Financial Accounting
DOI: 10.21070/ijler.v2i1.81

The Effect of Environmental Accounting Disclosures on Financial Performance and Stock Performance


Pengaruh Pengungkapan Akuntansi Lingkungan Terhadap Kinerja Keuangan dan Kinerja Saham

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

disclosure of environmental accounting financial performance return on assets stock returns

Abstract

The aim of this research is to know and analyze the effect of Enviromental Accounting Disclosures on Financial Performance and Stock Performance. The sample of company in this research is company in the general mining sector and plantation sector which are registered in Bursa Efek Indonesia. Based on the problem on this research, then the type of this research is uses quantitative research. The statistical technique that used to verify hypothesis is simple linear regression. The samples were taken purposively as many as 9 sample companies that consist of 5 companies of general mining sector and 4 companies of plantation sector. The result of this research stated that the disclosure of enviromental accounting has a significant effect on company performance because of the significance value is below 0.05 percents. The disclosure of enviromental accounting has no significant effect on stock performance because of the significance value is above 0.05 percents.

Pendahuluan

Suatu kegiatan bisnis dalam menjalankan usahanya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan, keberlangsungan, pertumbuhan dan tanggung jawab sosisal perusahaan. Dengan tujuan tersebut perusahaan bisa mempertahankan usahanya. Dalam mengembangkan bisnisnya perusahaan membutuhkan investor, investor menanamkan modal kepada perusahaan untuk memiliki perusahaan dan mendapatkan deviden. Tiga dari tujuan bisnis diperjuangkan perusahaan agar tercapai karena perusahaan harus mempertanggungjawabkan aktivitas operasinya kepada pemegang saham. Menurut [8] tanggung jawab sosial dituntut karena dampak yang ditimbulkan oleh operasi perusahaan bukan hanya ditanggung pemegang saham namun juga

stakeholders, seperti pemerintah, masyarakat pelanggan dan lingkungan. Perusahaan harus lebih berhati-hati dalam mengelola sumber daya yang dimiliki supaya lebih efektif dan efisien agar bisa mencapai tujuan perusahaan

Permasalahan Lingkungan di Indonesia merupakan faktor penting yang harus difikirkan karena mengingat akibat dampak buruk dari pengelolaan lingkungan dan rendahnya perhatian terhadap lingkungan dari aktivitas industri yang yang terjadi akhir-akhir ini. Gejala ini dapat dilihat dari berbagai bencana yang terjadi, seperti banjir bandang di Jakarta dan Jawa Timur, tanah longsor di berbagai daerah pegunungan bahkan munculnya banjir lumpur bercampur gas sulfur di daerah Sidoarjo Jawa Timur yang tidak berhenti.

Pengungkapan akuntansi lingkungan adalah pengungkapan informasi yang berkaitan dengan lingkungan yang dicatat dalam laporan tahunan perusahaan. Pengungkapan akuntansi lingkungan (Environmental Accounting Disclosure) di negara berkembang termasuk Indonesia memang masih sangat kurang. Kondisi ini disebabkan karena lemahnya sanksi hukum yang berlaku [6]. Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya pihak regulator memiliki kekuatan untuk menekan pihak perusahaan dalam meminimalisasikan dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan usaha mereka. Untuk itu perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi tentang kinerja kepada publik. Beberapa bentuk media dapat digunakan perusahaan untuk menyampaikan laporan atas lingkungan, seperti laporan tahunan. Adanya informasi yang dipublikasikan akan mempengaruhi keyakinan para investor untuk melakukan penjualan atau pembelian saham. Selanjutnya reaksi tersebut akan tercermin dalam perubahan returnsaham disekitar tanggal publikasi laporan keuangan dari perusahaan tersebut.

