Social Accounting
DOI: 10.21070/ijler.v19i3.1243

Unmasking the Illusion of ESG Impact on Company Performance


Menguak Tabir Ilusi Dampak ESG terhadap Kinerja Perusahaan

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

ESG disclosures company performance Indonesia Stock Exchange Price to Book Value corporate sustainability

Abstract

General Background: Environmental, social, and governance (ESG) disclosures are increasingly recognized as critical components of corporate responsibility, yet their impact on financial performance remains contentious in the literature. Specific Background: In Indonesia, companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) are progressively adopting ESG frameworks, raising questions about the actual effects of such disclosures on their financial outcomes, specifically in terms of Price to Book Value (PBV). Knowledge Gap: While prior research emphasizes the importance of ESG factors, empirical studies demonstrating their impact on corporate performance, particularly within emerging markets like Indonesia, are limited and inconclusive. Aims: The study analyzes ESG Star Companies in Indonesia from 2017-2023, examining their impact on company performance through multiple linear regression analysis of annual and sustainability reports. Results: The findings reveal that ESG disclosures, including environmental, social, and governance factors, do not significantly affect company performance as measured by PBV. Novelty: This study contributes to the existing literature by providing empirical evidence from the Indonesian context, highlighting the paradox of strong ESG commitments with no corresponding financial performance benefits. Implications: ESG disclosures are crucial for corporate sustainability, but may not yield immediate financial gains, highlighting the need for companies to reassess their ESG strategies for increased accountability and investor value. Highlights:
  1. Minimal ESG impact on company performance via Price to Book Value.
  2. Focus on Indonesia fills knowledge gap in ESG research.
  3. Reevaluate strategies to enhance ESG value perception among stakeholders.
Keywords: ESG disclosures, company performance, Indonesia Stock Exchange, Price to Book Value, corporate sustainability

Introduction

Kinerja perusahaan sangat penting bagi perusahaan, karena kinerja perusahaan sangat mempengaruhi sustainableinnovations.[1]. Kinerja perusahaan adalah evaluasi dari sejauh mana suatu entitas, baik perusahaan mauapun organisasi berhasil dalam mencapai tujuan dalam hal aspek keuangan.[2]. Hal ini melibatkan analisis berbagai laporan keuangan dengan indikator keuangan untuk mengukur kesehatan keuangan serta efisiensi operasional suatu entitas. Terdapat salah satu indikator yang dapat digunakan dalam sebuah pengukuran kinerja perusahaan, yaitu pricetobookvalue.[3]. Pricetobookvalueadalah suatu rasio keuangan yang mengukur hubungan antara harga pasar saham suatu perusahaan dengan nilai buku (BookValue) per saham, dimana nilai ini memberikan gamabaran tentang seberapa mahal atau murah nilai pasar suatu perusahaan dibandingkan dengan nilai buku aset dan liabilitasnya.[4].

Saat ini dunia keuangan dan investasi sedang mengalami pembaharuan terutama dalam hal metode praktis. Metode praktik yang dimaksud adalah investasi dengan perspektif keberlanjutan atau saat ini lebih dikenal dengan investasi berkelanjutan (Sustainableinvesting). Sustainableinvesting merupakan investasi yang mempertimbangkan aspek environmental, social, andgovernance (ESG) sebelum memutuskan untuk mendanai suatu perusahaan atau bisnis.[5]. Melalui penerapan ketiga aspek tersebut maka dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, serta memperoleh keuntungan yang lebih baik. Penerapan aspek ESG di pasar luar negeri menyatakan bahwa pelaporan ESG mengurangi biaya modal dan dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan secara keseluruhan.[6]. Banyak cara dalam menembah nilai ESG, salah satunya merupakan proposisi nilai yang kuat. ESG memungkinkan perusahaan untuk memasuki pasar baru dan pasar yang sudah ada dapat diperluas, sehingga memastikan tingkat profitabilitas yang lebih tinggi dalam operasi bisnis.[7].

ESG secara umum mengacu pada berbagai pertimbangan environmental, social, andgovernance perusahaan yang dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menerapkan strategi bisnisnya dan menciptakan nilai jangka panjang.[8]. Seiring dengan bertambahnya kesadaran masyarakat terhadap permasalahan sosial dan lingkungan, perusahaan didorong untuk tidak hanya mengejar keuntungan, namun juga memperhatikan dampak operasionalnya terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Sebagai regulator, pemerintah bertanggung jawab mengawasi penerapan keuangan berkelanjutan pada perusahaan tercatat, dimana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan informasi kepada emiten berupa kinerja ekonomi, keuangan, sosial, dan lingkungan yang tersedia untuk umum.[9]. Laporan manajemen keberlanjutan bisa diterapkan sesuai industri emiten mulai tahun 2019, dan dijadwalkan untuk dapat diterapkan sepenuhnya pada tahun 2025.[10].

