Earnings management becomes a special day for organizations because there are often conflicts of interest called information asymmetry. The purpose of this research is to know whether the variables of GCG, earning power and leverage have an influence on the earnings management variable. The population in this research is the industrial sector companies and manufactured consumer goods on the IDX in 2017 to 2019. Purposive sampling is a sampling technique taken to determine the sample in this research so that this study found a sample of 15 companies so that the total samples taken for 3 years from 15 companies are 45 companies then secondary data which is the source of data in this study is tabulated and processed with the help of SPSS version 25 then a set of test tools to support the hypothesis with a partial t-test. This is done is the size of the Board of Commissioners which is a proxy for GCG proven to be able to influence earnings management. Managerial ownership which is a proxy for GCG is proven to be able to influence earnings management. Institutional ownership which is a proxy for GCG is able to influence earnings management. The size of the Audit Committee, which is a proxy for GCG, is proven to be able to influence earnings management. Earning Power is proven to be able to influence earnings management. Leverage is proven to be able to influence earnings management.
Di era industri yang semakin modern ini perusahaan juga dituntut untuk dapat berinovasi agar dapat bertahan dalam ketatnya persaingan serta memperoleh laba yang sebesar-besarnya. Pemilik perusahaan atau pemegang saham tentu akan memilih dan mempekerjakan seseorang yang mempunyai kompetensi dan profesional untuk diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris untuk mengelola perusahaan tersebut. Dalam teori keagenan seorang manajer memiliki peran penting sebagai pengelola suatu perusahaan agar dapat memaksimalkan laba, namun disisi lain seorang manager juga menginginkan keuntungan untuk dirinya sendiri [1]. Manajer yang bertindak sebagai pengelola suatu perusahaan tentunya mempunyai informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Manajer lebih mengetahui informasi secara internal dan perkembangan perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan dengan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Namun terkadang manajer tidak menyampaikan kondisi perusahaan yang sebenarnya sehingga informasi yang diterima oleh pemilik perusahaan (pemegang saham) tidak sesuai [2].Untuk meminimalkan terjadinya manajemen laba dan peningkatan kualitas laporan keuangan yang ada pada suatu perusahaan perlu dilakukan adanya tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Menurut teori keagenan, Corporate governance ditujukan untuk mengurangi asimetri informasi antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dengan agen (manajer). GCG (Good Corporate Governance) merupakan sistem tata kelola yang digunakan untuk mengatur hubungan antara para stakeholder (pemegang saham, kreditur, manajemen perusahaan, pemerintah, serta pihak-pihak yang terkait lainnya) yang memiliki kepentingan terhadap suatu perusahaan [2]. Kaitan antara good corporate governance dengan manajemen laba adalah dengan adanya penerapan tata kelola yang baik maka dapat meminimumkan tindakan manajemen laba pada suatu perusahaan adanya monitoring yang dilakukan oleh perusahaan, kegiatan pengawasan atau memonitoring ini bertujuan untuk mengawasi manajemen dalam mengelola suatu perusahaan agar dapat meminimalkan kesempatan manajemen dalam melakukan manajemen laba, jika tindakan monitoring ini dilakukan secara baik maka manajer juga akan kesulitan untuk melakukan manajemen laba. Beberapa penelitian yang mengungkapkan tentang manajemen laba telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Dalam penelitian yang dilakukan oleh [2] yang menyebutkan bahwa kepemilikan institusional tidak mempunyai pengaruh terhadap praktik manajemen laba. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh [3] yang menyebutkan bahwa faktor kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [4] yang menyebutkan bahwa kepemilikan institusional bepengaruh positif terhadap manajemen laba, sehingga semakin tinggi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak institusional, maka akan semakin tinggi pula tingkat manajemen laba yang terjadi di perusahaan tersebut. Selain good corporate governance, beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap manajemen laba yaitu earning power. Nilai Profitabilitas yang ada pada suatu perusahaan umumnya akan menjadi alat yang sangat dibutuhkan untuk menilai kinerja suatu perusahaan. Semakin besar nilai profitabilitas pada suatu perusahaan maka dapat dikatakan kinerja dan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba juga akan semakin besar. Penelitian yang dilakukan oleh [5] yang menyatakan bahwa praktik manajemen laba dapat dipengaruhi oleh nilai dari earning power pada perusahaan, akan tetapi setiap manajemen mempunyai teknik yang berbeda-beda tergantung dari motivasi suatu manajemen untuk melakukannya. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh [4], bahwa mereka juga menyatakan hal yang sama. Faktor lain yang dapat dijadikan dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah leverage. Rasio leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasi suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki rasio leverage yang cukup besar atau tingginya jumlah utang perusahaan dibandingkan dengan asset yang dimiliki suatu perusahaan, diduga telah melakukan praktik manajemen laba karena perusahaan tersebut dianggap tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penelitian yang dilakukan oleh [4], menyebutkan bahwa ketika suatu perusahaan dibiayai oleh hutang cenderung akan melakukan praktik manajemen laba.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dapat diklasifikasikan dalam penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan proses penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menyusun data dan menganalisis data serta menafsirkan data yang diperoleh. Data yang diolah dalam penelitian kuantitatif merupakan data sekunder yang diperoleh dari sumber yang sudah ada berupa laporan keuangan perusahaan.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perusahaan manufaktur sektor industri dan barang konsumsi yang terdaftar Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengakses situs resmi yang dikelola oleh Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan tahunan pada perusahaan manufaktur periode 2017 – 2019.