Dewasa ini, perusahaan menyadari tujuan perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan akan tetapi perusahaan harus bisa memberikan manfaat bagi masyarakat disekitar perusahaan, perusahaan harus perduli terhadap lingkungan sekitarnya. Operasional perusahaan akan mempunyai dampak terhadap lingkungan disekitarnya, karena dampak tersebut masyarakat menuntut agar perusahaan lebih memperhatikan dampak dari operasional perusahaan. Masalah lingkungan menjadi berarti bagi investor, masyarakat dan pemerintah. Pemerintah membuat Program Penilaian Peringkat Kinerja keuangan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) dalam meningkatkan keperdulian perusahaan terhadap lingkungan. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat, terutama untuk para investor perusahaan perlu memperhatikan lingkungan. Masyarakat mulai memperhatikan aktivitas perusahaan terutama terhadap dampak dari aktivitas perusahaan terhadap lingkungan sekitar perusahaan. Kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan meningkat akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

Kinerja keuangan merupakan penilaian investor dalam membeli saham perusahaan, kinerja keuangan perusahaan harus meningkat agar dapat menarik bagi investor. Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor untuk pengambilan keputusan investor dengan peningkatan kinerja merupakan hal yang positif bagi investor.

PROPER merupakan program unggulan Kementerian Lingkungan Hidup yang berupa kegiatan dalam pengawasan dan pemberian insentif dan/atau disinsentif kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan. Pemberian penghargaan PROPER bertujuan mendorong perusahaan untuk taat terhadap peraturan lingkungan hidup dan mencapai keunggulan lingkungan (environmental excellence) melalui integrasi dalam prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan pada proses produksi dan jasa, penerapan sistem manajemen lingkungan, 3R, efisiensi energi, konservasi sumberdaya dan pelaksanaan bisnis yang beretika serta bertanggungjawab terhadap masyarakat melalui program pengembangan masyarakat.

Terkait dengan kinerja keuangan dalam pengelolaan lingkungan hidup, suatu perusahaan harus memiliki laporan tentang lingkungan hidup, di samping laporan keuangan perusahaan yang dikeluarkan setiap tahun. Hal itu, akan menunjukkan tanggung jawab sosial suatu perusahaan terhadap lingkungan. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari perusahaan, akuntansi berusahamengakomodasiperubahan kecenderungan tersebut dalam akuntansi lingkungan. Akuntansi lingkungan (environmental accounting)memilikitujuan,yaitu menginternalisasi eksternalitas (lingkungan sosial dan lingkungan ekologis), baik positif maupun negatif, ke dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Peneliti mengambil objek penelitian pada perusahaan pertambangan dan perusahaan pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012 sampai 2016. Maka dari itu, berdasarkan uraian diatas penelitian ini berjudul “Pengaruh Pengungkapan Akuntansi Lingkungan Terhadap Kinerja Keuangan Dan Kinerja Saham (Studi Pada Sektor Pertambangan Umum dan Sektor Perkebunan)”.

Kajian Pustaka

1. Pengungkapan Akuntansi Lingkungan

Pengungkapan akuntansi lingkungan adalah pengungkapan informasi yang berkaitan dengan lingkungan yang dicatat dalam laporan tahunan perusahaan. Pengungkapan akuntansi lingkungan (Environmental Accounting Disclosure) di negara berkembang termasuk Indonesia memang masih sangat kurang. Kondisi ini disebabkan karena lemahnya sanksi hukum yang berlaku [6]. Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya pihak regulator memiliki kekuatan untuk menekan pihak perusahaan dalam meminimalisasikan dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan usaha mereka. Untuk itu perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi tentang kinerja kepada publik. Beberapa bentuk media dapat digunakan perusahaan untuk menyampaikan laporan atas lingkungan, seperti laporan tahunan. Adanya informasi yang dipublikasikan akan mempengaruhi keyakinan para investor untuk melakukan penjualan atau pembelian saham. Selanjutnya reaksi tersebut akan tercermin dalam perubahan return saham disekitar tanggal publikasi laporan keuangan dari perusahaan tersebut.

2. Kinerja Keuangan

Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam [9] adalah merupakan kata benda yang artinya sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, atau kemampuan kerja. Sedangkan penilaian kinerja menurut [9] adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia sehingga penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi.

3. Return On Asset

Return On Asset (ROA) akan menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa, aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba [3]. Menurut [1] ROA merupakan hasil pengembalian total aktiva atau total investasi. ROA menunjukkan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk dapat menghasilkan laba. Perusahaan mengharapkan adanya hasil pengembalian yang sebanding dengan dana yang digunakan perusahaan.

