The marketing and product development of Micro and Small Enterprises (UMK) greatly rely on effective branding strategies. However, the utilization of online media for branding purposes is often lacking among MSE entrepreneurs. This community service initiative aimed to enhance the understanding and proficiency of UMK culinary product branding implementation in Karanganyar District, Karanganyar Regency, Central Java. The methodology involved short training and mentoring sessions for MSEs, focusing on three culinary business units, to design and develop marketing platforms through online media. The outcome of this activity demonstrated a significant improvement in MSEs' ability to leverage online media for branding their business products, as evidenced by the creation of various platforms such as e-commerce, Instagram, and TikTok. Implementing effective branding strategies through online media platforms has empowered MSEs to achieve optimal competitiveness in their respective culinary businesses. This study offers valuable insights and implications for researchers and professionals worldwide, highlighting the potential of online media in enhancing branding efforts for Micro and Small Enterprises in the culinary industry.
Highlight:
Keyword:
Branding, Micro and Small Enterprises (UMK), Online Media, Culinary Products, Community Service
Usaha Mikro Kecil (UMK) memiliki peran penting dan strategis dalam meningkatkan pembangunan ekonomi di Indonesia. Hal tersebut terbukti ketika Usaha Mikro Kecil (UMK) mampu tumbuh dan bertahan ketika krisis melanda Indonesia pada tahun 1998 [1]. Dalam sektor ekonomi Usaha Mikro Kecil memiliki potensi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja dan kontribusi UMK dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PBD) [2].
Berdasarkan data Dinas Koperasi UMKM Provinsi Jawa Tengah pelaku Usaha Mikro Kecil (UMK) berjumlah sekitar 136.568 UMK. Provinsi Jawa Tengah memiliki 3 kategori yang unggul, yaitu: pada kategori industri pengolahan dengan sub kategori industri pengolahan, makanan dan minuman, fashion, handycraft; kategori perdangan dan hotel, resto dan reparasi; dan kategori lainnya dengan sub kategori seperti jasa,kegiatan lainnya, akomodasi dan penyediaan makanan dan minuman, jasa pendidikan dan pelayanan RT, jasa kesehatan, dan kegiatan sosial, konstruksi, dan perorangan [3].
Keunggulan tersebut belum optimal dalam memberikan manfaat peningkatan skala usaha dan pendapatan para pengusaha mikro. Salah satu kelemahan pada pengusaha dan pelaku UMK adalah kurangnya perhatian dan pemanfaatan strategi branding terhadap produk kuliner yang dihasilkannnya.
Potensi besar yang dimiliki Usaha Mikro Kecil (UMK) belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga pangsa pasar masih berskala lokal atau lingkungan sekitar tempat usaha. Maka perlu kesadaran brandinguntuk mengenalkan dan memperluas pangsa pasar produk UMK [1]. Membangun merek atau brand adalah hal yang penting bagi pelaku usaha di era persaingan global saat ini. Pengelolaan merek atau brand yang baik mampu mempengaruhi minat dan keputusan pembelian. Nilai brand yang baik dapat ditunjukan melalui kualitas hingga inovasi produk [4]. Namun sebaliknya pengelolaan brandyang buruk mampu menurunkan minat pembelian dan menghilang dari pasaran [5]. Untuk itu branding terhadap produk UMK ini sangat diperlukan agar peningkatan usaha dan pendapatan bagi pelaku usaha dapat meningkat sekaligus meningkatkan kemampuan mempertahankan pertumbuhan dalam persaingan usaha.
Melakukan branding semakin mudah dengan perkembangan teknologi saluran digital dan transformasi digital saat ini [6]. Pelaku Usaha Mikro Kecil dapat memasarkan dan brandingproduknya melalui media online,diantaranya platform e-commercedan sosial media.Beberapa tahun ini trendmedia onlinesangat banyak diminati dan dimanfaatkan oleh pelaku Usaha Mikro Kecil diberbagai bidang usaha mulai dari produk busana, rumah tangga, hingga produk kuliner untuk memperkenalkan, mempromosikan dan menjual produknya. Kegiatan branding ini sangat penting yakni sebagai sarana komunikasi pemasaran produk salah satunya Usaha Mikro Kecil bidang kuliner. Branding produk sangat dibutuhkan bagi pengusaha UMK kuliner guna untuk mengembangkan, memperkenalkan lebih luas dan meningkatkan brandawarnessproduknya [7].