Permasalahan ESG (Environmental, Social, andGovernance), merupakan tanggung jawab investor kepada masyarakat untuk mematuhi prinsip-prinsip tata kelola perusahaan dan mempertahankan operasi bisnis yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Dengan tujuan agar dapat menginspirasi sebuah keputusan berinvestasi.[11]. Berdasarkan survei yang dilakukan GlobeScan dan Global ReportingInitiative (GRI) tentang tingkat kepercayaan masyarakat terhadap keterbukaan informasi pada laporan keberlanjutan (Sustainability) pada tahun 2020, rata-rata mengalami peningkatan lebih sebesar 51%. Hasil ini meningkat signifikan dibandingkan dengan hasil survei yang dilakukan pada tahun 2003 yang hanya mencapai 30%. Survei ini melibatkan beberapa negara yang ada di dunia untuk megukur tingkat kepercayaan masyarakat terhadap keterbukaan informasi pada laporan keberlanjutan (Sustainabilityreport). Dari 27 negara yang disurvei, Indonesia menduduki peringkat pertama dengan tingkat kepercayaan masyarakat tertinggi yakni 81%. Angka ini melampaui Tiongkok yang menduduki peringkat yang sebelumnya memiliki angka 80% menjadi 73%. Sementara Indonesia mengalami peningkatan sebesar 79% dibandingkan keberhasilan sebelumnya pada tahun 2016, dimana peningkatan yang didapat sebesar 2% dalam survei megukur tingkat kepercayaan masyarakat terhadap keterbukaan informasi pada laporan keberlanjutan (Sustainabilityreport).[12]. Semakin banyaknya investor dan pemangku kepentingan lainnya yang mengungkapkan informasi Environmental, Social, andGovernance (ESG) sebagai indikator kinerja perusahaan. Situasi ini juga didukung oleh pengamatan di pasar saham global, dimana perusahaan dengan kinerja ESG yang baik berpeluang lebih besar untuk mempertahankan kinerja tersebut. Hal ini juga ditandai dengan peluncuran indeks baru bertema IDX ESG Leaders (ESGL) oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI).[13]. Gambar tabel di bawah ini menunjukkan indikator pengungkapan ESG yang digunakan dalam penelitian ini.

Figure 1. Indikator Poin Penilaian Pengungkapan ESG

[14]

Environmental, social, andgovernance (ESG) mengacu pada serangkaian praktik investasi perusahaan yang mengintegrasikan dan melaksanakan kebijakan perusahaan dengan cara yang konsisten dengan konsep environmental, social, dangovernance.[15]. Standar environmental dalam menangani permasalahan yang berkaitan dengan konsumsi energi, perlindungan sumber daya alam, polusi, limbah, dan pengelolaan dampak perusahaan terhadap flora dan fauna. Standar social dapat menunjukkan hubungan antara perusahaan dengan pihak luar seperti pemasok, masyarakat, pembeli, kelompok masyarakat, dan badan hukum yang terkait dengan perusahaan. Standar governance berkaitan dengan dilakukannya pengelolaan sebuah perusahaan yang berkelanjutan dan baik di dalam perusahaan.[15]. Pemahaman masyarakat terhadap investasi berkelanjutan diharapkan dapat terus meningkat melalui pengungkapan ESG dan pemantauan peraturan. Dari sudut pandang korporasi, terdapat kemungkinan yang jelas bahwa dengan pengungkapan informasi ESG, investor yang peduli terhadap aspek keberlanjutan dapat memiliki minatnya dalam menyuntikkan dana ke perusahaan sebagai sasaran investasi.[8]. Pengungkapan environmental, social, andgovernance (ESG) juga dapat membantu meningkatkan citra perusahaan (corporateimage). Meningkatnya citra dan reputasi suatu perusahaan tentunya menjadi peluang untuk menarik konsumen yang pada akhirnya mempengaruhi loyalitas dari perusahaan itu sendiri.

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh [16], mengatakan bahwasannya kinerja ESG berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Dimana dalam melakukan pengujiannya diperlukan perhatian khusus terhadap komponen-komponen dari kinerja ESG, dan dalam penelitian tersebut mengatakan bahawa terdapat tambahan pengujian dengan memisahkan jenis perusahaan manufaktur dan non-manufaktur dengan hasil kinerja ESG berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Menurut hasil penelitian [17], mengungkapkan bahwa ESG disclosure memiliki pengaruh positif terhadap operasional dan kinerja perusahaan, sedangkan ESG disclosure tidak memiliki pengaruh positif terhadap pasar saham. Menurut [18], dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa pengungkapan environmental, social, andgovernance (ESG) berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Namun, dalam penelitian tersebut penilaian yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan adalah ROA. Berdasarkan penelitian [19] yang mengatakan bahwa pengungkapan environmental memiliki pengaruh pada ROA dan ROE, namun pada Tobin’s Q tidak memiliki pengaruh. Pengungkapan social memiliki pengaruh dengan Tobin's Q, namun dengan ROA dan ROE tidak memiliki pengaruh. Di sisi lain, pengungkapan tata kelola berpengaruh pada ROE dan Tobin’s Q, tapi pada ROA tidak memiliki pengaruh. Dalam penelitian [20], yang mengatakan bahwa pengungkapan governance memiliki pengaruh negatif terhadap PBV. Dengan kata lain perusahaan harus meningkatkan kesadaran pada pentingnya penerapan ESG dalam aktivitas bisnis dan pelaporan. Hal ini mungkin dapat meningkatkan kepercayaan investor dan meningkatkan citra positif perusahaan. Dan investor dapat mempertimbangkan kinerja ESG suatu perusahaan untuk menjadi kriteria pengambilan keputusan investasi dengan adanaya return yang tinggi dalam jangka panjang.

Dari beberapa riset yang sudah dilakukan, telah menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Hasil dari beberapa riset tersebut menjelaskan bahwa variabel independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen penelitian ini, namun terdapat beberapa perbedaan dalam penentuan penilaian untuk pengukuran variabel dependen dalam penelitian ini. Sehingga muncul researchgap pada penelitian ini. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian [19] dengan perubahan penggunaan variabel dependen yaitu menggunakan variabel Price To BookValue, dimana pricetobookvaluepada penelitian ini digunakan sebagai indikator pengukuran dari variabel kinerja perusahaan. Dengan adanya researchgapini menjadikan penulis ingin melakukan riset kembali dengan tujuan untuk mengetahui apakah pengungkapan environmental, social, dan governance dapat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Oleh karena itu penulis mengabil sebuah judul yaitu “Pengungkapan Environmental, Social, andGovernance (ESG) Terhadap Kinerja Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2017-2023”.