C. Indikator Variabel
Supplementary File
Gambar 1. Indikator Variabel
Sumber : Data Diolah 2022
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur sektor industri dan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2017-2019. Adapun populasi perusahaan manufaktur sektor industri dan barang konsumsi yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017 sampai dengan 2019 adalah 53 perusahaan.
Sampel penelitian merupakan sebagian dari populasi atau dari jumlah keseluruhan objek penelitian yang ada. Jika Teknik pengumpulan data sampel yang ada dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling yang bertujuan untuk memperoleh data sampel yang representatif dan sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Berikut beberapa kriteria untuk memilih sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Melalui kriteria tersebut sampel di ketahui 15 perusahaan sehingga jumlah data keseluruhan sebanyak 45 laporan keuangan perusahaan perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-2019.
E. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu dari laporan keuangan dari perusahaan manufaktur sub sektor industri dan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-2019.
F. Teknik Pengumpulan Data
Menurut [6] proses pengumpulan data merupakan tahapan penting untuk mencari hasil dari sebuah penelitian berdasarkan data yang diperoleh yang akan di olah dan akan diuji kebenarannya menggunakan hipotesis. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka yang dilakukan dengan mengolah berbagai literatur, jurnal, artikel serta media tertulis lain yang berkaitan dengan topik pembahasan. Penelitian ini juga menggunakan metode dokumentasi dengan mengumpulkan beberapa sumber dokumenter berupa laporan keuangan tahunan pada perusahaan yang menjadi sampel penelitian.
G. Teknik Analisis
Dalam rangka menguji hipotesis yang telah dirumuskan, analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan bantuan SPSS (StatisticalProductServiceSolution)ver.25.0. Analisis regresi linear berganda digunakan oleh peneliti dengan maksud untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, apabila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya) [7] :
1. Uji Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah teknik deskriptif yang memberikan informasi mengenai data yang ada dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis [2],.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data mempunyai tujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi, variabel bebas, variabel terikat, dan variabel residual terdapat distribusi secara normal ataupun tidak normal. Dalam suatu model regresi dinyatakan baik jika data tersebut normal ataupun mendekati normal. Apabila data berada disekitar garis diagonal ataupun tersebar dapat dikatakan telah memenuhi persyaratan normalitas yang diberlakukan.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat korelasi antar variabel bebas. Jika dalam model regresi terdapat korelasi antar variabel bebas maka dinyatakan terdapat permasalahan multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk mendeteksi apakah dalam model regresi linear terdapat perbedaan dari satu pengamatan dengan pengamatan lain. Cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat pada titiknya pola tertentu pada grafik scaterplot.
d. Uji Autokorelasi durbin Watson
Uji Autokorelasi digunakan untuk melihat adanya korelasi antara anggota sampel. Konsekuensi adanya autokorelasi dalam suatu model regresi adalah varian sampel tidak dapat menggambarkan varian populasinya. Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi dapat dideteksi dengan melihat nilai Durbin-Watson.
3. Analisis Korelasi dan koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur besar kecilnya persentase variabel independen dalam variabel dependen. Koefisien determinasi dapat dikatakan tepat apabila angka koefisien mendekati angka 1.
