This study examines the impact of work experience, ability, and burnout on productivity at PT Harapan Sejahtera Karya Utama. Using quantitative research with an associative approach, data was collected from 115 production employees via observation and Likert-scale questionnaires. Multiple linear regression analysis revealed that work experience and ability significantly enhance productivity, while burnout does not have a significant effect. The collective influence of these factors is also significant. These findings suggest that companies should focus on improving work experience and ability, and manage burnout to boost employee productivity.
Highlight:
Keywoard: work experience, work ability, burnout, productivity, quantitative research
Perusahaan harus dapat bertahan dengan persaingan yang ada. Setiap perusahaan mempunyai karyawan yang bisa dikatakan asset penting karena karyawan adalah faktor pendukung bagi perusahaan untuk berkembang menjadi lebih unggul [1]. Besarnya peranan karyawan perusahaan dapat diukur dengan produktivitas [2]. Produktivitas kerja karyawan adalah perbandingan antara output dan input, dimana output-nya harus memiliki nilai tambah dan teknik pengerjaannya yang lebih baik [3]. Produktivitas kerja yang besar lebih terjamin bila suatu organisasi memiliki metode yang tepat untuk melindungi produktivitas kerja karyawan. Secara umum produktivitas kerja karyawan mempunyai arti perbandingan antara hasil yang telah dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dipakai [4].
Produktivitas kerja dari karyawan yang sudah ada dapat diwujudkan melalui penyesuaian seperti peningkatan pengalaman kerja yang baik [5]. Pengalaman kerja mengarahkan pada berapa lama seorang karyawan bekerja, berapa banyak jenis pekerjaan atau jabatan yang pernah dilakukan dan berapa periode masa kerjanya [6]. Pengalaman kerja merupakan pengalaman yang lebih berhubungan didalam kehidupan seseorang dibandingkan pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan [7]. Banyaknya pengalaman kerja yang dimiliki seorang karyawan maka akan membuat karyawan tersebut menguasai pekerjaannya, sehingga dapat meneyelesaikan pekerjaannya dengan tepat [8]. Pengalaman kerja dipandang dapat Peningkatkan kreatifitas tenaga kerja melalui tanggung jawab dan keterampilan untuk menyelesaikan masalah, serta antusiasme dalam meningkatkan value berdaya saing yang kemudian dinamakan pengalaman kerja [9].
Pengaruh lain atas produktivitas keryawan yakni kemampuan kerja. Oleh karena itu, karyawan harus memiliki kemampuan dalam bidang pekerjaan untuk melaksanakan tugas yang diberikan atasan kepadanya agar dapat meningkatkan produktivitas kerja mereka sendiri [10]. Kemampuan kerja ialah sesuatu kondisi yang ada dalam diri karyawan yang bertanggung jawab dalam bekerja sesuai dengan bidang pekerjaannya [11]. Kemampuan merupakan kapasitas seorang karyawan dalam melakasanakan tugas yang diberikan perusahaan, kemampuan tersebut dapat dipandang dari kemampuan kecerdasan untuk bekerja, kemampuan perasaan emosi, dan kemampuan spiritual [12]. Semakin tinggi keahlian kerja yang dimiliki seorang karyawan maka semakin baik dan meningkat pula produktivitas kerjanya. Jika seorang karyawan tidak mempunyai kemampuan kerja akan berakibat pada produktivitas kerjanya [4].
Aspek lain yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan yaitu kelalahan kerja/burnout, kelelahan yang diakibatkan tuntutan pekerjaan dalam melampaui target yang ditentukan perusahaan. Hal yang harus diperhatikan juga yakni burnout yang dapat mengakibatkan ketidakmampuan dalam mencapai standar kerja yang telah ditetapkan, kualitas kerja menjadi tidak baik, menciptakan beberapa kesalahan, kurang ketelitian, dan kreativitas terbatas dalam memecahkan masalah [13]. Biasanya burnout dialami dalam bentuk kelelahan fisik, mental, dan emosional yang intens [14]. Burnout merupakan sesuatu sindrom kelelahan emosi, kelelahan fisik, sikap kurang menghargai atau kurang memiliki pandangan positif tehadap orang lain dan penurunan pencapaian presatasi diri yang ditandai dengan menyusutnya keahlian dalam menyelesaikan pekerjaan rutin sebagai akibat dari terdapatnya stress berkelanjutan [15].