Menjamurnya platform e-commercesebagai sarana memasarkan produk, sangat memudahkan bagi pelaku Usaha Mikro Kecil maupun pembeli untuk berinteraksi tanpa harus tatap muka. Kemudahan tersebut dapat dirasakan saat masa pandemi covid-19 hingga pasca pandemi, yang memiliki tren meningkat cukup signifikan terhadap belanja melalui online. Berdasarkan data CNN Indonesia, nilai transaksi pada tahun 2020 – 2021 meningkat hingga 56% dari Rp 11,6 trilliun menjadi Rp 18,1 trilliun [8]. Meningkatnya transaksi belanja online adalah pada saat harbolnas (hari belanja onlinenasional), yang didukung oleh promo gratis ongkir hingga potongan harga produk yang dijual.[9].
Meskipun tren belanja online melalui e-commerce meningkat, namun berbelanja online memiliki manfaat dan risiko. Manfaat dari berbelanja online diantaranya dapat menghemat waktu, praktis dan memiliki banyak pilihan, sedangkan risiko dalam berbelanja onlinediantaranya risiko penipuan, produk yang kurang sesuai, pengiriman produk yang lama, harga yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan beli langsung ditoko dan ongkos kirim yang mahal [10].
Tren belanja online ini juga berkembang cukup pesat di Kabupaten Karanganyar yang merupakan salah satu daerah penyangga kota Surakarta dengan karakteristik daerah agraris. Saat ini, Kabupaten Karanganyar banyak ditemui berbagai Usaha Mikro Kecil (UMK), salah satunya UMK kuliner. Namun UMK produk kuliner di Kabupaten Karanganyar masih menghadapi beberapa kendala dalam branding, sehingga kegiatan pemasaran produk masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan lokal. Permasalahan yang dihadapi oleh pelaku UMK produk kuliner diantaranya adalah (i) Kurangnya pemahaman mengenai branding, (ii) Belum mengoptimalkan branding melalui media onlinesebagai sarana untuk mempromosikan produk kulinernya yang berada di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Solusi untuk pemecahan masalah tersebut adalah (i) mengenalkan dan memberikan pemahaman mengenai branding produk, (ii) Memberikan pendampingan terhadap penggunaan media online dan pendampingan terhadap pembuatan konten promosi untuk produk kulinernya di daerah Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.
Metode yang dilakukan dalam pendampingan usaha kecil menengah dalam mengembangkan strategi branding adalah meliputi:
Pelaksanaan pendampingan usaha mikro kecil kuliner dalam mengembangkan strategi brandingmelalui media online berlangsung pada Mei 2023 – 6 Juni 2023.
Hasil observasi dari penentuan usaha mikro kecil yang akan dilakukan pendampingan adalah sebagai berikut:
Hasil dari wawancara dan FGD (FocusGroupDiscussion) yang dilakukan untuk mencari tau permasalahan dan kebutuhan apa saja yang perlukan pelaku Usaha Menengah Kecil kuliner dalam melakukan kegiatan pemasaran ataupun branding, diantaranya:
Berdasarkan hasil dari penentuan masalah dan kebutuhan yang diperlukan pelaku Usaha Mikro Kecil produk kuliner, maka tahapan berikutnya adalah melakukan perencanaan strategis terkait brandingproduk melalui media online yang diantaranya:
Berikut beberapa akun platform e-commerce dan sosial media yang dimiliki oleh kedua pelaku Usaha Mikro Kecil pelaku kuliner produk Qiyan Dimsum dan My Chicken di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.
Produk Qiyan Dimsum memiliki akun platform e-commerce seperti shopeefood dengan nama Qiyan Dimsum - Jaten dan gofood dengan nama QIYAN DIMSUM, Sroyo. Sedangkan sosial media yang dimiliki seperti akun TikTok @qiyan_qyn, Instagram @qiyan_qyn, WhatsApp Business dengan nomor 0856-388-7741. Sedangkan untuk produk My Chicken memiliki media sosial seperti Facebook,WhatsApp dan memiliki platform e-commerce diantarnya shopeefood dengan nama Omah Payung My Chicken – Karanganyar dan gofood dengan nama MyChicken Geprek, Ayam & Mie, Slamet Riyadi.