Pengembangan Hipotesis

Pengungkapan Environmental

Teori pemangku kepentingan (stakeholdertheory) menjelaskan bahwa pengungkapan informasi lingkungan kepada para stakeholders dapat memepegaruhi presepsi dan evaluasi terhadap kinerja perusahaan. Teori ini merupakan salah satu strategi yang digunakan perusahaan untuk menjaga hubungan dengan stakeholders dengan cara mengungkapkan informasi lingkungan pada laporan berkelanjutan seperti kinerja lingkungan, kinerja ekonomi dan kinerja sosial.[21]. Perusahaan yang melaporkan kinerja environmental dengan tepat cenderung memiliki kinerja perusahaan yang lebih efektif dibandingkan perusahaan yang tidak melaporkan kinerja environmental-nya atau memiliki kinerja environmental yang buruk. Selain itu juga, pengungkapan environmental memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan.[19]. Penelitian lainnya menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara kinerja lingkungan suatu perusahaan dengan kinerja perusahaan.[22].

H1: Pengungkapan Environmental Berpengaruh Terhadap Kinerja Perusahaan

Pengungkapan Social

Teori pemangku kepentingan (stakeholdertheory) menjelaskan bahwa adanya pengungkapan informasi socialdianggap penting untuk mempertahankan hubungan yang baik dengan berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders), seperti karyawan, konsumen, masyarakat, dan pemerintah. Pengungkapan informasi social yang transparan dapat meningkatkan kepercayaan stakeholders dan menciptakan nilai jangka panjang bagi perusahaan.[23]. Hal ini menjadikan bahwa dengan memiliki nilai kinerja socialyang efektif maka perusahaan dapat menambah nilai kinerja perusahaannya, begitu pula sebaliknya.[24]. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pengungkapan Socialdapat mempengaruhi kinerja perusahaan.[19]. Hal ini didukung oleh penelitian lain yang menunjukkan bahwa keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial dan lingkungan berpengaruh secara negatif melalui tingkat efisiensi keuangannya.[20].

H2: Pengungkapan Social Berpengaruh Terhadap Kinerja Perusahaan

Pengungkapan Governance

Teori pemangku kepentingan (stakeholdertheory) menjelaskan bahwa adanya pengungkapan yang transparan dan kuat mengenai tata kelola perusahaan (governance) dapat meningkatkan kepercayaan stakeholders dan menciptakan nilai jangka panjang yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.[25]. Perusahaan dengan governance yang baik yang memiliki nilai-nilai ESG terbukti memiliki governance perusahaan yang lebih efektif dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki nilai-nilai ESG yang lebih rendah.[24]. Pada penelitian sebelumnya pengungkapan governance memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan.[19]. Penelitian lain menunjukkan bahwasannya terdapat pengaruh negatif antara tata kelola perusahaan terhadap kinerja perusahaan.[26].

H3: Pengungkapan Governance Berpengaruh Terhadap Kinerja Perusahaan

Kerangka Konseptual

Figure 2.Kerangka Penelitian

Methods

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder seperti annualreport dan sustainabilityreport dari perusahaan, sebab data dari penelitian ini berupa angka yang menggunakan statistik dalam menganalisis. Metode kuantitatif didefinisikan sebagai metode penelitian berdasarkan filosofi positivisme dan digunakan untuk mempelajari sampel dan populasi dengan pengumpulan data berupa analisis data untuk menguji hopotesis yang telah dibuat.[27].

Populasi Sampel

Teknik purposive sampling merupakan sebuah teknik yang digunakan sebagai teknik pengumpulan data sampel pada penelitian ini. Purposive sampling adalah suatu teknik pemilihan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dapat digunakan dalam penelitian kuantitatif, maupun penelitian tanpa generalisasi.[27]. Adapun populasi yang digunakan adalah perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) dan masuk dalam daftar perusahaan listingstarcompany di ESG market dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2023. Berikut tabel olah sampel dalam penelitian:

Kriteria Jumlah
Jumlah perusahaan yang masuk kedaftar ESG Star Company 8
Perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan sustainability report periode 2017-2023 (2)
Jumlah Sampel Pemelitian 6
Total Sampel Data Penelitian 42
Table 1. Objek penelitian

Berikut merupakan daftar nama perusahaan yang ada dalam daftar bursa efek Indonesia (BEI) dan masuk dalam daftar perusahaan listingstarcompany di ESG market dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2023.

Kode Nama Perusahaan
AKRA PT AKR Corporindo Tbk
BBCA PT Bank Central Asia Tbk
BMRI PT Bank Mandiri (PERSERO) Tbk
BBNI PT Bank Negara Indonesia (PERSERO) Tbk
BBRI PT Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk
SMGR PT Semen Indonesia (PERSERO) Tbk
Table 2. Perusahaan yang terdaftar sebagai Listing Star Company di ESG Market

[28]

Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Pengukuran Variabel Sumber
1. Pengungkapan Environmental (X1) Pengungkapan Environmental merupakan variabel yang mengukur kinerja lingkungan non-financial suatu perusahaan. Pengungkapan Environmental mencangkup pengungkapan aktivitas lingkungan perusahaan, meliputi konsumsi energi, limbah, polusi, dan perlindungan sumber daya alam.Indikator pengungkapan:E1: Emissions IntensityE2: GHG EmissionsE3: Environmental operationsE4: Water UsageE5: Energi MixE6: Energi UsageE7: Energy IntensityE8: Climate Risk Mitigation E9: Climate Oversight/ ManagementE10: Climate Oversight/ Board Pengungkapan environmental diukur dengan jumlah nilai pengungkapan environmental yang kemudian dibagi dengan total pengungkapan maksimal, kemudian dikali seratus persen. Perhitungan dilakukan dengan memakai variabel dummy dimana dapat diberi skor 1 apabila itemnya telah diungkapkan, dan dapat diberi skor 0 apabila itemnya tidak diungkapkan. [29], [30]
2. Pengungkapan Social (X2) Pengungkapan social merupakan proses mengkomunikasikan isu-isu sosial dan lingkungan yang relevan dengan evaluasi kinerja perusahaan kepada kelompok masyarakat tertentu dan masyarakat secara keseluruhan. Indikator pengungkapan:S1: Gender payratioS2: Gender Diversity S3: CEO pay ratioS4: Employee turnoverS5: Temporary Worker ratioS6: Injury rateS7: Non-DiscriminationS8: Child & forced labor S9: Global health & safetyS10: human right Pengungkapan social diukur dengan jumlah nilai pengungkapan social yang kemudian dibagi dengan total pengungkapan maksimal, kemudian dikali seratus persen. Perhitungan dilakukan dengan memakai variabel dummy dimana dapat diberi skor 1 apabila itemnya telah diungkapkan, dan dapat diberi skor 0 apabila itemnya tidak diungkapkan. [31], [30]
3. Pengungkapan Governance (X3) Pengungkapan governance merupakan salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan atas kegiatan governance perusahaan yang bertujuan untuk membangun hubungan baik dengan para pemangku kepentingan perusahaan.Indikator pengungkapan:G1: Board Independence G2: Board diversityG3: Collective bargaining G4: Incentivized payG5: Ethics & Anti-corruption G6: Supplier code of coductG7: Data privacyG8: Disclosure practicesG9: ESG reportingG10: External assurance Pengungkapan governance diukur dengan jumlah nilai pengungkapan governance yang kemudian dibagi dengan total pengungkapan maksimal, kemudian dikali seratus persen. Perhitungan dilakukan dengan memakai variabel dummy dimana dapat diberi skor 1 apabila itemnya telah diungkapkan, dan dapat diberi skor 0 apabila itemnya tidak diungkapkan. [31], [30]
4. Price To Book Value (Y) Price to Book Value (PBV) merupakan acuan bagi investor dalam memutuskan pembelian saham dengan menilai harga pasar saham dari perusahaan terhadap nilai buku ekuitasnya. Harga SahamPBV = x100%Nilai Buku PerlembarSaham [32]
Table 3. Variabel dan definisi operasional

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menggunakan perangkat uji analisis yang dilakukan dengan aplikasi SPSS. Tahapan pengujian mencangkup data panel yang menggabungkan data cross-section dan timeseries dengan menggunakan data unbalanceddan data panel.[19]. Oleh karenanya, regresi data panel bisa mengambil sebuah data dari masing-masing perusahaan yang diamati saat periode waktu tertentu. Berikut merupakan tahapan pengujian yang dilakukan dalam penelitian, yang meliputi:

1. Uji Statistik Klasik

Statistik deskriptif merupakan suatu uji yang dapat menunjukkan gambaran dari suatu data yang terdiri atas mean, median, maksimum, minimum, standar deviasi, dan jumlah.[33]

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan sebuah uji analisis dengan tujuan untuk mengevaluasi benar atau tidaknya didalam model regresi terdapat masalah-maslah asumsi klasik.[33].

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dijadikan sebagai uji yang memeriksa benar atau tidaknya variabelresidual dalam model regresi berdistribusi normal. (Ghozali, 2013) dalam [33]. Uji normalitas secara statistik dapat dilaksanakan dengan analisis explore dan menggunakan nilai signifikasi pada kolom Kolmogorov-Smirnov. Data dapat dikatakan berdistribusi normal jika dapat memenuhi kriteria nilai signifikasi atau probabilitas lebih besar dari 0,05. Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan pengujian tes onesample kolmogrov-smirnov.

b. Uji Heteroskedatisitas

Uji heteroskedastisitas dijadikan untuk memeriksa benar atau tidaknya terdapat ketimpangan varians dari residualpengamatan satu ke pengamatan lainnya dalam model regresi yang digunakan.[33]. Dalam penelitian ini, uji heteroskedatisitas dilakukan dengan mengamati grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen ZPRED dan residual SRESID. Jika tidak terdapat pola yang jelas dan titik-titik tersebar secara acak di atas dan di bawah angka 0, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada heteroskedastisitas yang terjadi.

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dijadikan sebagai uji yang mengevaluasi benar atau tidaknya model regresi terdapat hubungan korelasi antar variabel bebas (independen).[33]. Dengan melihat nilai tolerance dan nilai VIF, uji multikolinearitas dapat dilakukan. Jika nilai tolerance >0,10 dan VIF <10,00 maka terjadi multikolinearitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan sebagai validasi benar atau tidaknya model regresi terjadi korelasi antar residual ketika periode t dengan residual ketika periode t-1 (sebelumnya).(Ghozali, 2013) dalam [33]. Pada penelitian ini, uji autokorelasi menggunakan uji DurbinWatson.