PT. Harapan Sejahtera Karya Utama Sidoarjo ialah industri yang berproduksi menghasilkan kantong plastik berstandar SNI. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di PT . Harapan Sejahtera Karya Utama , ditemukan indikasi keberhasilan yang mengukur pengalaman kerja, kemampuan kerja, dan kelelahan kerja sebagai pengaruh produktivitas kerja karyawan, hal ini dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya pengalaman kerja, kemampuan kerja, dan semakin sedikitnya kelelahan kerja maka produktivitas kerja karyawan PT . Harapan Sejahtera Karya Utama bisa mempunyai mutu kerja yang terorgaisasi. Fenomena yang ditemukan penulis mengenai tiap variabel yang berkaitan di PT.Harapan Sejahtera Karya Utama Sidoarjo khususnya bagian produksi ialah seringnya terjadi kesalahan dalam melaksanakan proses produksi, semacam pada proses packing produk yang menimbulkan barang menjadi cacat, kerusakan pada mesin mengakibatkan penghambat proses produksi, serta tidak tercapainya sasaran yang ditetapkan industri.
Pada tahun 2021-2022 jumlah produksi mengalami penurunan pada tahun 2021 jumlah produksi sebesar 11.693.910 pcs kantong plastik dan pada tahun 2022 jumlah produksi menurun sebesar 10.548.809 pcs kantong plastik. Pada tingkat jumlah kecacatan tahun 2021-2022 mengalami kenaikan pada tahun 2021 jumlah cacat sebesar 395.640 pcs kantong plastik dan pada tahun 2022 jumlah cacat bertambah sebesar 427.816 pcs kantong plastik. Hal ini menunjukkan bahwa proses produksi kantong plastik pada PT . Harapan Sejahtera Karya Utama kurang stabil dan cenderung fluktuasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa selama tahun 2021-2022 proses produksi kantong plastik pada PT . Harapan sejahtera Karya Utam secara global tidak terkendali. Melalui observasi yang dilakukan, ditemukan banyaknya karyawan yang kurang mempunyai skill dalam mengerjakan tantangan pekerjaan, kurang dalam hal penguasan terhadap pekerjaan, dan mengalami kelelahan dalam bekerja. Hal tersebut disebabkan karyawan belum memiliki pengalaman kerja, kemampuan kerja yang cukup mumpuni, walaupun perusahaan sudah mengadakan perbaikan seperti fasilitas, kondisi kerja, keamanan dan keselamatan dalam lingkungan perusahaan, tetapi tingkat produktivitas karyawan belum dapat dikatakan lebih terarah. Mengenai fenomena yang terjadi dalam pekerjaan dapat menimbulkan produktivitas kerja karyawan menjadi kurang stabil.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh gap research pada penelitian terdahulu yang dapat penulis gunakan sebagai peluang bagi penelitian yang dilakukan peneliti saat ini. Dalam penelitian [1] menyimpulkan bahwa variabel pengalaman kerja berpangaruh positif signifikan terhadap produktivitas kerja pada karyawan namun terdapat celah dalam penelitian tersebut yaitu peneliti menggunakan responden sebanayak 30 karyawan, sedangkan pada penelitian yang dilakukan saat ini dikembangkan dengan menggunakan responden sebanyak 115 karyawan dimaksudkan agar memenuhi jumlah dan karakteristik dari populasi tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh [4], sejalan dengan penelitian yang dilakukan saat ini dan menunjukkan pengaruh positif antar variabelnya akan tetapi terdapat celah pada penelitian tersebut yaitu fokus penelitian yang dilakukan oleh penelitian tersebut terfokus pada seluruh karyawan sedangkan penelitian yang akan dilakukan saat ini memfokuskan penelitian pada kerja karyawan yang bekerja dibagian produksi.
Penelitian ini kemudian dilakukan untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai inkonsistensi hasil penelitian. Bentuk respon dari permasalahan yang sudah terjadi, maka permasalahan ini layak untuk dilakukan penelitian yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari pengalaman kerja, kemampuan kerja, dan burnout terhadap produktivitas kerja karyawan untuk dapat diantisipasi dan mempersiapkan perubahan untuk menuju perbaikan industri menjadi lebih dan efektif efisien. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengalaman kerja, kemampuan kerja, dan burnout berpangaruh terhadap produktivitas kerja karyawan.
Berlandaskan uraikan latar belakang, rumusan masalah pada penelitian adalah bagaimana pengaruh pengalaman keja terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT. Harapan Sejahtera Karya Utama, bagaimana pengaruh kemampuan kerja terhadap produktivitas kerja pada PT. Harapan Sejahtera Karya Utama, bagaimana pengaruh burnout terhadap produktivitas kerja karyawan PT. Harapan Sejahtera Karya utama, dan bagaiamana pengaruh pengalaman kerja, kemampuan kerja, dan burnout terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT. Harapan Sejahtera Karya Utama.
Kategori SDGs
Permasalahan pada penelitian ini berkaitan dengan kategori SDGS 8 https://sdgs.un.org/goals/goal8 yang bertujuan untuk untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang yang merata dan berkelanjutan, tenaga kerja yang optimal, serta pekerjaan yang layak untuk semua.
