Marketing Management
DOI: 10.21070/ijler.v18i3.932

Enhancing Branding Strategies of Culinary Micro and Small Enterprises through Online Media: A Community Service Approach


Meningkatkan Strategi Branding Usaha Mikro dan Kecil Kuliner Melalui Media Online: Sebuah Pendekatan Pengabdian Kepada Masyarakat

Universitas Muhammadiyah Karanganyar
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Karanganyar
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Karanganyar
Indonesia

(*) Corresponding Author

Branding Micro and Small Enterprises (UMK) Online Media Culinary Products Community Service

Abstract

The marketing and product development of Micro and Small Enterprises (UMK) greatly rely on effective branding strategies. However, the utilization of online media for branding purposes is often lacking among MSE entrepreneurs. This community service initiative aimed to enhance the understanding and proficiency of UMK culinary product branding implementation in Karanganyar District, Karanganyar Regency, Central Java. The methodology involved short training and mentoring sessions for MSEs, focusing on three culinary business units, to design and develop marketing platforms through online media. The outcome of this activity demonstrated a significant improvement in MSEs' ability to leverage online media for branding their business products, as evidenced by the creation of various platforms such as e-commerce, Instagram, and TikTok. Implementing effective branding strategies through online media platforms has empowered MSEs to achieve optimal competitiveness in their respective culinary businesses. This study offers valuable insights and implications for researchers and professionals worldwide, highlighting the potential of online media in enhancing branding efforts for Micro and Small Enterprises in the culinary industry.

Highlight:

  • Community service enhances UMK entrepreneurs' understanding and implementation of branding through online media.
  • Increased proficiency in utilizing platforms like e-commerce, Instagram, and TikTok.
  • Optimal competitiveness and business development in the culinary industry.

Keyword:

Branding, Micro and Small Enterprises (UMK), Online Media, Culinary Products, Community Service

Pendahuluan

Usaha Mikro Kecil (UMK) memiliki peran penting dan strategis dalam meningkatkan pembangunan ekonomi di Indonesia. Hal tersebut terbukti ketika Usaha Mikro Kecil (UMK) mampu tumbuh dan bertahan ketika krisis melanda Indonesia pada tahun 1998 [1]. Dalam sektor ekonomi Usaha Mikro Kecil memiliki potensi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja dan kontribusi UMK dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PBD) [2].

Berdasarkan data Dinas Koperasi UMKM Provinsi Jawa Tengah pelaku Usaha Mikro Kecil (UMK) berjumlah sekitar 136.568 UMK. Provinsi Jawa Tengah memiliki 3 kategori yang unggul, yaitu: pada kategori industri pengolahan dengan sub kategori industri pengolahan, makanan dan minuman, fashion, handycraft; kategori perdangan dan hotel, resto dan reparasi; dan kategori lainnya dengan sub kategori seperti jasa,kegiatan lainnya, akomodasi dan penyediaan makanan dan minuman, jasa pendidikan dan pelayanan RT, jasa kesehatan, dan kegiatan sosial, konstruksi, dan perorangan [3].

Keunggulan tersebut belum optimal dalam memberikan manfaat peningkatan skala usaha dan pendapatan para pengusaha mikro. Salah satu kelemahan pada pengusaha dan pelaku UMK adalah kurangnya perhatian dan pemanfaatan strategi branding terhadap produk kuliner yang dihasilkannnya.

Potensi besar yang dimiliki Usaha Mikro Kecil (UMK) belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga pangsa pasar masih berskala lokal atau lingkungan sekitar tempat usaha. Maka perlu kesadaran brandinguntuk mengenalkan dan memperluas pangsa pasar produk UMK [1]. Membangun merek atau brand adalah hal yang penting bagi pelaku usaha di era persaingan global saat ini. Pengelolaan merek atau brand yang baik mampu mempengaruhi minat dan keputusan pembelian. Nilai brand yang baik dapat ditunjukan melalui kualitas hingga inovasi produk [4]. Namun sebaliknya pengelolaan brandyang buruk mampu menurunkan minat pembelian dan menghilang dari pasaran [5]. Untuk itu branding terhadap produk UMK ini sangat diperlukan agar peningkatan usaha dan pendapatan bagi pelaku usaha dapat meningkat sekaligus meningkatkan kemampuan mempertahankan pertumbuhan dalam persaingan usaha.