H. Uji Hipotesis
Uji statistik T digunakan untuk menguji pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika nilai signifikan t < 0,05 maka artinya variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
A. Hasil Analisis
1. Uji Multikolinearitas
Dilakukan pengujian normal multikolinearitas ini ini adalah agar diketahui kerapatan hubungan antar variabel sebelum dianalisis pada model regresi:
Tolerance | VIF | ||
1 | (Constant) | ||
Uk.Dwn.Kmsris_X1 | .614 | 1.630 | |
K.Manajerial_X2 | .154 | 6.502 | |
K.Instituti_X3 | .154 | 6.499 | |
Uk.Komite.Audt_X4 | .583 | 1.716 | |
Earning_Pwr_X5 | .545 | 1.834 | |
Leverage_X6 | .466 | 2.145 |
Dari hasil pada tabel 3 diatas terlihat bahwa tolerance > 0.1 dan VIF < 10 dengan ini dinyatakan bahwa tidak adanya multikolinieritas.
2. Uji Heterokedastisitas
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada penelitian ini, yaitu dengan melihat apakah terdapat pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED:
Gambar 2. Uji Heterokedastisitas
Sumber : Olahan SPSS, 2022
Pada gambar di atas dapat terlihat bahwa penyebaran data terlihat normal dan menyebar tidak mengumpul menjadi satu titik sehingga model regresi Dalam penelitian ini tidak adanya heterokedastisitas.
3. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas ini adalah untuk mengetahui adanya distribusi data yang tidak normal data dari variabel tersebut adalah variabel dependen dan independen. terlihat apabila data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal maka dapat diasumsikan data memenuhi normalitas berlaku juga sebaliknya dari pengertian tersebut maka berikut hasil olahan uji normalitas, uji normalitas ditampilkan ke tabel 3 berikut:
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test | |
Integritas Laporan Keuangan | |
N | 64 |
Test Statistic | .104 |
Asymp. Sig. (2-tailed) | .200c,d |
Hasil pengujian smirnov untuk menguji normalitas data terlihat bahwa nilai Asymp Sig 2 Tailed senilai 0,200 hasil ini melebihi taraf signifikansi 0,05 atau tingkat kepercayaan 5%. Sesuai dengan hasil ini maka data dapat dikatakan memiliki tingkat distribusi secara normal.
4.Uji Autokorelasi
Melalui uji durbin-watson metode pengujian yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi. pengambilan patokan secara umum nilai durbin Watson yang memiliki hasil di bawah minus 2 maka dapat disimpulkan adanya autokorelasi positif sedangkan apabila nilai Durbin Watson di antara negatif 2 hingga positif :.
Model | Durbin-Watson |
1 | 1.112 |
Pada tabel 4 terlihat bahwa nilai durbin-watson yang ditunjukkan senilai 1.112 nilai tersebut berada di antara min 2 dan + 2 artinya bahwa nilai dari DW tersebut dalam penelitian ini tidak ada autokorelasi positif atau negatif sehingga memenuhi kelayakan data.
5. Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda digunakan sebagai alat analisis pengolahan data. Penggunaan regresi linier berganda karena dalam penelitian ini menggunakan empat variabel independen terhadap satu variabel dependen:
Y = -0.233 + (-0.068) X1 + (-1.178 )X2 + (-1.288 ) X3 + 0.287 X4 + (-1.187) X5 + 0.646 X6 + e
Pada persamaan regresi diatas variabel komite audit (X1) dan leverage (X2) memiliki nilai positif hal artinya jika nilai dari variabel bebas tersebut meningkat maka akan mengakibatkan juga kenaikan manajemen laba.
6. Analisa Koefisien Determinasi
Kemudian pada persamaan regresi variabel ukuran dewan komisaris (X1), Kepemilikan Manajerial (X2), Kepemilikian Institusi (X3) dan Earning Power (X5) memiliki nilai negatif hal artinya jika nilai dari variabel bebas tersebutmenurun maka akan mengakibatkan juga menurunkan manajemen laba
Analisis koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. analisis R² karena kemampuan faktor yang dalam menjelaskan faktor variabel mungkin sangat terbatas:
Model Summary b | |||||
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate | Durbin-Watson |
1 | .691a | .478 | .395 | .18435 | 1.112 |
Pengaruh yang dihasilkan dengan R² yang didapatkan senilai 0.478 atau 47.8% sisa 52.2% dapat diperjelas oleh variabel bebas lain yang bisa diteliti dalam mempengaruhi manajemen laba (Y) . Yang artinya variabel bebas dalam penelitian ini mempengaruhi variabel terikat sebesar 47.8%, sedangkan sisanya sebesar 52.2% dipengaruhi oleh faktor-faktor variabel lain yang tidak diteliti dalam riset ini.