LITERATUR REVIEW
Pengalaman Kerja
Menurut [1] pengalaman kerja adalah ukuran waktu atau masa kerja yang telah ditempuh oleh karyawan dalam memahami tugas suatu pekerjaan yang telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai. Pengalaman kerja menurut [16], terdapat indikator-indikator dalam pengalaman kerja meliputi :
1.Masa kerja : masa kerja yang telah ditempuh seseorang sehingga dapat memahami tugas dalam pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik.
2.Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki : Pengetahuan tersebut mengarah pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan, atau informasi lain yang dibutuhkan oleh karyawan. Sedangkan keterampilan mengarah pada kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu pekerjaan.
3.Pengusaan terhadap pekerjaan dan peralatan : Penguasaan seseorang dalam melaksanakan aspek-aspek teknik peralatan dan teknik pekerjaan.
Pengalaman kerja sangat penting untuk melihat pengetahuan dan keterampilan individu, karena semakin lama pengalaman kerja semakin besar tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh karyawan, sehingga produktivitas kerja akan semakin meningkat. Hal tersebut dibuktikan oleh beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh [1], [5], dan [16] yang menyatakan bahwa pengalaman kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja. Namun, dalam penelitan terdahulu yang dilakukan oleh [17] menyimpulkan bahwa tidak adanya pengaruh yang signifikan dari pengalaman kerja terhadap produktivitas kerja.
Kemampuan Kerja
Menurut [4] kemampuan kerja merupakan suatu unsur dalam kematangan berkaitan dengan pengetahuan atau keterampilan yang dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan dan suatu pengalaman. Kemampuan kerja menurut [18], indikitar-indikator dari kemampuan kerja meliputi :
1.Pengetahuan (knowledge) : pemahaman akan fakta atau informasi yang diperoleh melalui pengalaman atau pembelajaran.
2.Keterampilan (skill) : kemampuan untuk menerjemahkan pengetahuan kedalam praktik sehingga tercapai hasil kerja yang dinginkan.
3.Pelatihan (training) : suatu proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir, sehingga karyawan belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu.
Kemampuan kerja sangat mempengaruhi produktivitas kerja, karyawan harus mempunyai kemampuan dalam bidangnya untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh perusahaan agar dapat meningkatkan produktivitas kerja. Hal tersebut dibuktikan melalui penelitian terdahulu yang dilakukan oleh [4] menyatakan bahwa secara parsial variabel kemampuan kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan, semakin baik kemampuan kerja yang dimiliki karyawan akan semakin baik pula produktivitas kerjanya. Sedangkan dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh [19] menyimpulkan terdapat pengaruh negatif namun signifikan terhadap produktivitas karyawan.
Burnout
Menurut [20] burnout merupakan kelelahan fisik, mental, dan emosional yang terjadi karena stres yang diderita dalam jangka waktu yang lama dan melibatkan emosional yang tinggi. Burnout menurut [13] terdapat indikitar-indikator burnout meliputi :
1.Sinis (cynicism) : saat individu mengalami perasaan sinis, bersikap diam dan bodo amat dengan yang lain dan tidak ingin berpartisipasi di tempat kerjanya.
2.Kelelahan (exhaustion) : ketika individu mulai merasakan rasa lelah, mereka akan condong untuk melakukan perilaku yang berlebihan dari emosional atau fisik.
3.Tidak efektif (ineffectivieness) : ketika individu merasa bahwa dirinya tidak efektif, mereka merasa bahwa dirinya tidak memadai dan beranggapan bahwa setiap tugas tidak mungkin diselesaikan.
Burnout sangat mempengaruhi produktivitas kerja, jika seorang karyawan puas dengan dengan pekerjaan yang dilakukan maka produktivitas akan meningkat. Burnout/kelelahan kerja yang dialami seorang karyawan akan mempengaruhi produktivitas kerja. hal tersebut dibuktikan melalui penelitian terdahulu yang dilakukan oleh [14], [13] menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel burnout tehadap produktivitas kerja. Sedangkan dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh [21] menyimpulkan bahwa variabel burnout berpengaruh negatif signifikan terhadap produktivitas kerja.
Produktivitas kerja
Menurut [7] produktivitas kerja merupakan kualitas yang menggunakan pekerjaan mengarah pada tujuan, satu panduan dalam peggunaan sumber daya pada sebuah organisasi yang dijelaskan sebagai perbandingan antara luaran yang diperoleh dengan sumber daya yang digunakan. Produktivitas kerja menurut [16] terdapat indikator-indikator produktivitas kerja meliputi :
1.Kemampuan : mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh perusahaan.
2.Meningkatkan hasil yang dicapai : berusaha untuk meningkatkan hasil yang dicapai.
3.Mutu : berusaha untuk meningkatkan mutu lebih baik dari masa lalu, mutu merupakan hasil pekerjaan yang dapat menunjukkan kualitas kerja seorang karyawan.