Melakukan branding semakin mudah dengan perkembangan teknologi saluran digital dan transformasi digital saat ini [6]. Pelaku Usaha Mikro Kecil dapat memasarkan dan brandingproduknya melalui media online,diantaranya platform e-commercedan sosial media.Beberapa tahun ini trendmedia onlinesangat banyak diminati dan dimanfaatkan oleh pelaku Usaha Mikro Kecil diberbagai bidang usaha mulai dari produk busana, rumah tangga, hingga produk kuliner untuk memperkenalkan, mempromosikan dan menjual produknya. Kegiatan branding ini sangat penting yakni sebagai sarana komunikasi pemasaran produk salah satunya Usaha Mikro Kecil bidang kuliner. Branding produk sangat dibutuhkan bagi pengusaha UMK kuliner guna untuk mengembangkan, memperkenalkan lebih luas dan meningkatkan brandawarnessproduknya [7].

Menjamurnya platform e-commercesebagai sarana memasarkan produk, sangat memudahkan bagi pelaku Usaha Mikro Kecil maupun pembeli untuk berinteraksi tanpa harus tatap muka. Kemudahan tersebut dapat dirasakan saat masa pandemi covid-19 hingga pasca pandemi, yang memiliki tren meningkat cukup signifikan terhadap belanja melalui online. Berdasarkan data CNN Indonesia, nilai transaksi pada tahun 2020 – 2021 meningkat hingga 56% dari Rp 11,6 trilliun menjadi Rp 18,1 trilliun [8]. Meningkatnya transaksi belanja online adalah pada saat harbolnas (hari belanja onlinenasional), yang didukung oleh promo gratis ongkir hingga potongan harga produk yang dijual.[9].

Meskipun tren belanja online melalui e-commerce meningkat, namun berbelanja online memiliki manfaat dan risiko. Manfaat dari berbelanja online diantaranya dapat menghemat waktu, praktis dan memiliki banyak pilihan, sedangkan risiko dalam berbelanja onlinediantaranya risiko penipuan, produk yang kurang sesuai, pengiriman produk yang lama, harga yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan beli langsung ditoko dan ongkos kirim yang mahal [10].

Tren belanja online ini juga berkembang cukup pesat di Kabupaten Karanganyar yang merupakan salah satu daerah penyangga kota Surakarta dengan karakteristik daerah agraris. Saat ini, Kabupaten Karanganyar banyak ditemui berbagai Usaha Mikro Kecil (UMK), salah satunya UMK kuliner. Namun UMK produk kuliner di Kabupaten Karanganyar masih menghadapi beberapa kendala dalam branding, sehingga kegiatan pemasaran produk masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan lokal. Permasalahan yang dihadapi oleh pelaku UMK produk kuliner diantaranya adalah (i) Kurangnya pemahaman mengenai branding, (ii) Belum mengoptimalkan branding melalui media onlinesebagai sarana untuk mempromosikan produk kulinernya yang berada di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Solusi untuk pemecahan masalah tersebut adalah (i) mengenalkan dan memberikan pemahaman mengenai branding produk, (ii) Memberikan pendampingan terhadap penggunaan media online dan pendampingan terhadap pembuatan konten promosi untuk produk kulinernya di daerah Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.

Metode

Metode yang dilakukan dalam pendampingan usaha kecil menengah dalam mengembangkan strategi branding adalah meliputi:

  1. Observasi karakteristik model usaha mikro kecil yang memiliki kriteria yang telah ditentukan, yakni usaha mikro kecil adalah produk kuliner baik itu streetfoodatau jajanan kaki lima,frozenfoodatau makanan beku, gorengan,kuliner kue tradisional dan macam-macam kue lainnya, cemilan atau snackrumahan, dan macam-macam olahan minuman. Serta usaha mikro kecil produk kuliner berada di area Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.
  2. Penentuan masalah dan kebutuhan usaha mikro kecil dalam melakukan branding pada media online yang digunakan. Dalam penentuan masalah dan kebutuhan ini, diawali dan dilakukan wawancara dan FGD (FocusGroup Discussion) terkait strategi branding apa saja yang telah dilakukan? Media online apa saja yang telah digunakan? Kendala apa saja yang didapatkan saat promosi?
  3. Perencanaan dan pendampingan. Memberikan pemahaman dasar akan pentingnya brandingdalam pengembangan produk kuliner bagi pelaku usaha melalui media online. Berikutnya melakukan pendampingan dalam perencanaan strategi brandingmelalui media online. Beberapa tahapan dalam perencanaan strategi yakni dimulai dengan analisis produk, penentuan segmentasi dan tujuan produk, penentuan media yang perlu, kontent, dan kegiatan promosi yang digunakan.
  4. Pelaksanan dan pendampingan, yang dilakukan adalah mengimplentasikan dari perencanaan strategi yang telah dilakukan. Dalam hal ini diprioritaskan membuat media online yang diperlukan, membuat konten, kegiatan promosi dan mengaplikasikan konten dan promosi yang telah dibuat.
  5. Evaluasi dan keberlanjutan program. Evaluasi dilakukan terhadap ketercapaian tiap kegiatan mulai dari tahap i- iv dan rencana kelanjutan program bagi pelaku Usaha Mikro Kecil kuliner untuk mengoptimalkan ketercapaian kegiatan pendampingan dalam memahami branding produk melalui media online. Pemahaman dan penguasaan dalam menentukan strategi branding yang tepat bagi produk UMK kuliner mampu mendorong untuk lebih berdaya saing.