7. Uji Hipotesis
Uji t ini berfungsi supaya ya dapat diketahui adanya pengaruh dari variabel bebas ukuran dewan komisaris (X1), kepemilikan manajerial (X2), kemepilikan institusi (X3), ukuran komite audit (X4), earning power (X5) dan leverage (X6) terhadap manajemen laba (Y). Berikut hasil pengujian berdasarkan statistik t yang didapatkan dari hasil olah data pada riset ini disajikan pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Variabel | t | Sig. |
Uk.Dwn.Kmsris_X1 | -3.060 | .004 |
K.Manajerial_X2 | -3.742 | .001 |
K.Instituti_X3 | -4.421 | .000 |
Uk.Komite.Audt_X4 | 2.914 | .006 |
Earning_Pwr_X5 | -2.263 | .029 |
Leverage_X6 | 2.770 | .009 |
a) Uji Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris (X1) Terhadap Manajemen Laba (Y)
Agar dapat diketahui kebenaran hipotesis yang pertama yang menyatakan good corporate governance yang diproksikan oleh ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba yang diperoleh dari hasil signifikansi dari uji t parsial sebesar 0.004 nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,004 0,05) maka Ha diterima dan H0 ditolak. Artinya variabel ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga hipotesis yang pertama yang menyatakan good corporate governance yang diproksikan oleh ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdapat di BEI periode 2017-2019, dapat diterima.
b) Uji Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba
Agar dapat diketahui kebenaran hipotesis yang pertama yang menyatakan bahwa good corporate governance yang diproksikan oleh kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba yang diperoleh dari hasil signifikansi dari uji t parsial sebesar 0.001 nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,001 ≤ 0,05) maka Ha diterima dan H0 ditolak. Artinya variabel kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga hipotesis yang kedua yang menyatakan good corporate governance yang diproksikan oleh kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdapat di BEI periode 2017-2019, dapat diterima.
c) Uji Pengaruh Kepemilikan Institusi Terhadap Manajemen Laba
Agar dapat diketahui kebenaran hipotesis yang pertama yang menyatakan bahwa good corporate governance yang diproksikan oleh kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba yang diperoleh dari hasil signifikansi dari uji t parsial sebesar 0.000 nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,000 ≤ 0,05) maka Ha diterima dan H0 ditolak. Artinya variabel kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga hipotesis yang ketiga yang menyatakan good corporate governance yang diproksikan oleh kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdapat di BEI periode 2017-2019, dapat diterima.
d) Uji Pengaruh Komite Audit Terhadap Manajemen Laba
Agar dapat diketahui kebenaran hipotesis yang pertama yang menyatakan bahwa good corporate governance yang diproksikan oleh komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba yang diperoleh dari hasil signifikansi dari uji t parsial sebesar 0.006 nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,006 ≤ 0,05) maka Ha diterima dan H0 ditolak. Artinya variabel komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga hipotesis yang keempat yang menyatakan good corporate governance yang diproksikan oleh komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdapat di BEI periode 2017-2019, dapat diterima.
e) Uji Pengaruh Earning Power Terhadap Manajemen Laba
Agar dapat diketahui kebenaran hipotesis yang pertama yang menyatakan bahwa earning powerberpengaruh terhadap manajemen laba yang diperoleh dari hasil signifikansi dari uji t parsial sebesar 0.029 nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,029 ≤ 0,05) maka Ha diterima dan H0 ditolak. Artinya variabel earning powerberpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga hipotesis yang kelima yang menyatakan earning power berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdapat di BEI periode 2017-2019, dapat diterima
f) Uji Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba
Agar dapat diketahui kebenaran hipotesis yang pertama yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh terhadap manajemen laba yang diperoleh dari hasil signifikansi dari uji t parsial sebesar 0.009 nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,009 ≤ 0,05) maka Ha diterima dan H0 ditolak. Artinya variabel leverageberpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga hipotesis yang kelima yang menyatakan leverage berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdapat di BEI periode 2017-2019, dapat diterima.