3. Analisis Regresi Linier Berganda

Suatu pengembangan dari regresi linier sederhana yang dapat dijadikan sebagai analisis hubungan antar suatu variabel terikat dengan dua atau lebih variabel bebas disebut dengan analisis regresi linier berganda. Pada penelitian ini terdapat satu model regresi yakni:

Y = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + ε

Keterangan:

Y = Pricetobookvalue

β0 = intercept, yaitu nilai Y ketika semua X’s adalah 0

β1X1 = Koefisien regresi yang mengukur hubungan antara pengungkapan environmental dengan priceto

book value

β2X2= Koefisien regresi yang mengukur hubungan antara pengungkapan social dengan pricetobook

value

β3X3= Koefisien regresi yang mengukur hubungan antara pengungkapan governance dengan priceto

book value

ε = Kesalahan acak atau residu

4. Uji T (Parsial)

Uji parsial merupakan suatu analisis yang memiliki tujuan untuk menunjukakan sejauh mana antara satu variabel independen secara individual atau parsial dapat menerangkan variasi variabel dependen.[33].

5. Koefisien Determinasi

Koefisiensi determinasi dijadikan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan model regresi mampu menggambarkan variasi dari variabel dependennya, dimana nilai koefisien determinasinya adalah antara nol (0) dan satu (1).

Result and Discussion

Result

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Penelitian ini menggunakan Pengungkapan Environmental, PengungkapanSocial, dan Pengungkapan Governance sebagai variabel independen, dan Kinerja Perusahaan dengan indikator Pricetobookvalue(PBV)sebagai variabel dependen.

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PBV 42 .22 4.44 1.5938 .82334
Environmental 42 .10 1.00 0.6881 .30300
Social 42 .20 1.00 0.7952 .14808
Governance 42 .50 1.00 0.7595 .13979
Valid N (listwise) 42
Table 4. Hasil Statistik Deskriptif

Berdasarkan tabel 4, dapat dinyatakan bahwa variabel pengungkapanenvironmental, pengungkapansocial, pengungkapangovernance, dan variabel kinerja perusahaan (pricetobookvalue) memiliki nilai rata-rata (mean) lebih besar dari pada nilai standar deviasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel tersebut mempunyai sebaran yang lebih kecil dan menyebabkan penyimpangan data yang tidak menyebar luas.

Hasil Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 42
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation .81351473
Most Extreme Differences Absolute .090
Positive .090
Negative -.071
Test Statistic .090
Asymp . Sig. (2-tailed) .200c,d
Table 5. Hasi Uji Normalitas Data

Berdasarkan hasil dari tabel 5, One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test diketahui nilai signifikansi sebesar 0,200. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwasannya nilai yang didapat lebih dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data penelitian terdistribusi normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Pada hasil uji heteroskedastisitas dapat diketahui bahwa hasil analisis grafik scatterplot menampilkan titik-titik yang tersebar secara acak diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada heteroskedastisitas, sehingga model regresi yang digunakan adalah valid. Berikut merupakan gambar yang menyajikan grafik scatterplot beserta hasil uji heteroskedastisitas.

Figure 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas

3. Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 2.285 .786 2.907 .006
Environmental .159 .506 .058 .314 .755 .741 1.350
Social -.157 1.340 -.028 -.117 .907 .443 2.259
Governance -.890 1.377 -.151 -.646 .522 .470 2.127
Table 6.

Berdasarkan tabel 6. Dapat diketahui bahwasanya nilai tolerance sebesar 0,741 untuk variabel pengungkapan environmental, variabel pengungkapan social sebesar 0,443, dan variabel pengungkapan governace sebesar 0,470. Kemudian nilai VIF sebesar 1,350 untuk variabel pengungkapan environmental, variabel pengungkapan social sebesar 2,259, dan variabel pengungkapangovernace sebesar 2,127. Hal ini dapat diketahui bahwa nilai tolerance yang didapat lebih besar dari pada nilai 0,10, dan nilai VIF lebih kecil dari 10,00. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasanya tidak terjadi masalah multikolinearitas.

4. Hasil Uji Autokorelasi

Model Summary b
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .230a .053 -.053 .84538 1.961
Table 7. Hasil Uji Durbin-Watson

Berdasarkan dari Tabel 7. Dapat diketahui bahwa nilai durbin-watsonsebesar 1,961, dimana untuk memenuhi syarat tidak terjadinya autokorelasi adalah nilai durbin-watsonharus terletak diantara nilai upper bound (du) dan nilai empat dikurangi nilai upper bound (4-du). Jika dilihat dari tabel 7, nilai durbin-watson terletak diantara nilai upper bound (du) sebesar 1,662 sampai dengan nilai 4-du sebesar 2,338. Hal ini dapat diketahui bahwasanya tidak terjadi autokorelasi.

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.285 .786
Environmental .159 .506 .058
Social -.157 1.340 -.028 Social
Governance -.890 1.377 -.151 Governance
a. Dependent Variable: PBV
Table 8. Hasil Regresi Linier Berganda

Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda tabel 8, maka diperoleh persamaan regresi liner berganda sebagai berikut:

Y = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + ε

= 2,285 + 0,159 - 0,157 - 0,890 + ε

Dapat disimpulkan bahwa:

a. Nilai intercept0) bertanda positif, yaitu 2,285 artinya apabila pengungkapan environmental, social, dan governace sama dengan nol (0) maka kinerja perusahaan (pricetobookvalue) mengalami peningkatan.

b. Nilai koefisien regresi pengungkapan environmentalsebesar 0,159 yang bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa jika pengungkapan environmentalmeningkat 1% maka kinerja perusahaan (pricetobookvalue) juga akan naik 0,159 dengan ketentuan variabel independen lainnya dianggap konstan.

c. Nilai koefisien regresi pengungkapan socialsebesar -0,157 yang bernilai negatif. Artinya jika variabel pengungkapan social mengalami kenaikan 1% maka, variabel kinerja perusahaan (pricetobookvalue) akan mengalami penurunan sebesar 0,157. Dapat diasumsikan variabel lainnya tetap konstan.

d. Nilai koefisien regresi pengungkapan governancesebesar -0,890 yang bernilai negatif. Artinya jika variabel pengungkapan governance mengalami kenaikan 1% maka, variabel kinerja perusahaan (pricetobookvalue) akan mengalami penurunan sebesar 0,890. Dapat diasumsikan variabel lainnya tetap konstan.