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan asosiatif dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat baik parsial maupun simultan [5]. Jenis pendekatan asosiatif menurut Sugiyono dalam [2] adalah jenis penelitian yang bersifat mencari keterkaitan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih. Kegiatan dalam penelitian ini adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data setiap variabel yang diteliti dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Lokasi Penelitian
Lokasi yang digunakan peneliti yaitu PT. Harapan Sejahtera Karya Utama yang beralamat di Jl. Kutilang No.25, Dusun Minggir, Larangan, Kec. Candi, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur 61271.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan bagian produksi yang bekerja di PT Harapan Sejahtera Karya Utama Sidoarjo yang mempunyai jumlah 212 karyawan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Maka karakteristik sampel yang dipakai pada penelitian ini sebagai responden ialah karyawan yang memiliki durasi masa kerja diatas 2 tahun diperusahaan tersebut dan difokuskan pada karyawan bagian produksi yang berjumlah 115 karyawan.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan melakukan penyebaran angket (kuesioner) yang ditujukan pada PT. Harapan Sejahtera Karya Utama. Cara penyebaran angket yaitu menyebarkan kuesioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan indikator pada variabel penelitian yaitu produktivitas kerja karyawan, pengalaman kerja, kemampuan kerja, dan burnout kepada para responden yaitu karyawan PT. Harapan Sejahtera Karya Utama.
Kuesioner yang dipakai ialah dimana responden memberikan jawaban menggunakan angka yang memiliki arti disetiap angka tersebut dengan skor penilaian 1-5 terdiri dari: skor 1 dengan arti sangat tidak setuju (sangat tidak baik); skor 2 dengan arti tidak setuju (tidak baik); skor 3 dengan arti kurang setuju (cukup baik); skor 4 dengan arti setuju (baik); dan skor 5 dengan arti sangat setuju (sangat baik), dalam penelitian ini jawaban yang diberikan responden mengacu pada skala likert.
Teknik Analisis Data
Pengujian data dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas dan uji asumsi klasik. Analisis data menggunakan analisis linear berganda dengan uji hipotesis koefisien determinasi, uji simultan, dan uji parsial. Pengolahan data dilakukan dengann mengunakan sotfware Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 22.
Definisi Operasional
Terdapat empat variabel dalam penelitian ini yang mana meliputi pengalaman kerja (X1), kemampuan kerja (X2), burnout (X3) sebagai varabel bebas, produktivitas kerja (Y) sebagai variabel terikat.
1)Pengalaman kerja (X1)
Definisi operasional variabel pengalaman kerja merujuk pada teori yang dikemukakan oleh [22], [23], [24] yaitu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh karyawan sebagai hasil dari bekerja untuk periode waktu tertentu. Secara operasional pengalaman kerja dapat diukur melalui indikator menurut [16] antara lain :
a.Masa kerja : periode waktu yang telah ditempuh karyawan.
b.Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki : kemampuan karyawan menyelesaikan pekerjaan.
c.Pengusaan terhadap pekerjaan dan peralatan : tingkat penguasaan karyawan terhadap peralatan yang mendukung pekerjaan.
2)Kemampuan kerja (X2)
Definisi operasional variabel kemampuan kerja pada penelitian ini merujuk pada teori [25], [26] kemampuan kerja adalah kecakapan karyawan sehingga dapat menguasai pekerjaan. Secara operasional kemampuan kerja dapat diukur melalui indikator menurut [18], yang mana meliputi :
a.Pengetahuan (knowledge) : dukungan pengetahuan karyawan melakukan pekerjaan sesuai dengan standar perusahaan.
b.Keterampilan (skill) : kemampuan karyawan dalam melaksankan pekerjaan sehingga tercapai hasil kerja yang dinginkan.
c.Pelatihan (training) : dukungan pelatihan karyawan untuk meningkatkan kualitas pekerjaan.
3)Burnout (X3)
Definisi operasional variabel burnout merujuk pada penelitian [27], [28], [29] burnout merupakan gejala yang dialami karyawan akibat kelelahan kerja yang berkepanjangan. Secara operasional burnout dapat diukur menggunakan indikator menurut [13], yang mana meliputi :
a.Sinis (cynicism) : sikap diam dengan karyawan lain dan tidak ingin terlibat ditempat kerjanya
b.Kelelahan (exhaustion) : perilaku overextented dari segi emosional atau secara fisik.
c.Tidak efektif (ineffectivieness) : perasaan karyawan yang beranggapan setiap tugas tidak dapat diselesaikan.
4)Produktivitas Kerja (Y)
Definisi operasional variabel produktivtas kerja merujuk pada penelitian [30], [31], [32] produktivitas kerja adalah ukuran efisiensi produksi dalam hubungan dengan output dan input. Secara operasional produktivitas kerja dapat diukur menggunakan indikator menurut [16], yang mana meliputi :
a.Kemampuan : kemampuan menyelesaikan tugas dengan tepat sesuai dengan standart yang ditetapkan.
b.Meningkatkan hasil yang dicapai : upaya untuk meningkatkan hasil pekerjaan.
c.Mutu : upaya menambah mutu untuk memberikan hasil yang terbaik.