Pelaksanaan pendampingan usaha mikro kecil kuliner dalam mengembangkan strategi brandingmelalui media online berlangsung pada Mei 2023 – 6 Juni 2023.

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik Pelaku Usaha Mikro Kecil Kuliner

Hasil observasi dari penentuan usaha mikro kecil yang akan dilakukan pendampingan adalah sebagai berikut:

  1. Usaha kecil menengah adalah produk kuliner jenis street food yakni Qiyan Dimsum yang berada di daerah Kecamatan Jaten, kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
  2. Usaha kecil menengah berikutnya adalah produk kuliner makanan rumahan yakni My Chicken yang berada di daerah Kecamatan Cangakan, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.

Penentuan Masalah dan Kebutuhan

Hasil dari wawancara dan FGD (FocusGroupDiscussion) yang dilakukan untuk mencari tau permasalahan dan kebutuhan apa saja yang perlukan pelaku Usaha Menengah Kecil kuliner dalam melakukan kegiatan pemasaran ataupun branding, diantaranya:

  1. Pelaku UMK kuliner belum secara optimal dalam mengelolah media onlineyang telah dimiliki dan ada media online yang belum digunakan
  2. Strategi branding yang dilakukan lebih berfokus pada outlet-nya atau penjualan secara offline seperti spanduk, neonbox, daftar menu, packaging sederhana dengan logo produk. Sedangkan media onlineyang digunakan oleh pelaku usaha cenderung sama seperti shopeefood, Instagram, Facebook, dan WhatsApp Business. Namun media online yang dimiliki cenderung kurang aktif.
  3. Kendala yang dialami produk Qiyan Dimsum adalah mengenai SDM yang kurang, sehingga menyebabkan jam operasional outletyang tidak pasti.
  4. Kendala yang dialami produk my chicken adalah pendapatan yang kurang maksimal, ditengah harga bahan pangan yang tidak menentu dan cenderung tinggi.
  5. Kebutuhan yang dapat direkomendasikan untuk produk Qiyan adalah melalui penjualan pre-order dengan slot kuota penjualan yang ditentukan jumlahnya dan disesuaikan berdasarkan batas produksi. Sedangkan untuk my chicken membuat paket promo penjualan, paket untuk anak sekolah, dan paket snack konsumsi untuk acara perjalanan wisata, gathering dan kegiatan lainnya pada area Karangnyar.

Perencanaan dan Pendampingan

Berdasarkan hasil dari penentuan masalah dan kebutuhan yang diperlukan pelaku Usaha Mikro Kecil produk kuliner, maka tahapan berikutnya adalah melakukan perencanaan strategis terkait brandingproduk melalui media online yang diantaranya:

  1. Memberikan pendampingan dengan memberikan pemahaman dasar mengenai branding produk melalui media online. Hasil dari pendampingan melalui materi branding produk melalui media online mampu meningkatkan pemahaman pelaku Usaha Mikro Kecil kuliner dari 30% menjadi 75%.
  2. Memberikan pendampingan terhadap perencanaan strategi branding yang akan dilakukan mulai dari analisis produk apa kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang dari masing-masing produk, berikutnya menentuka target pasar, tujuan, media apa saja yang digunakan seperti shopefood, gofood, Instagram, facebook, TikTok dan WhatsApp Business. Berikutnya konten dan kegiatan promosi yang di posting seluruh sosial media yang dimiliki.

Berikut beberapa akun platform e-commerce dan sosial media yang dimiliki oleh kedua pelaku Usaha Mikro Kecil pelaku kuliner produk Qiyan Dimsum dan My Chicken di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.