Hasil Uji t (Parsial)

Coefficients a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.285 .786 2.907 .006
Environmental .159 .506 .058 .314 .755
Social -.157 1.340 -.028 -.117 .907
Governance -.890 1.377 -.151 -.646 .522
Table 9. Hasil Uji T (Parsial)

Pada variabel Pengungkapan Environmental (X1) nilai signifikansi sebersar 0,755 yang berarti lebih besar dari 0,05 (0,755 > 0,05) dan memiliki t-hitung lebih kecil dari t-tabel yaitu untuk t-hitung sebesar 0,314 dan untuk t-tabel sebesar 2,024 (0,314 < 2,024). Maka dapat disimpulakan bahwa Pengungkapan Environmental tidak berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan.

Pada variabel Pengungkapan Social (X2) nilai signifikansi sebersar 0,907 yang berarti lebih besar dari 0,05 (0,907 > 0,05) dan memiliki t-hitung lebih kecil dari t-tabel yaitu untuk t-hitung sebesar -0,117 dan untuk t-tabel sebesar 2,024 (-0,117 < 2,024). Maka dapat disimpulakan bahwa Pengungkapan Social tidak berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan.

Pada variabel Pengungkapan Governance (X3) nilai signifikansi sebersar 0,522 yang berarti lebih besar dari 0,05 (0,522 > 0,05) dan memiliki t-hitung lebih kecil dari t-tabel yaitu untuk t-hitung sebesar -0,646 dan untuk t-tabel sebesar 2,024 (-0,646 < 2,024). Maka dapat disimpulakan bahwa Pengungkapan Governance tidak berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan.

Hasil Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .230a .053 -.053 .84538
a. Predictors: (Constant), Governance, Environmental, Social
Table 10. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Berdasarkan tabel 10, dapat diketahui bahwasanya koefisien determinasi sebesar 0,053 atau 5,3% artinya kinerja perusahaan (Y) dipengaruhi oleh variabel pengungkapan environmental (X1), pengungkapan social (X2), dan pengungkapan governance (X3) sedangkan sisanya sebesar 94,7% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Discussion

Pengaruh Pengungkapan Environmental Terhadap Kinerja Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengungkapan environmentaltidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hasil uji t diperoleh nilai 0,314 dengan nilai sig. t sebesar 0,755 > 0,05. Dalam pengujian ini H1 ditolak. Hal ini sesuai dengan yang dilakukan [22] yang membuktikan bahwa variabel tersebut juga tidak berpengaruh. Hasil ini dapat menunjukkan bahwa pengungkapan mengenai aspek environmental masih belum menunjukkan dampak langsung terhadap kinerja perusahaan. Hal ini disebabkan oleh investor yang kemungkinan lebih memprioritaskan hasil secara keuangan langsung dan hasil jangka pendek, sementara manfaat dari pengungkapan lingkungan mungkin baru terlihat dalam jangka panjang. Selain itu, kualitas pengungkapan dan kesadaran pasar terhadap informasi lingkungan mungkin belum memadai, mengindikasikan bahwa informasi tersebut belum menjadi faktor utama dalam pengambilan keputusan investasi. Dengan demikian, meskipun pengungkapan environmental penting untuk tanggung jawab keberlanjutan perusahaan, efek langsungnya terhadap kinerja dan harga saham perusahaan belum cukup signifikan. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [19] yang menyatakan bahwa pengungkapan environmentalmemiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Pengaruh Pengungkapan Social Terhadap Kinerja Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengungkapan socialtidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hasil uji t diperoleh nilai -0,117 dengan nilai sig. t sebesar 0,907 > 0,05. Dalam pengujian ini H2 ditolak. Hal ini sesuai dengan yang dilakukan [34] yang membuktikan bahwa variabel tersebut juga tidak berpengaruh. Hasil ini menunjukkan bahwa pengungkapan mengenai aspek sosial tidak memberikan dampak yang substansial terhadap kinerja perusahaan. Stakeholdertheory berargumen bahwa perusahaan yang berfokus pada kepentingan berbagai pemangku kepentingan harus memberikan perhatian lebih terhadap pengungkapan social. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan social tidak memiliki dampak signifikan terhadap kinerja perusahaan. Salah satu kemungkinan adalah bahwa meskipun pengungkapan social dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata pemangku kepentingan, dampak langsungnya terhadap kinerja finansial atau operasional perusahaan mungkin tidak cukup besar untuk terdeteksi dalam jangka panjang. Hal ini berimplikasi bahwa kinerja perusahaan yang kuat, yang biasanya diterjemahkan menjadi harga saham yang lebih tinggi, tidak terpengaruh secara substansial oleh pengungkapan social. Dengan demikian, investor mungkin tidak menganggap pengungkapan social sebagai faktor utama dalam keputusan investasi mereka, sehingga tidak ada perubahan signifikan pada harga saham perusahaan sebagai hasil dari pengungkapan tersebut. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [19] dan [20] yang menyatakan bahwa pengungkapan socialmemiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Pengaruh Pengungkapan Governance Terhadap Kinerja Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengungkapan governancetidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hasil uji t diperoleh nilai -0,646 dengan nilai sig. t sebesar 0,522 > 0,05. Dalam pengujian ini H3 ditolak. Hal ini sesuai dengan yang dilakukan [34] yang membuktikan bahwa variabel tersebut juga tidak berpengaruh. Menurut stakeholdertheory, transparansi dalam praktik tata kelola seperti pengelolaan risiko, struktur kepemimpinan, dan mekanisme pengawasan penting untuk meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan. Akan tetapi, dalam hasil penelitian ini, pengungkapan governance tidak menunjukkan dampak signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa meskipun pengungkapan governancememberikan informasi penting, efek langsungnya terhadap kinerja perusahaan tidak selalu dapat diukur dalam jangka pendek maupun jangka panjang atau dalam konteks tertentu. Keterkaitan ini juga mempengaruhi harga saham perusahaan, karena kinerja saham sering kali dipengaruhi oleh kinerja finansial dan operasional yang terukur secara langsung. Jika pengungkapan governance tidak berkontribusi signifikan pada kinerja finansial perusahaan, maka tidak akan ada perubahan substansial pada harga saham. Meskipun transparansi dalam governance dapat meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan, dampaknya mungkin terlalu halus atau tidak cukup langsung untuk mempengaruhi harga saham secara nyata. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [19] dan [26] yang menyatakan bahwa pengungkapan governancememiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Conclusion