4. Return Saham

Return saham memungkinkan para investor untuk membandingkan keuntungan actual ataupun keuntungan yang diharapkan dapat disediakan oleh berbagai investasi pada tingkat pengembalian yang diinginkan. Di sisi lain return saham juga memiliki peran yang sangat signifikan dalam menentukan nilai dari suatu investasi [2].

Perumusan Hipotesis

1. Pengaruh Pengungkapan Akuntansi Lingkungan dengan Kinerja Keuangan

Pengungkapan kinerja lingkungan dan ekonomi dalam laporan tahunan atau laporan terpisah adalah untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas, responsibilitas, dan transparansi korporat kepada investor dan stakeholders lainnya. [5] mengemukakan bahwa usaha-usaha pelestarian lingkungan oleh perusahaan akan mendatangkan keuntungan, diantaranya adalah ketertarikan pemegang saham dan stakeholders terhadap keuntungan perusahaan akibat pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab di masyarakat. Hasil lain mengindikasikan bahwa pengelolaan lingkungan yang baik, dapat menghindari klaim masyarakat dan pemerintah serta meningkatkan kualitas produk yang pada akhirnya dapat meningkatkan keuntungan ekonomi. [5] menyatakan bahwa perusahaan sebagai bagian dari tatanan sosial, maka seharusnya perusahaan melaporkan pengelolaan lingkungannya dalam annual report.

H1: Pengungkapan akuntansi lingkungan perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

2. Pengaruh Pengungkapan Akuntansi Lingkungan dengan Kinerja Saham

[11] melakukan penelitian tentang penilaian pasar atas environmental capital expenditure pada perusahaan kertas. Hasil dari penelitian tersebut adalah environmental capital expenditure berdampak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan dengan tingkat polusi berkategori tinggi. Dijelaskan bahwa, investor menggunakan informasi lingkungan untuk mengestimasi kemungkinan adanya tuntutan kewajiban di masa yang akan datang sebagai akibat polusi. Pada perusahaan dengan tingkat polusi yang tinggi ditaksir besarnya hutang atas dampak lingkungan (kontijensi) mencapai rata-rata 16,6% dari kapitalisasi pasar yang tersedia.

H2: Pengungkapan akuntansi lingkungan perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja saham perusahaan.

Kerangka Konseptual

Gambar 1. Kerangka Konseptual

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metode yang berlandaskan pada filsafat positivisme, metode yang digunakan pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel dapat dilakukan dengan perhitungan teknik sampel yang sesuai, pengumpulan data kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah di tetapkan [10].

Populasi Dan Sampel

Populasi dari penelitian ini menggunakan perusahaan sektor pertambangan umum dan sektor perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Sampel penelitian adalah perusahaan pertambangan umum dan perusahaan perkebunan yang dinilai sebagai perusahaan berisiko lingkungan yang tinggi karena proses produksinya yang memanfaatkan secara langsung sumber daya alam. Beberapa kriteria yang disyaratkan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

berkaitan dengan variabel penelitian.

  1. Perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pertambangan umum yang sudah go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta menerbitkan laporan keuangan (annual report) pada tahun 2012-2016.
  2. Perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang perkebunan yang sudah go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta menerbitkan laporan keuangan (annual report) pada tahun 2012-2016.
  3. Perusahaan yang mempunyai data-data yang
  4. Perusahaan manufaktur yang mendapatkan penilaian dari PROPER.

Tabel 1. Sampel Penelitian

Pengujian Hipotesis

Metode yang digunakan pada analisis ini adalah statistik deskriptif, namun terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Adapun uji asumsi klasiknya terdiri dari uji normalitas, uji heterokedastistas, uji multikolinieritas dan uji autokorelasi. Pengujian hipotesis menngunakan analisis regresi linier sederhana, analisis koefisien determinasi, dan uji t.