Hasil dari pelaksanaan dan pendampingan ini adalah sebagai berikut:
Gambar diatas merupakan implementasi dari perencanaan yang dilakukan kedua produk dalam bentuk promosi pre-orderyang dilakukan oleh produk Qiyan Dimsum dan promosi potongan penjualan beli 2 gratis 1 yang dilakukan oleh produk My Chicken melalui media sosial masing-masing produk.
Berdasarkan hasil evaluasi pendampingan ini, pelaku usaha mikro kecil produk kuliner mampu memahami, meningkatkan dan mengoptimalkan strategi branding produknya melalui media online yang telah dimiliki sebesar 75%. Diawali dengan pemahaman dasar akan analisis situasi produk mulai dari kekuatan, kelemahan, ancaman hingga peluang yang dimiliki produk kuliner oleh pelaku UMK. Sehingga pelaku UMK dapat mengetahui kondisi yang dihadapi produknya saat ini. Paham terhadap kondisi yang sebenarnya dari produk sangat penting dan dibutuhkan untuk membantu pelaku usaha merancang strategi bisnis saat ini dan yang akan mendatang [11]. Berikutnya adalah penentuan target pasar dari produk, tujuan yang ingin dicapai, penentuan strategi branding melalui kegiatan promosi yang dirancang, penentuan media onlineyang digunakan, pelaksanaan pembuatan konten lalu mengimplentasikannya hingga tahapan evaluasi dari program yang digunakan.
Dari kegiatan penjualan pre-orderyang dilakukan produk Qiyan Dimsum mampu mempermudah pemilik usaha untuk melakukan aktivitas kegiatan yang lain, memastikan pendapatan, memprediksi permintaan produk dan bisnis kuliner tetap berjalan. Hal tersebut sejalan dengan penjualan produk Ragnor secara pre-order mampu meningkatkan pengunjung, mengukur minat pembeli, mampu memprediksi keuntungan, dan penjualan meningkat [12]. Sedangkan kegiatan promosi beli 2 gratis 1 pada produk My Chicken, mampu menarik minat pembeli, meningkatkan awarenessdan meningkatkan pembelian produk. Strategi promosi penjualan melalui media Instagram sering sekali digunakan oleh berbagai produk makanan dan minuman di Kota Pekanbaru, yang di nilai sangat efektif menarik minat konsumen untuk membeli produk [13].
Pengelolah usaha UMK dari kedua produk kuliner ini tergolong berusia muda yakni umur 21 tahun dan mengikuti perkembangan teknologi, sehingga dengan mudah untuk memberikan pendampingan strategi brandingmelalui media online yang dimiliki. Dalam hal ini dalam penyerbarluasan informasi terkait produk, promosi, dan penjualan produk melalui media onlineseperti gofood, shopeefood, Facebook,Instagram, TikTok, dan WhatsApp chat group ataupun story. Serta branding di area outlet yang melayani penjualan offline seperti dine-in atau take away.Selain memanfaatkan media onlinepelaku UMK kuliner juga menggunakan metode wordofmouthdalam penyebaran informasi produk di area sekitar Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Hal ini juga diterapkan oleh produk kuliner Mie Eblek di Desa Kasepuhan Pekalongan yang menggunakan promosi melalui word of mouth yang terbukti praktis dan efektif menarik minat beli konsumen [14]. Diharapkan program untuk mengembangkan strategi brandingmelalui media onlinedapat dilakukan oleh pelaku Usaha Mikro Kecil produk kuliner secara optimal dan berkelanjutan dengan mengikuti perkembangan tren dan teknologi yang ada.
Dalam kegiatan pendampingan usaha mikro kecil produk kuliner Qiyan Dimsum dan My Chicken dalam pengembangan strategi brandingmelalui media onlinemenghasilkan pemahaman sebesar 75% dari awal 30%. Pelaku usaha mampu memahami dan mengimplementasikan perencanaan strategi brandingproduk yang dimilikinya melalui media online seperti Instagram, Facebook, TikTok, WhatsApp Business, gofood, dan shopeefood. Capaian ini mengindikasikan pada kapasitas pelaku usaha dalam mengembangkan produk melalui penerapan strategi yang tepat, serta mampu mendorong secara optimal dalam bidang bisnisnya.