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disimpulkan bahwa Pengungkapan Environmental tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan PricetoBookValue (PBV). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun perusahaan melakukan pengungkapan environmental, tidak ada peningkatan signifikan pada kinerja perusahaan. Pengungkapan Social juga tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun perusahaan melakukan pengungkapan social, tidak ada peningkatan signifikan pada kinerja perusahaan. Pengungkapan Governance juga tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun perusahaan melakukan pengungkapan governance, tidak ada peningkatan signifikan pada kinerja perusahaan. Dengan demikian, meskipun pengungkapan environmental, social, dangovernance penting untuk tanggung jawab keberlanjutan perusahaan, pengungkapan tersebut tidak memberikan dampak signifikan terhadap kinerja perusahaan.

References

  1. “Kinerja Keuangan Perusahaan: Bagaimana di Tahun 2023?,” Universutas Widya Mataram, 2023. [Online]. Available: https://new.widyamataram.ac.id/content/news/kinerja-keuangan-perusahaan-bagaimana-di-tahun-2023
  2. U. S. Anggraeni, R. Iskandar, and Rusliansyah, “Analisis Kinerja Keuangan pada PT. Murindo Multi Sarana di Samarinda,” J. Ilmu Akunt., vol. 17, no. 1, pp. 163–171, 2020.
  3. H. Ramadhani, “Analisis Price Book Value dan Return On Equity Serta Dividen Payout Ratio Terhadap Price Earning Ratio (Studi Pada PT. Bank Mandiri, Tbk),” Forum Ekon., vol. 18, no. 1, pp. 34–42, 2016.
  4. R. O. NISP, “Price to Book Value Adalah: Pengertian, Jenis & Cara Hitung,” OCBC. [Online]. Available: https://www.ocbc.id/id/article/2021/10/11/book-value-adalah
  5. Strobierski, “What Is Sustainable Investing?,” Harvard Business School Online. [Online]. Available: https://online.hbs.edu/blog/post/sustainable-investing
  6. A. S. Yaseser Eliwa, Ahmed Aboud, “ESG practices and the cost of debt: Evidence from EU countries,” Crit. Perspect. Account., vol. 79, 2021, doi: https://doi.org/10.1016/j.cpa.2019.102097.
  7. W. Henisz, T. Koller, and R. Nuttall, “Five ways that ESG creates value,” McKinsey Q., no. November, pp. 1–12, 2019.
  8. A. Ghazali and Zulmaita, “Pengaruh pengungkapan environmental, social, and governance (ESG) terhadap tingkat profitabilitas perusahaan (studi empiris pada perusahaan sektor infrastruktur yang terdaftar di bursa efek Indoneisa,” Pros. SNAM PNJ, pp. 1–13, 2020.
  9. OJK, “Roadmap Keuangan Berkelanjutan Tahap II (2021 – 2025),” Otoritas Jasa Keuang., vol. 2, p. 21, 2021, [Online]. Available: https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/publikasi/Documents/Pages/Roadmap-Keuangan-Berkelanjutan-Tahap-II-(2021-2025)/Roadmap Keuangan Berkelanjutan Tahap II (2021 - 2025).pdf
  10. W. R. Septiana and D. Puspawati, “Analisis good corporate governance terhadap pengungkapan ESG di Indonesia tahun 2016-2020,” Fair Value J. Ilm. Akunt. dan Keuang., vol. 4, no. 10, pp. 4274–4283, 2022, doi: 10.32670/fairvalue.v4i10.1642.
  11. C. De Lucia, P. Pazienza, and M. Bartlett, “Does Good ESG Lead to Better Financial Performances by Firms ? Machine Learning and Logistic Regression Models of Public Enterprises in Europe,” vol. 12(13), no. 5317, 2020, doi: https://doi.org/10.3390/su12135317.
  12. F. Wuryasti, “Indonesia Peringkat Tertinggi Keterbukaan Laporan Keberlanjutan,” Media Indonesia. Accessed: Dec. 17, 2023. [Online]. Available: https://mediaindonesia.com/ekonomi/355875/indonesia-peringkat-tertinggi-keterbukaan-laporan-keberlanjutan
  13. “BEI Resmi Luncurkan Indeks IDX ESG Leaders,” CNBC Indonesia. [Online]. Available: https://www.cnbcindonesia.com/market/20201223112301-19-211134/bei-resmi-luncurkan-indeks-idx-esg-leaders
  14. N. Griggs, “ESG Reporting Guide 2.0 A Support Resource for Companies,” Nasdaq Stock Exch., no. May, pp. 1–34, 2019, [Online]. Available: https://www.nasdaq.com/docs/2019/11/26/2019-ESG-Reporting-Guide.pdf
  15. I. Luqyana and K. Nuravirianti, “ESG: Definisi, Contoh, dan Hubungannya dengan Perusahaan,” ESG Inteligence. [Online]. Available: https://www.esgi.ai/apa-itu-esg/
  16. Dian Pramitya Khairunnisa and E. W. -, “Pengaruh Kinerja Esg Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan,” J. Ris. Akunt. Aksioma, vol. 22, no. 2, pp. 16–27, 2023, doi: 10.29303/aksioma.v22i2.218.