Figure 1.Platform e-commercedan sosial media produk Qiyan Dimsum dan produk My Chicken

Produk Qiyan Dimsum memiliki akun platform e-commerce seperti shopeefood dengan nama Qiyan Dimsum - Jaten dan gofood dengan nama QIYAN DIMSUM, Sroyo. Sedangkan sosial media yang dimiliki seperti akun TikTok @qiyan_qyn, Instagram @qiyan_qyn, WhatsApp Business dengan nomor 0856-388-7741. Sedangkan untuk produk My Chicken memiliki media sosial seperti Facebook,WhatsApp dan memiliki platform e-commerce diantarnya shopeefood dengan nama Omah Payung My Chicken – Karanganyar dan gofood dengan nama MyChicken Geprek, Ayam & Mie, Slamet Riyadi.

Pelaksanaan dan Pendampingan

Hasil dari pelaksanaan dan pendampingan ini adalah sebagai berikut:

  1. Melakukan pendampingan pembuatan konten untuk produk Qiyan Dimsum melalui promosi program pre-ordersebagai salah satu penyesuaian dengan kondisi internal pelaku bisnis. Program promosi pre-orderini merupakan aktivitas penjual membuka slot untuk jumlah pemesanan dengan jumlah produk yang terbatas dan menentukan pembelian produk dapat melalui cash on delivery (COD), dine-in atau take away. Konten promosi ini akan di posting melalui akun Instagram, TikTok dan WhatsApp Business dari produk Qiyan Dimsum.
  2. Melakukan pendampingan dalam pelaksanaan strategi branding melalui pembuatan konten promosi produk my chicken di setiap sosial media yang dimiliki, seperti Facebook, Instagram, TikTok dan WhatsApp Business.

Figure 2.Konten promosi pre-orderproduk Qiyan Dimsum dan promo penjualan My Chicken

Gambar diatas merupakan implementasi dari perencanaan yang dilakukan kedua produk dalam bentuk promosi pre-orderyang dilakukan oleh produk Qiyan Dimsum dan promosi potongan penjualan beli 2 gratis 1 yang dilakukan oleh produk My Chicken melalui media sosial masing-masing produk.

Evaluasi dan Beberlanjutan Program

Berdasarkan hasil evaluasi pendampingan ini, pelaku usaha mikro kecil produk kuliner mampu memahami, meningkatkan dan mengoptimalkan strategi branding produknya melalui media online yang telah dimiliki sebesar 75%. Diawali dengan pemahaman dasar akan analisis situasi produk mulai dari kekuatan, kelemahan, ancaman hingga peluang yang dimiliki produk kuliner oleh pelaku UMK. Sehingga pelaku UMK dapat mengetahui kondisi yang dihadapi produknya saat ini. Paham terhadap kondisi yang sebenarnya dari produk sangat penting dan dibutuhkan untuk membantu pelaku usaha merancang strategi bisnis saat ini dan yang akan mendatang [11]. Berikutnya adalah penentuan target pasar dari produk, tujuan yang ingin dicapai, penentuan strategi branding melalui kegiatan promosi yang dirancang, penentuan media onlineyang digunakan, pelaksanaan pembuatan konten lalu mengimplentasikannya hingga tahapan evaluasi dari program yang digunakan.

Dari kegiatan penjualan pre-orderyang dilakukan produk Qiyan Dimsum mampu mempermudah pemilik usaha untuk melakukan aktivitas kegiatan yang lain, memastikan pendapatan, memprediksi permintaan produk dan bisnis kuliner tetap berjalan. Hal tersebut sejalan dengan penjualan produk Ragnor secara pre-order mampu meningkatkan pengunjung, mengukur minat pembeli, mampu memprediksi keuntungan, dan penjualan meningkat [12]. Sedangkan kegiatan promosi beli 2 gratis 1 pada produk My Chicken, mampu menarik minat pembeli, meningkatkan awarenessdan meningkatkan pembelian produk. Strategi promosi penjualan melalui media Instagram sering sekali digunakan oleh berbagai produk makanan dan minuman di Kota Pekanbaru, yang di nilai sangat efektif menarik minat konsumen untuk membeli produk [13].