Kerangka Konseptual
Adapun kerangka pemikiran dalam penelitiann ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Berdasarkan model hipotesis penelitian yang telah dibuat di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan
H2 : Kemampuan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan
H3 : Burnout berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan
H4 : Pengalaman kerja, Kemampuan kerja, dan Burnout secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan.
Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya nyata atau benar [2]. Kriteria yang digunakan untuk menilai validitas dari masing-masing pernyataan adalah RHitung > RTabel pada taraf signifikan 0.05 (5%). Hasil uji validitas untuk masing-masing variabel dijelaskan dalam tabel berikut :
variabel | Indikator Kuesioner | Corrected Item-Total Correlation | RTabel | Keterangan |
Pengalaman Kerja (X1) Kemampuan Kerja (X2) | X1.1X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X2.1 X2.2X2.3X2.4 X2.5 X2.6 | 0.842 0,872 0,803 0,720 0,736 0,825 0,786 0,837 0,809 0,811 0,857 0,726 | 0,183 0,183 0,183 0,183 0,183 0,183 0,183 0,183 0,183 0,183 0,1830,183 | Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid |
Burnout (X3) Produktivitas Kerja (Y) | X3.1 X3.2X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 | 0,875 0,869 0,919 0,883 0,886 0,842 0,732 0,670 0,795 0,818 0,813 0,724 | 0,183 0,183 0,183 0,183 0,1830,183 0,183 0,183 0,183 0,183 0,183 0,183 | Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid |
Sumber: Output SPSS versi 22
Berdasarkan uji validitas terhadap indikator variabel Pengalaman Kerja, Kemampuan Kerja, Burnout, dan Produktivitas Kerja menunjukkan bahwa nilai total correlation RHitung untuk item pernyataan kuesioner lebih besar dari RTabel pada penelitian ini dengan taraf signifikan 0,05 yaitu 0,183, sehingga dapat dinyatakan valid.
Uji Realiabilitas
Uji reliabilitas pada instrumen penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah item-item pernyataan dapat dipercaya keakuratannya atau tidak. Instrumen dapat dikatakan reliabel apabiila alat ukur tersebut menghasilkan angka-angka yang konsisten [16]. Pengujian realiabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan melihat nilai Cronbach Alpha (a). Nilai batas yang diterima untuk tingkat Cronbach Alpha (a) adalah ≥ 0,60. Berikut ini hasil uji reliabilitas pada masing-masing variabel.
Variabel | Nilai Cronbach’s Alpha | Nilai Kritis | Keterangan |
Pengalaman Kerja (X1)Kemampuan Kerja (X2) Burnout (X3) Produktivitas Kerja (Y) | 0,878 0,887 0,940 0,845 | 0,60 0,60 0,60 0,60 | Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel |
Sumber: Output SPSS versi 22
Hasil uji reliabilitas dari masing-masing variabel menunjukkan nilai cronbach’s alpha yang lebih besar dari 0,060. Sehingga seluruh item pernyataan dalam kuesioner sebagai alat ukur dalam penelitian ini dinyatakan reliabel.
Pengujian Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Sumber: Ouput SPSS versi 22
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakan nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Dapat dilihat dari gambar 2 diatas bahwa tampilan output chart grafik plot dimana garfik memberikan pola distribusi data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau garfik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics | ||
---|---|---|
Model | Toleransi | VIF |
Pengalaman Kerja | 0,113 | 8,472 |
Kemampuan Kerja | 0,144 | 8,501 |
burnout | 0,142 | 8,060 |
Sumber: Output SPSS versi 22
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai TOL variabel independent > 0,1 yaitu variabel pengalaman kerja (X1) 0,113, kemampuan kerja (X2) 0,144 dan burnout (X3) 0,142. Sementara hasil perhitungan VIF dari varibel independent juga menunjukkan hal serupa yaitu tidak adanya nilai varience inflation (VIF) < 10 dengan nilai VIF variabel independent yaitu variabel pengalaman kerja (X1) 8,472, kemampuan kerja (X2) 8,501 dan burnout (X3) 8,060. Berdasarkan perhitungan niali TOL dan VIF dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independent dalam model regresi.