  17. M. N. Safriani and D. C. Utomo, “Pengaruh Environmental, Social, Governance (ESG) Disclosure terhadap Kinerja Perusahaan,” Diponegoro J. Account., vol. 9, no. 3, pp. 1–11, 2020, [Online]. Available: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting
  18. N. A. Nugroho and Hersugondo Hersugondo, “Analisis Pengaruh Environment, Social, Governance (ESG) Disclosure Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan,” E-Bisnis J. Ilm. Ekon. dan Bisnis, vol. 15, no. 2, pp. 233–243, 2022, doi: 10.51903/e-bisnis.v15i2.810.
  19. M. A. Durlista and I. Wahyudi, “Pengaruh Pengungkapan Environmental, Social Dan Governance (Esg) Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batu Bara Periode 2017-2022,” J. Ilm. Manajemen, Ekon. Akunt., vol. 7, no. 3, pp. 210–232, 2023, doi: 10.31955/mea.v7i3.3327.
  20. Y. Maulana*, N. Nugraha, D. Disman, and M. Sari, “The Effect of Financial Fundamentals on Stock Returns with Sustainability as a Intervening Variable,” J. Ilmu Keuang. dan Perbank., vol. 12, no. 2, pp. 317–328, 2023, doi: 10.34010/jika.v12i2.10045.
  21. G. Ningwati, R. Septiyanti, and N. Desriani, “Pengaruh Environment, Social and Governance Disclosure terhadap Kinerja Perusahaan,” Goodwood Akunt. dan Audit. Reviu, vol. 1, no. 1, pp. 67–78, 2022, doi: 10.35912/gaar.v1i1.1500.
  22. J. Jeanice and S. Kim, “Pengaruh Penerapan ESG Terhadap Nilai Perusahaan di Indonesia,” Owner, vol. 7, pp. 1646–1653, Apr. 2023, doi: 10.33395/owner.v7i2.1338.
  23. D. L. R. R. Edward Freeman, “Stockholders and Stakeholders: A New Perspective on Corporate Governance,” Calif. Manage. Rev., vol. 3, no. 2, p. 1, 1983, [Online]. Available: http://ejournalfia.ub.ac.id/index.php/profit/article/view/630%0Ahttps://teorionline.wordpress.com/2010/03/15/variabel-intervening-intervening-variable/
  24. A. Melinda and R. Wardhani, “The Effect of Environmental, Social, Governance, and Controversies on Firms’ Value: Evidence from Asia,” in Advanced Issues in the Economics of Emerging Markets, vol. 27, W. A. Barnett and B. S. Sergi, Eds., in International Symposia in Economic Theory and Econometrics, vol. 27. , Emerald Publishing Limited, 2020, pp. 147–173. doi: 10.1108/S1571-038620200000027011.
  25. B. A. Darmawan and I. P. Sudana, “Tekanan Stakeholder dan Ukuran Perusahaan pada Sustainability Report,” E-Jurnal Akunt., vol. 32, no. 12, p. 3582, 2022, doi: 10.24843/eja.2022.v32.i12.p08.
  26. P. A. Yunita, L. Siregar, J. Jubi, and A. Astuti, “Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Sub Sektor Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,” SULTANIST J. Manaj. dan Keuang., vol. 5, no. 2, pp. 83–92, 2018, doi: 10.37403/sultanist.v5i2.98.
  27. P. D. Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,” Bandung: CV ALFABETA, 2017.
  28. “ESG Star Listed Companies,” ESG Iindonesia Capital Market. [Online]. Available: https://esg.idx.co.id/
  29. S. Syafrullah and H. Muharam, “Analisis Pengaruh Kinerja Environmental, Social, dan Governance (ESG) Terhadap Abnormal Return (Studi pada Perusahaan Indonesia dan Malaysia yang mengungkapkan ESG score dan terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dan Bursa Malaysia Tahun 2010-2015),” Diponegoro J. Ofmanagement, vol. 6, no. 2, pp. 1–14, 2017.
  30. A. Z. Nisa, K. H. Titisari, and E. Masitoh, “Pengaruh Pengungkapan Environmental, Social, dan Governance terhadap Kinerja Perusahan,” Al-Kharaj J. Ekon. Keuang. Bisnis Syariah, vol. 5, no. 5, pp. 2400–2411, 2023, doi: 10.47467/alkharaj.v5i5.3410.
  31. F. U. Mudzakir and I. R. D. Pangestuti, “Pengaruh Environmental, Social and Governance Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan dengan ROA dan DER sebagai Variabel Kontrol,” Diponegoro J. Manag., vol. 12, no. 2, pp. 1–13, 2023, [Online]. Available: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dbr
  32. E. P. Ningrum, Nilai Perusahaan (Konsep dan Aplikasi). Indramayu: Penerbit Adab, 2021.
  33. L. Syafina, Metode Penelitian Akuntansi “Pendekatan Kuantitatif.” FEBI UIN-SU Press, 2019.
  34. Saryadi et al., “The Effectuation of Environmental, Social, and Governance on the Companies’ Value in Indonesia,” Int. J. Innov. Res. Multidiscip. Educ., vol. 02, no. 10, pp. 486–490, 2023, doi: 10.58806/ijirme.2023.v2i10n04.