Hasil dan Pembahasan

N Minimum Maximum Mean Std.Deviation
FP 45 -.64387 .28972 .0269755 .12789249
RIT 45 -.73333 4.56000 .0384452 .88828398
PL 45 2.94118 29.41176 12.7450980 6.75365291
Valid N (listwise) 45
Table 1.Analisis Statistik DeskirptifData diolah, SPSS(2018)

Berdasarkan tabel 2 diatas, menunjukkan bahwa penelitian ini menggunakan 45 laporan keuangan tahunan. FP merupakan perhitungan kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan rasio ROA tahun 2012-2016 menunjukkan nilai manimum sebesar c-0,64387, nilai maximum sebesar 0,28972 dengan rata-rata sebesar 0,0269755 dan standar deviasi sebesar 0,12789249. Rit merupakan perhitungan kinerja saham perusahaan, dengan nilai minimum sebesar - 0,73333, nilai maximum sebesar 4,56000 dengan rata-rata sebesar 0,384452 dan standar deviasi sebesar 0,88828398, dan untuk PL merupakan perhitungan pengungkapan akuntansi lingkungan dengan nilai minimum sebesar 2,94118, nilai maximum sebesar 29,41176 dengan rata-rata sebesar 12,7450980 dan standar deviasi sebesar 6,75365291.

Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Pada gambar 2 dan 3 hasil uji normalitas pada gambar grafik terlihat bahwa penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik tidak menyebar jauh dari garis diagonal atau mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. ini menyatakan bahwa uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan jika tidak dilakukan secara hati-hati, secara visual terlihat normal namun secara statistik tidak, atau sebaliknya secara visual tidak normal namun secara statistik normal.

Gambar 2. Uji Normalitas PL Terhadap FP

Sumber: Data diolah, SPSS (2018)

Gambar 3. Uji Normalitas Rit Terhadap FP

Sumber: Data diolah, SPSS(2018)

2. Uji Heteroskedastisitas

Gambar 4. Uji Heteroskedastisitas PL Terhadap FP

Gambar 5. Uji Heteroskedastisitas PL Terhadap Rit

Pada gambar 4 dan 5 Hasil uji heteroskedastisitas pada gambar diatas terlihat bahwa scatterplot tidak membentuk suatu pola tertentu serta titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinearitas

Berdasarkan tabel 3 diatas, nilai tolerance semua variabel lebih dari 0,1 dan nilai variance inflation factor (VIF) kurang dari 10. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa data penelitian ini tidak mengalami multikolinieritas antar variabel bebas.

4. Uji Autokorelasi

Change Statistics Durbin- Watson
R Square Change FChange df1 df2 Sig. F Change
.098 4.649 1 43 .037 1.566
Table 2.Uji Autokorelasi PL Terhadap FPdata diolah dengan SPSS (2018)

Berdasarkan hasil pada tabel 4, dapat dilihat nilai durbin Watson sebesar 1,566. Kemudian ini tersebut dibandingkan dengan dl dan du. Nilai dl merupakan nilai durbin Watson statistic lower, sedangkan nilai du merupakan nilai durbin Watson statistic upper. Nilai dl dan du dapat dilihat dari tabel durbin Watson dengan a=5%. Maka ditemukan nilai dl sebesar = 1,4757 dan nilai du sebesar = 1,5660. Dengan demikian setelah dihitung dan dibandingkan dengan tabel durbin Watson, pada tabel 4.5 sebesar 1,566 berada diantara dl dan 4-du yaitu 1,4757<1,566<2,434 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi dalam penelitian ini.

Change Statistics Durbin- Watson
R Square Change FChange df1 df2 Sig. F Change
.090 .992 1 10 .343 2.231
Table 3.Uji Autokorelasi PL Terhadap Ritdata diolah dengan SPSS (2018)

Berdasarkan hasil pada tabel 5, dapat dilihat nilai durbin Watson sebesar 2,231. Kemudian ini tersebut dibandingkan dengan dl dan du. Nilai dl merupakan nilai durbin Watson statistic lower, sedangkan nilai du merupakan nilai durbin Watson statistic upper. Nilai dl dan du dapat dilihat dari tabel durbin Watson dengan a=5%. Maka ditemukan nilai dl sebesar = 0,9708 dan nilai du sebesar = 1,3314. Dengan demikian setelah dihitung dan dibandingkan dengan tabel durbin Watson, pada tabel 4.6 sebesar 2,231 berada diantara dl dan 4-du yaitu 0,9708<2,231<2,6686sehinggadapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi dalam penelitian ini.