Uji Autokorelasi
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate | Durbin-Watson |
---|---|---|---|---|---|
1 | ,845a | ,797 | ,878 | ,85646 | 1,973 |
a. Predictors: (Constant), Burnout (X3), Kemampuan Kerja (X2), Pengalaman Kerja (X1)
b. Dependent Variable: Produktivitas Kerja (Y)
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan hasil uji autokorelasi diatas dapat dilihat jika nilai Durbin-Watson 1,973 dengan dl < d < 4-DU (1,642 < 1,973 < 2,358) yang artinya dalam penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Output SPSS versi 22
Gambar 3 di atas, terlihat bahwa tidak ada pola yang jelas serta titik-titik tersebut menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y sehingga tidak menunjukkan pola tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji Linearitas
Sum of Squares | df | Mean Square | F | Sig. | |||
T.Y * TX.3 | Between Groups | (Combined) | 114,786 | 18 | 6,377 | ,888 | ,593 |
Linearity | 4,594 | 1 | 4,594 | ,640 | ,426 | ||
Deviation from Linearity | 110,192 | 17 | 6,482 | ,903 | ,572 | ||
Within Groups | 689,161 | 96 | 7,179 | ||||
Total | 803,948 | 114 |
Sumber: Outpus SPSS Versi 22
Berdasarkan tabel 5 diatas terdapat hasil pengujian uji linearitas berdasarkan nilai signifikan sebesar 0,572 > 0,05, untuk nilai F terdapat nilai sebesar Fhitung < Ftabel = 0,903 < 1,730. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan linear secara signifikan antar variabel pengalaman kerja, kemampuan kerja, dan burnout (X) dengan variabel Produktivitas kerja (Y).
Pengujian Hipotesis
Analisis Regresi Linier Berganda
Pengaruh variabel pengalaman kerja, kemampuan kerja, dan burnout interpersonal terhadap produktivitas kerja dapat diketahui secara nyata dengan menggunakan analisis regresi, dalam hal ini digunakan regresi linear berganda. Penelitian ini menggunakan persamaan regresi, yaitu sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
Dimana:
Y = Produktivitas Kerja
a = Bilangan Konstanta
b = Koefisien Regresi
X1 = Pengalaman Kerja
X2 = Kemampuan Kerja
X3 = Burnout
Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | |||
---|---|---|---|---|
Model | B | Std. Error | Beta | |
1 | (Constant) | 10,075 | 2,242 | |
PENGALAMAN KERJA | ,311 | ,095 | ,317 | |
KEMAMPUAN KERJA | ,301 | ,094 | ,311 | |
BURNOUT | -,025 | ,038 | -,054 |
SUMBER:OUTPUT SPSS VERSI 22
Hasil pengujian tabel 4 menunjukkan dapat ditulis dalam bentuk persamaan regresi bentuk Standardized Coefficients diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 10,075 + 0,311X1 + 0,301X2 + – 0,025X3
Berdasarkan hasil persamaan regresi berganda tersebut diketahui nilai constant sebesar 10,075 yang memberikan pengertian bahwa jika faktor pengalaman kerja, kemampuan kerja, dan burnout tidak dilakukan atau sama dengan nol (0), maka besarnya produktivitas kerja adalah sebesar 10,075%. Untuk variabel pengalan kerja koefisien regresinya adalah positif, hal ini dapat diartikan apabila pengalaman kerja pada perusahaan meningkat 1%, maka produktivitas kerja akan meningkat sebesar 0,311%. Untuk varibel kemampuan kerja koefisien regresinya adalah positif, hal ini dapat diartikan apabila kemampuan kerja meningkat 1%, maka produktivitas kerja akan meningkat sebesar 0,301%. Dan untuk variabel burnout koefisien regresinya adalah negative, hal ini dapat diartikan apabila burnout meningkat 1%, maka produktivitas kerja akan menurun sebesar -0,025%.
Uji T (Parsial)
Uji ini dalakukan untuk menguji secara parsial apakah variabel pengalam kerja, kemampuan kerja, dan burnout bepengaruh terhadap produktivitas kerja, dengan kriteria: jika Thitung ≤ Ttabel, maka H1 ditolak, artinya secara parsial penelitian ini tidak berpengaruh, jika Thitung ≥ Ttabel, maka H1 diterima, artinya secara parsialnpenelitian ini berpengaruh [10]. Adapun T tabel dalam penelitian ini adalah 1,981
Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | |||||
---|---|---|---|---|---|---|
Model | B | Std. Error | Beta | t | Sig. | |
1 | (Constant) PENGALAMAN KERJA KEMAMPUAN KERJABURNOUT | 10,075 ,311 ,301 -,025 | 2,242 ,095 ,094 ,038 | ,317 ,311 -,054 | 4,494 3,278 3,191 -,656 | ,000 ,001 ,002 ,513 |
Sumber:Output SPSS 22
1.Berdasarkan tabel diatas diketaui hasil pengujian untuk variabel pengalaman kerja (X1) diperoleh nilai T hitung lebih besar dari T tabel (3,278 > 1,981) dengan probabilitas signifikansi 0,001 < α 0,05 maka H1 diterima. Dengan demikian hipotesis pertama dapat dibuktikan kebenarannya, sehingga dinyatakan pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja.