Pengelolah usaha UMK dari kedua produk kuliner ini tergolong berusia muda yakni umur 21 tahun dan mengikuti perkembangan teknologi, sehingga dengan mudah untuk memberikan pendampingan strategi brandingmelalui media online yang dimiliki. Dalam hal ini dalam penyerbarluasan informasi terkait produk, promosi, dan penjualan produk melalui media onlineseperti gofood, shopeefood, Facebook,Instagram, TikTok, dan WhatsApp chat group ataupun story. Serta branding di area outlet yang melayani penjualan offline seperti dine-in atau take away.Selain memanfaatkan media onlinepelaku UMK kuliner juga menggunakan metode wordofmouthdalam penyebaran informasi produk di area sekitar Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Hal ini juga diterapkan oleh produk kuliner Mie Eblek di Desa Kasepuhan Pekalongan yang menggunakan promosi melalui word of mouth yang terbukti praktis dan efektif menarik minat beli konsumen [14]. Diharapkan program untuk mengembangkan strategi brandingmelalui media onlinedapat dilakukan oleh pelaku Usaha Mikro Kecil produk kuliner secara optimal dan berkelanjutan dengan mengikuti perkembangan tren dan teknologi yang ada.

Kesimpulan

Dalam kegiatan pendampingan usaha mikro kecil produk kuliner Qiyan Dimsum dan My Chicken dalam pengembangan strategi brandingmelalui media onlinemenghasilkan pemahaman sebesar 75% dari awal 30%. Pelaku usaha mampu memahami dan mengimplementasikan perencanaan strategi brandingproduk yang dimilikinya melalui media online seperti Instagram, Facebook, TikTok, WhatsApp Business, gofood, dan shopeefood. Capaian ini mengindikasikan pada kapasitas pelaku usaha dalam mengembangkan produk melalui penerapan strategi yang tepat, serta mampu mendorong secara optimal dalam bidang bisnisnya.

References

  1. H. S. Nugraha and F. Ariyanti, "Penerapan Branding Pada UKM Makanan Ringan Di Kabupaten Jepara," J. Administrasi Bisnis, vol. 6, no. 1, pp. 16-23, 2017.
  2. S. Sofyan, "Peran UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) dalam Perekonomian Indonesia," Bilancia: J. Studi Ilmu Syariah Dan Hukum, vol. 11, no. 1, pp. 33-64, 2017.
  3. Dinas Koperasi UMKM Provinsi Jawa Tengah, "Data UMKM Provinsi Jawa Tengah," 2022. [Online]. Available: https://dinkop-umkm.jatengprov.go.id/statistik/detail/1. [Accessed: Jun. 7, 2023].
  4. G. Morrison and A. Humlen, "People powered brands: How companies can inspire consumer action," J. Brand Strategy, vol. 4, no. 3, pp. 201-216, 2015.
  5. L. V. Ferbita and Y. Setianti, "Strategi digital branding Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui media sosial," J. Ilmu Komunikasi Acta Diurna, vol. 16, no. 2, 2020.
  6. L. Bäck et al., "Digital Brand Management: A Company and Consumer Perspective," 2018.
  7. V. Desai and B. Vidyapeeth, "Digital marketing: A review," Int. J. Trend Sci. Res. Dev., vol. 5, no. 5, pp. 196-200, 2019.
  8. Uli, "Konsumen Belanja Online RI Melonjak 88 Persen pada 2021," CNN Indonesia, 2021. [Online]. Available: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20211229141536-92-740093/konsumen-belanja-online-ri-melonjak-88-persen-pada-2021. [Accessed: Jun. 7, 2023].
  9. Monavia Ayu Rizaty, "Semakin Banyak Pelaku Usaha Daring di Indonesia pada 2022," DataIndonesia.Id, 2022. [Online]. Available: https://dataindonesia.id/digital/detail/semakin-banyak-pelaku-usaha-daring-di-indonesia-pada-2022. [Accessed: Jun. 7, 2023].
  10. Z. Khairani, E. Soviyant, and A. Aznuriyandi, "Efektivitas promosi melalui Instagram pada UMKM sektor makanan dan minuman di Kota Pekanbaru," J. Benefita, vol. 3, no. 2, pp. 239-247, 2018.
  11. R. P. Suci, A. Hermawati, and S. Suwarta, "PENTINGNYA ANALISIS SWOT UNTUK MENINGKATKAN KINERJA SDM (Studi Kasus Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Malang)," J. Manajemen STIE Muhammadiyah Palopo, vol. 5, no. 2, pp. 24-27, 2019.
  12. B. H. Wijaya and N. Ibrahim, "Implementasi Pemasaran Online Pada Produk Ragnor Sport," J. STRATEGI-Jurnal Maranatha, vol. 1, no. 2, pp. 497-511, 2019.
  13. Z. Khairani, E. Soviyant, and A. Aznuriyandi, "Efektivitas promosi melalui Instagram pada UMKM sektor makanan dan minuman di Kota Pekanbaru," J. Benefita, vol. 3, no. 2, pp. 239-247, 2018.