Pengujian Hipotesis

1. Uji Regresi Linier Sederhana

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .102 .039 -.312 2.593 .013
X -.006 .003 -2.156 .037
Table 4.Analisis Regresi Linier Sederhana PL Terhadap FPData diolah dengan SPSS (2018)

Berdasarkan tabel 6 diatas, maka persamaan regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut:

Dari persamaan tersebut dapat didijelaskan bahwa :

  1. Apabila nilai variabel yang terdiri dari pengungkapan akuntansi lingkungan mempunyai nilai 0, maka variabel kinerja keuangan akan tetap sebesar 0,102, karena konstanta menunjukkan nilai sebesar 0,102.
  1. Nilai koefisien pengungkapan akuntansi lingkungan (X) sebesar -0,006. Artinya setiap ada kenaikan 1% pada variabel pengungkapan akuntansi lingkungan, maka akan terjadi penurunan sebesar -0,006 pada variabel kinerja keuangan
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,200,21 – 0,400,41 – 0,700,71 – 0,900,91 – 0,991 Sangat Lemah Lemah Kuat Sangat Kuat Kuat SekaliKorelasi Sempurna
Table 5.Kriteria KorelasiSujarweni (2014: 127)

Model R RSquare Adjusted R Square Std. Error of theEstimate
1 .312a .098 .077 .12289790
Table 6.Hasil Perhitungan Uji Koefisiensi R dan R2 PL Terhadap FPdata diolah dengan SPSS (2018)

Dari tabel 9 diatas, hasil menujukkan R sebesar 0.310 dan menurut tabel 8 nilai tersebut

keuangan akan tetap sebesar 0,102, karena konstanta menunjukkan nilai sebesar 0,102.

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -2.246 1.153 .300 -1.947 .080
X .074 .075 .996 .343
Table 7.Analisis Regresi Linier Sederhana PL Terhadap RitData diolah dengan SPSS (2018)

Berdasarkan tabel 7 diatas, maka persamaan regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut:

menunjukkan bahwa pengaruh antara kinerja keuangan dengan variabel pengungkapan akuntansi lingkungan adalah lemah kuat, karena nilai R berada pada range 0,21-0,40 maka dapat dikatakan berkorelasi lemah kuat. Dari perhitungan koefisien determinasi variabel dengan bantuan SPSS, diketahui bahwa nilai koefisien determinasi variabel Adjusted R Square adalah 0.077 atau sebesar 7,7%. Nilai ini menujukkan kinerja keuangan dipengaruhi oleh variabel pengungkapan akuntansi lingkungan hanya sebesar 7,7%, sisanya sebesar 92,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti ROE.

Model R RSquare Adjusted R Square Std. Error of theEstimate
1 .300a .090 .000 1.70423
Table 8.Hasil Perhitungan Uji Koefisiensi R dan R2 PL Terhadap Ritdata diolah dengan SPSS (2018)

Dari tabel 10 diatas, hasil menujukkan R sebesar 0.300 dan menurut tabel 8 nilai tersebut menunjukkan bahwa pengaruh antara kinerja keuangan dengan variabel pengungkapan akuntansi lingkungan adalah lemah kuat, karena nilai R berada pada range 0,21-0,40 maka dapat dikatakan berkorelasi lemah kuat. Dari perhitungan koefisien determinasi variabel dengan bantuan SPSS, diketahui bahwa nilai koefisien determinasi variabel Adjusted R Square adalah 0.000 atau sebesar 0%.. Artinya pengungkapan akuntansi lingkungan tidak berpengaruh terhadap kinerja saham.

3. Uji t

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen secara parsial memiliki hubungan yang signifikan terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil uji t dengan SPSS yang disajikan pada tabel 6 diatas, maka diketahui bahwa variabel pengungkapan akuntansi lingkungan (X) berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (Y). Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05 dengan t hitung -2,156 lebihbesar dari t tabel 2,018. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel pengungkapanakuntansi lingkungan berpengaruh signifikan terhadap variabel kinerja perusahaan secara parsial. Berdasarkan hasil uji t dengan SPSS yang disajikan pada tabel 7 diatas, maka diketahui bahwa variabel pengungkapan akuntansi lingkungan (X) tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja saham (Y). Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil tingkat signifikansi lebih besar dari 0.05 dengan t hitung 0,996 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,018. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel pengungkapan akuntansi lingkungan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel kinerja saham secara parsial.