2.Berdasarkan tabel diatas diketahui hasil pengujian untuk variabel kemampuan kerja (X2) diperoleh nilai T hitung lebih besar dari T tabel (3,191 > 1,981) dengan probabilitas signifikansi 0,002 < α 0,05 maka H2 diterima. Dengan demikian hipotesis kedua dapat dibuktikan kebenarannya, sehingga dinyatakan kemampuan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja.
3.Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui pula hasil pengujian untuk variabel burnout (X3) diperoleh nilai T hitung lebih kecil dari T tabel (-656 < 1,981) dengan probabilitas signifikansi 0,513 > α 0,05 maka H3 ditolak. Dengan demikian hipotesis ketiga tidak dapat dibuktikan kebenarannya, sehingga dinyatakan burnout tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja.
Uji F (Simultan)
Uji ini dilakukan untuk melihat pengaruh pengalan kerja (X1), kemampuan kerja (X2) dan burnout (X3) terhadap produktivitas kerja (Y), pengujia dilakukan pada tingkat kepercayaan 95% atau tingkat kesalahan α = 0,05% (5%), dengan kriteria: jika F hitung ≤ F tabel, maka H4 ditolak, artinya secara simultan penelitian ini tidak berpengaruh, jika F hitung ≥ F tabel, maka H4 diterima, artinya variabel bebas berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat. Adapun F tabel dalam penelitian ini adalah 2,68.
Tabel 8. Hasil Uji F
Sumber: Ouput SPSS Versi 22
Berdasarkan tabel 6 diatas diketahui nilai F hitung untuk variabel pengalaman kerja, kemampuan kerja, dan burnout sebesar 15,632 lebih besar dari F tabel 2,68 dan nilai signifikan 0,000 < α 0,05 maka H4 diterima. Maka dapat dinyatakan pengalaman kerja, kemampuan kerja, dan burnout secara simultan berpengaruh dan signifikan terhadap produktivitas kerja.
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel terikatnya. Nilai koefisien determinasi ditentukan dengan nilai R square.
Tabel 9. Hasil Uji Koefisien Determinasi
sumber: Output SPSS Versi 22
Dari pengolahan data diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi R Square sebesar 0,797, yang artinya pengalaman kerja, kemampuan kerja, dan burnout secara bersama-sama berpengaruh sebesar 79,7% sedangkan sisanya 20,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor atau variabel yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Kerja
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial mengenai pengaruh antara pengalaman kerja terhadap produktivitas, diketahui pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja pada PT. Harapan Sejahtera Karya Utama. Artinya produktivitas kerja akan meningkat apabila didukung oleh pengalaman kerja yang telah ditempuh oleh karyawan dalam perusahaan. Hasil tersebut konsisten dengan jawaban responden dimana sebagaian besar memberikan tanggapan positif terbesar disebabkan oleh indikator masa kerja. Pengalaman kerja mampu menciptakan karyawan yang mempunyai mutu berkualitas untuk memberikan hasil yang terbaik. Pengalaman yang dimiliki memungkinkan karyawan lebih memahami dan terampil akan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan.
Pengalaman kerja memberikan gambaran tentang bagaimana seorang karyawan memandang suatu pekerjaan, terkait dengan inovasi dan caranya menyelesaikan permasalahan dalam perusahaan, melalui pengalaman kerja seorang karyawan yang masa kerjanya terbilang cukup lama maka akan membantu capaian-capaian perusahaan demi kelangsungan hidup perusahaan. Dengan demikian adanya pengalaman kerja yang baik diharapkan akan terus memberikan efek atau pengaruh yang positif pula pada hasil produktivitas kerja karyawan PT. Harapan Sejahtera Karya Utama. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh [33]; [34]; [35]; [36]; [37] yang menyatakan bahwa pengalaman kerja memberikan pengaruh yang postif dan signifikan terhadap produktivitas kerja. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan pengalaman kerja yang cukup lama masa kerjanya akan meningkatrkan produktivitas kerja para karyawan.
Pengaruh Kemampuan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis uji t mengenai pengaruh antara kemampuan kerja terhadap produktivitas kerja, diketahui kemampuan kerja berpengaruh postif dan signifikan terhadap produktivitas kerja pada PT. Harapan Sejahtera Karya Utama. Artinya semakin baik kemampuan kerja yang dimiliki oleh karyawan, maka akan semakin baik pula produktivitas kerjanya. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan kerja pada PT. Harapan Sehatera Karya Utama diukur berdasarkan keterampilan (skill) yang dimiliki oleh karyawan. Hal tersebut dapat dilihat dari jawaban responden dimana tanggapan positif terbesar disebabkan oleh indikator keterampilan (skill). Kemampuan kerja karyawan menunjukan suatu kecakapan yang dimiliki karyawan untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya di perusahaan dengan menggunakan keterampilan (skill) yang dimiliki.
