uji regresi linier berganda yang dapat dilihat pada tabel 10.
Coefficientsa | |||
Model | Unstandardized Coefficients | ||
B | Std. Error | ||
(Constant) Stress Kerja Pengalaman Auditor Self Efficacy | 5.762 -.128 .397 .053 | 2.481 .070 .090 .073 | |
a. Dependent Variable: Audit Judgment |
Hasil dari uji reliabilitas menghasilkan persamaan linier berganda. Berdasarkan tabel diatas, dibawah ini merpakan persamaan dari regresi linier bergandanya :
Y = 5,762 – 0, 128 X1 + 0, 397 X2 + 0, 053 X3 + ɛ
Uji T (Parsial)
Coefficientsa | |||||
Model | Standardized Coefficients | t | Sig. | ||
Beta | |||||
(Constant) | 2.322 | .026 | |||
Stress Kerja | -.208 | -1.823 | .077 | ||
Pengalaman Auditor | .620 | 4.414 | .000 | ||
Self Efficacy | .110 | .730 | .470 | ||
a. Dependent Variable: Audit Judgment |
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa Thitung variabel stress kerja (X1) sebesar -1,823 sedangkan Ttabel sebesar 0, 2322 sehinga Thitung < Ttabel lalu signifikan untuk variabel stress kerja sebesar 0,077 lebih besar dari taraf signifikan 0,050. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak sehingga hasil dari uji pasrisal stress kerja (X1) tidak berpengaruh terhadap audit judgment.
Berdasarkan hasil dari tabel diatas diperoleh perhitungan Thitung variabel pengalaman kerja (X2) sebesar 4,414 sedangkan Ttabel sebesar 0,2322 sehingga diperolah Thitung > Ttabel dengan signifikan untuk variabel pengalaman kerja sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf signifikan 0,050. Sehinga kesimpulannya adalah H2 diterima. Sehingga untuk variabel pengalaman kerja (X2) berpengaruh terhadap audit judgment.
Selanjutnya hasil dari tabel untuk variabel self efficacy (X3) diperolah perhitungan Thitung 0,730 sedangkan Ttabel sebesar 0,2322 sehinga diperoleh Thitung < Ttabel dengan signifikan untuk variabel self efficacy0,470 lebih besar dari taraf signifikan 0,050. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H3 ditolak.Untuk Variabel self efficacytidak berpengaruh terhadap audit judgment.
R Square (Koefe sien Determinasi)
Model Summary b
Change Statistics | ||||||||||
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate | R Square Change | F Change | df1 | df2 | Sig. F Change | Durbin-Waston |
1 | .835a | .698 | .672 | 1.039 | .698 | 27.675 | 3 | 36 | .000 | 1.519 |
Dari tabel 12 diketahui bahwa hasil uji koefesien determinan (Adjusted R Square) sebesar 0, 672 atau sebesar 67,2%. Jadi dari 100% ada 67,2% hasil pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Kesimpulannya adalah variabel audit judgment terpengaruh oleh variabel stress kerja, pengalaman auditor, dan self efficacy sebesar 67,2%. Jadi masih ada sisa presentase untuk variabel lainya. Untuk sisanya 32,8% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak ada dalam penelitian ini.
Pengaruh Stress Kerja Terhadap Audit Judgment
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan stress kerja tidak berpengaruh terhadap audit judgment hasil penelitian ini linier dengan hasil penelitian sebelumnya [26] [10] [20]. Stress kerjatidak berpengaruh karena kondisi mental mereka tidak tertekan baik dari pekerjaan ataupun rekan kerja. Auditor merasa dalam kondisi yang aman saat harus menyelesaikan tugasnya. KAP yang ada di Surabaya memiliki lingkungan kerja yang saling mendukung dan sangat kondusif sehingga tidak ada stress kerja yang dirasakan auditor dengan kondisi lingkungan kerja yang seperti itu. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penelitian linier dengan teori dari akuntansi keprilakukan yaitu teori atribusi yang dikembangkan pertama kali oleh Fritz heider pada tahun 1958 yang menyatakan bahwa perilaku seseorang berkaitan dengan kekuatan kekuatan eksternal (external forces) karena stress kerja dapat terpengaruh dari lingkungan kerja dan rekan kerja sehingga bukan dari faktor internal diri seseorang. Faktor eksternal memiliki sumbangsi yang sangat besar untuk tingkat stress seorang auditor. Tetapi karena lingkungan kerja KAP di Surabaya termansuk nyaman dan kondusif sehingga para auditor yang menjadi populasi dalam penelitian ini tidak merasa terbebani dan tertekan sehingga tidak rentan mengalami stress. Lingkungan kerja yang kondusif menjadikan auditor yang menjadi populasi dalam penelitian ini tidak terbebani secara mental sehingga bisa lebih fokus dan lebih tepat saat membuat audit judgment. Jadi untuk variabel stress kerja tidak mempengaruhi auditor yang menjadi populasi penelitian saat membuat audit judgment. Penelitian ini tidak linier dengan penelitian sebelumnya [19].
Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Audit Judgment
Setelah dilakukan penelitian dapat dilihat bahwa pengelaman kerja berpengaruh terhadap audit judgment hasil ini linier dengan penelitian terdahulu [27][28][29]. Auditor yang sudah memiliki pengalaman kerja yang lebih tinggi akan menghasilkan audit judgment yang lebih baik. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh seorang auditor maka akan semakin banyak kasus yang telah dihadapi sehingga akan sangat membantu untuk menyelesaikan audit judgment dengan lebih cepat dan tepat. Audit judgment yang dikerjakan oleh auditor dengan jam terbang tinggi akan lebih berkualitas. Auditor yang memiliki pengalaman akan lebih tenang menjalankan pekerjaannya dan ini sangat membantu saat harus menyelesaikan audit judgment. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penelitian linier dengan teori dari akuntansi keprilakukan yaitu teori atribusi yang dikembangkan pertama kali oleh Fritz heider pada tahun 1958 yang menyatakan bahwa perilaku seseorang berkaitan dengan kekuatan internal (internal forces). Faktor pengalaman auditor berasal dari diri masing – masing auditor, sehingga tidak berpengaruh dari pihak eksternal. Pengalaman auditor bisa berbeda walaupun mereka memiliki masa kerja yang sama. Pengalaman auditor bisa berbeda walaupun mereka pernah mengalami kasus yang sama saat harus menyajikan audit judgment, hal ini dikarenakan setiap indiividu dari auditor memiliki daya tangkap dan pemaknaan masalah yang berbeda. Penelitian ini tidak linier dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya [30].
Pengaruh Self Efficacy Terhadap Audit Judgment
Hasil penelitian yang didapatkan menyatakan bahwa self efficacy tidak berpengaruh terhadap audit judgmenthasil ini linier dengan hasil penelitian sebelumnya [31][32][33]. Dalam menyelesaikan tugasnya auditor bekerja berdasarkan sistem yang ada. Auditor mengikuti alur kerja yang ada sehingga memudahkan mereka menyelesaikan tugasnya. Rekan kerja yang lebih senior juga ikut serta membantu untuk menyelesaikan audit judgment yang sedang dibuat. Sebelum melakukan tugasnya auditor sudah memiliki bekal yang cukup untuk menyelesaikan tugasnya. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penelitian linier dengan teori dari akuntansi keprilakukan yaitu teori atribusi yang dikembangkan pertama kali oleh Fritz heider pada tahun 1958 yang menyatakan bahwa perilaku seseorang berkaitan dengan kekuatan internal (internal forces). Self efficacy berasal dari masing-masing audiot itu sendiri, sehingga akan berbeda dari setiap auditor. Self efficacy berasal dari faktor internal auditor itu sendiri. Alur kerja yang jelas dan rekan kerja yang bisa diajak bekerja sama membuat auditor mudah menyelesaikan audit judgment sehingga tidak perlu mengandalkan self efficacy dari auditor. Dengan kondisi KAP di Surabaya yang memiliki alur kerja dan memiliki sumber daya auditor senior yang berkualitas memudahkan auditor junior dalam menyelesaikan audit jujdgment. Jika para auditor menyelesaikan pekerjaan tidak berdasarkan kondisi internal mereka, maka hasil audit judgment lebih bisa dipertanggung jawabkan. Hasil dari penelitian ini tidak linier dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya [25] .
Setelah dilakukan penelitian hasilnya adalah dapat diketahui pengaruh stress kerja, pengalaman kerja, dan self efficacy terhadap audit judgment. Setelah mendistribusikan kuisioner kepada 8 KAP di Surabaya dengan 40 auditor yang aktif bekerja di Surabaya sebagai populasi. Berikut merupakan kesimpulan dari penelitian ini:
Stress kerja tidak berpengaruh terhadap audit judgment. Artinya auditor tidak terpengaruh terhadap stress saat melaksanakan audit judgment. Karena faktor eksternal KAP di Surabaya termasuk kondusif. Pengalaman auditor berpengaruh terhadap audit judgment. Artinya semakin banyak pengalaman yang dimiliki seorang auditor maka semakin baik pula penyajian audit judgment yang auditor buat. Auditor yang ada di Surabaya mengandalkan pengalaman yang mereka miliki untuk menyelesaikan audit judgment. Self efficacy tidak berpengaruh terhadap audit judgment. Artinya auditor bekerja berdasarkan aturan atau sistem yang ada tidak berdasarkan kondisi pribadi mereka. Rekan kerja yang bisa bekerja sama dan mau membantu membuat auditor membuat mereka lebih mudah dalam manyajikan audit judgment.
Berdasarkan penelitian yang dibuat, sebaiknya seorang auditor bisa bekerja dengan kondisi mereka sendiri tidak bergantung pada lingkungan tempat mereka bekerja. Semakin kuat pendirian mereka maka tingkat kecurangan penyajian data akan sangat rendah. Bekerja dengan mengandalkan rekan kerja tidak membuat mereka mampu menyelesaikan pekerjaan di lingkungan kerja yang kurang kondusif dan rekan kerja yang tidak bisa membantu. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya dapat memberikan variabel yang lebih beragam lagi agar bisa mengetahui apakah ada pengaruh dari variabel independen lain untuk audit judment.
Hasil dari penelitian ini diharap dapat membantu pembaca untuk lebih memahami kondisi dari auditor. Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk bisa mendapat sudut pandang baru terhadap pekerjaan auditor. Dengan adanya penelitian ini diharapkan pembaca bisa lebih menguatkan mental dan menyiapkan diri bahwa sebenarnya ditempat kerja tidak selalu nyaman. Diharapkan penelitian ini bisa digunakan untuk pembaca yang sedang mengumpulkan data untuk penelitian yang sedang dilakukan. Diharapkan juga penelitian ini bisa dijadikan KAP untuk menciptakan lingkungan kerja yang nyaman sehingga auditornya dapat nyaman bekerja dan tidak mengalami tekanan mental, sehingga hasil dari pekerjaannya lebih maksimal.