Pembahasan

Pengungkapan Akuntansi Lingkungan Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa variabel pengungkapan akuntansi lingkungan (X) berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (Y). Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel pengungkapan akuntansi lingkungan berpengaruh signifikan terhadap variabel kinerjan perusahaan secara parsial hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian terdahulu dari [7] yang mengatakan bahwa pengungkapan akuntansi lingkungan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.

PengungkapanAkuntansiLingkungan Terhadap Kinerja Saham

Berdasarkan hasil uji t dengan SPSS yang disajikan pada tabel 4.8 diatas, maka diketahui bahwa variabel pengungkapan akuntansi lingkungan (X) tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja saham (Y). Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil tingkat signifikansi lebih besar dari 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel pengungkapan akuntansi lingkungan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel kinerja saham secara parsial hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian terdahulu dari [8] yang mengatakan bahwa pengungkapan akuntansi lingkungan tidak berpengaruh terhadap kinerja saham perusahaan.

Kesimpulan

  1. Pengungkapan akuntansi lingkungan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan karena nilai signifikansi dibawah 0,05.
  1. Pengungkapan akuntansi lingkungan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja saham karena nilai signifikansi diatas 0,05.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian analisis data penulis dapat mengajukan rekomendasi atau saran sebagai berikut :

  1. Pengungkapanakuntansi lingkungan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan karena nilai signifikansi dibawah 0,05.
  2. Pengungkapan akuntansi lingkungan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja saham karena nilai signifikansi diatas 0,05.
  3. Kepada investor disarankan untuk melihat kinerja keuangan dan return saham yang mampu dihasilkan sebelum melakukan investasi sebagai upaya melihat kondisi keuangan perusahaan dan hubungan perusahaan dengan lingkungan dan masyarakat untuk menilai prospek keberlanjutan perusahaan dimasa mendatang.
  4. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai referensi, pendukung, pedoman, pembanding, dan diharapkan untuk menambah variabel lain yang dapat dijadikan indikator dalam penelitian lanjutan. Hal ini karena masih adanya variabel-variabel yang belum ditemukan peneliti yang masih memiliki hubungan yang berkaitan dengan pengungkapan akuntansi lingkungan, kinerja keuangan, dan kinerja saham.

References

  1. Astuti, Sih Darmi. 2002. Pengujian Empiris atas Hubungan Lingkungan Strategi Kompetitif, Strategi Manufaktur, dan Kinerja Bisnis.
  2. Daniati, dkk. 2006. Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan terhadap Expected Return Saham. Paper Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.
  3. Harahap, Sofyan S. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Grafindo.
  4. Ikhsan, Arfan. 2008. Akuntansi Lingkungan
  5. dan Pengungkapannya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
  6. Ja'far, Muhammad dan Dista Amalia. 2006.
  7. Pengaruh Dorongan Manajemen Lingkungan Proaktif dan Kinerja Lingkungan Terhadap Public Environmental Reporting. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang:1-30.
  8. Lindrianasari. 2007. Hubungan Antara Kinerja Lingkungan dan Kualitas Pengungkapan akuntansi lingkungan dengan Kinerja Ekonomi Perusahaan di Indonesia. JAAI 11 (2):159-172.
  9. Nursasi, Enggar. 2017. Analisis Pengungkapan akuntansi lingkungan Terhadap Kinerja Keuangan dan Kinerja Saham. Jurnal Dinamika DotCom 8 (1):24-36.
  10. Putri, dkk. 2015. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan dan Harga Saham pada Sektor Properti. Jurnal Manajemen dan Organisasi VI (1):74-89.
  11. Sucipto. 2008. Penilaian Kinerja Keuangan.
  12. Jurnal Universitas Sumatera Utara.
  13. Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, KUalitatif, dan R& D. Bandung: Alfabeta.
  14. Utami, Wiwik. 2007. Kajian Empiris Hubungan Kinerja Lingkungan, Kinerja Keuangan, dan Kinerja Pasar: Model Persamaan Simultan. Paper Accounting Conference Universitas Indonesia:1-16.