Kemampuan kerja seorang karyawan harus diperhatikan oleh perusahaan karena merupakan modal dasar yang dapat menunjang untuk peningkatan produktivitas kerja karyawan, itu berarti bahwa pemimpin perusahaan PT. Harapan Sejahtera Karya Utama harus memperhatikan penguasaan karyawan terhadap peralatan kerja, penguasaan terhadap prosedur kerja, memahami peraturan tugas, memahami tujuan perusahaan, maka kemampuan kerja karyawan akan lebih baik, sehingga untuk hasil produktivitas kerja yang optimal. Hasil yang dicapai sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh [38]; [39]; [40] yang menyatakan bahwa kemampuan kerja berpangaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja. Hal ini menunjukkan karyawan yang bekerja memilikikemampuan tertentu yang mana dapat menunjang dirinya dalam bekerja. Serta dengan penempatan yang sesuai dengan kemampuanyya akan membuat tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai.
Pengaruh Burnout Terhadap Produktivitas Kerja
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial mengenai pengaruh burnout terhadap produktivitas kerja, dinyatakan bahwa burnout tidak perpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja. Hal ini menandakan semakin rendah burnout yang dialami karyawan PT. Harapan Sejahtera Karya Utama maka semakin tinggi produktivitas kerja karyawan. Hasil penelitian menunjukkan dengan jawaban responden dimana tanggapan terbesar disebabkan oleh indikator kelelahan (exhaustion), apabila pekerjaan karyawan menumpuk maka akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja mereka. Sehingga mereka harus menyelesaikan tugasnya dengan cepat dan tepat waktu. Hal tersebut menyebabkan karyawan mengalami burnout atau kelelahan. Karyawan harus berada dalam ruang produksi selama berjam-jam untuk menyelesaikan tugasnya. Kelelahan yang dirasakan yaitu berupa bosan, kejenuhan, dan lelah pikiran. Hal tersebut dapat mempengaruhi produktivitas kerja jika tidak diperhatikan dengan baik.
Dampak adanya burnout mengakibatkan karyawan sering merasa stress, frustasi, dan mengalami kelelahan secara emosional dan secara fisik, dengan burnout juga akan merasa tertekan dengan pekerjaannya, lelah dan menjadi membenci pekerjaanya. Dengan demikian perusahaan harus berhati-hati dan segera mengambil antisipasi agar karyawan tidak mengalami burnout. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [21]; [41]; [42] yang menyatakan bahwa burnout tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja. Hasil ini menunjukkan karyawan yang mengalami burnout akan mempengaruhi produktivitas kerja.
Pengaruh Pengalaman Kerja, Kemampuan Kerja, dan Burnout Terhadap Produktivitas Kerja
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis uji f mengenai pengaruh antara variabel pengalaman kerja, kemampuan kerja, dan burnout terhadap produktivitas kerja, diketahui bahwa pengalaman kerja, kemampuan kerja, dan burnout berpengaruh secara simultan terhadap produktivitas kerja PT. Harapan Sejahtera Karya Utama. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman kerja berupa masa kerja yang dimiliki seorang karyawan berkaitan erat dengan produktivitas kerja, semakin lama masa kerja karyawan maka akan semakin meningkat produktivitas kerjanya. Begitupun dengan kemampuan kerja semakin baik tingkat keterampilan (skill) yang dimiliki karyawan, maka akan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Begitu pula dengan burnout semakin rendah tingkat burnout yang dialami karyawan maka akan semakin tinggi produktivitas kerja. hasil yang dicapai sesuai dengan penelitian yang dicapai oleh [37]; [39]; [13] yang menyatakan bahwa pengalaman kerja, kemampuan kerja, dan burnout secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja.
Pengalaman Kerja menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi produktivitas kerja, karena karyawan yang memiliki pengalaman kerja sudah pasti lebih terampil pengetahuan dasar tentang pekerjaan di perusahaan. Untuk itu perusahaan harus tetap dan lebih teliti dalam melihat pengalaman kerja karyawan yang telah didapatkan dari lama masa kerjanya, karyawan yang memiliki lama masa kerja cukup lama kiranya agar membimbing karyawan yang belum berpengalaman untuk meningkatkan hasil kerja yang bermutu dan berkualitas. Selain itu, kemampuan kerja menentukan intensitas kerja yang dilakukan oleh karyawan untuk mencapai efektivitas hasil yang sesuai dengan tujuan perusahaan. Perusahaan perlu melakukan peningkatan keahlian dengan cara mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kualitas kerjanya. Selain itu juga burnout, semakin rendah burnout yang dialami karyawan maka akan semakin tinggi produktivitas kerja. Karyawan harus memperhatikan waktu istirahat saat menjalankan pekerjaan berdasarkan jam kerja yang telah ditentukan perusahaan, sehingga karyawan menajdi produktif dan terhindar dari kelelahan kerja.