B. Pembahasan
1. Ukuran Dewan Komisaris (X1) Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba (Y)
Sesuai dengan hasil analisis pada pembahasan sebelumnya dugaan sementara yang merupakan hipotesis penelitian kemudian diuji dengan melalui uji t secara parsial menunjuukan hasil signifikansi dari uji t parsial sebesar 0.004 nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,004 0,05) maka variabel ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba, dalam hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian oleh [8] yang sama sama mebuktikan bahwa good corporate governance yang diproksikan oleh Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba. Berdasarkan teori keagenan, dewan komisaris dianggap sebagai mekanisme pengendalian intern tertinggi, yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Pengawasan dilakukan agar kecenderungan manajer untuk melakukan manajemen laba berkurang agar investor tetap memberikan kepercayaan untuk menanamkan investasinya pada perusahaan. Hasil pada penelitian-penelitian sebelumnya banyak yang menemukan adanya pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba. Semakin besar ukuran dewan komisaris, maka semakin besar pula manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Namun karena dewan komisaris bertugas untuk memonitor atas pelaporan keuangan perusahaan, maka perannya diharapkan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas. Hal ini juga sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh [9] yang menyatakan bahwa semakin banyak tingkat kehadiran Dewan Komisaris Independen dalam rapat koordinasi yang terjadwal meningkatkan informasi yang terkait dengan operasi perusahaan sehingga dapat melakukan kontrol yang efektif terhadap perilaku manajer untuk melakukan tindakan oportunis.
2. Kepemilikan Manajerial (X2) Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba (Y)
Berdasarkan dengan hasil analisis uji hipotesis yang telah dilakukan di pembahasan sebelumnya mengemukakan bahwa adanya pengaruh good corporate governance yang diproksikan oleh kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil signifikansi dari uji t parsial sebesar 0.001 nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,001 ≤ 0,05) maka variabel kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba, dalam hasil uji hipotesis yang dibuktikan bahwa hasil tersebut juga didukung oleh hasil riset terdahulu yang dikemukakan oleh (Jao dan Pagalung,2011) dalam penelitian tersebut sama sama membuktikan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba. Manajer yang bertindak sebagai pengelola suatu perusahaan tentunya mempunyai informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Manajer lebih mengetahui informasi secara internal dan perkembangan perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan dengan pemilik perusahaan atau pemegang saham dalam perusahaan sektor industri barang konsumsi peran kepemilikan manajerial jika manajer memiliki saham yang terdapat dalam perusahaan maka manajer cenderung selalu menginginkan imbal hasil yang nantinya diterima oleh perusahan sehingga manajer akan bertindak supaya sesuai dengan keinginan manajer dan investor karena merasa adanya kepemilikan mananerial ini. Penelitian yang dilakukan oleh [8], yang menunjukkan bahwa mekanisme good corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial mampu menurunkan tindakan manajemen laba. Dimana, besarnya kepemilikan manajerial pada suatu perusahaan akan mampu menurunkan tindakan manajemen laba karena apabila seorang manajer juga memiliki saham di perusahaannya maka manajer tersebut akan melindungi sahamnya dengan cara tidak memanipulasi laporan keuangan perusahaan.
3. Kepemilikan Institusi (X3) Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba (Y)
Berdasarkan dengan hasil analisis uji hipotesis yang telah dilakukan di pembahasan sebelumnya mengemukakan bahwa adanya pengaruh good corporate governance yang diproksikan oleh kepemilikan institusiberpengaruh terhadap manajemen laba. hasil signifikansi dari uji t parsial sebesar 0.006 nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,000 ≤ 0,05) artinya variabel kepemilikan institusi berpengaruh terhadap manajemen laba. Dalam hasil pada riset ini juga didukung oleh hasil penelitian terdahulu yang dikemukakan oleh [2] mengemukakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusional mempunyai peranan penting dalam pengelolaan manajemen hal ini dikarenakan pada kepemilikan institutional institusional ownership dapat membantu dalam pemantauan agar manajer disiplin dalam melakukan aktivitas usahanya. Pendapat para pemiliki perusahaan bahwa pihak institutional memiliki hak suara yang dapat memaksa manajer perusahaan agar memfokuskan kegiatan usahanya pada bidang peekonomian perusahaan sehingga dapat menghindari peluang adanya kepentingan pibadi, kepemilikan institusional ini dengan harapan agar dapat membantu mengawasi, memantau dan tindakan disiplin terhadap perusahaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Jao dan Pagalung, 2011), menunjukkan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. [2] mendefinisikan bahwa adanya kepemilikan saham yang dimilikai oleh lembaga institusional dapat meningkatkan pengawasan terhadap kinerja keuangan yang lebih optimal pada perusahaan.
4. Kepemilikan Komite Audit (X4) Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba (Y)
Berdasarkan dengan hasil analisis uji hipotesis yang telah dilakukan di pembahasan sebelumnya mengemukakan bahwa adanya pengaruh good corporate governance yang diproksikan oleh komite auditberpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil signifikansi dari uji t parsial sebesar 0.006 nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,006 ≤ 0,05) artinya variabel komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba, kemmudian hasil dalam riset ini juga sama sama dibuktikan dan didukung oleh hasil penelitian terdahulu yang dikemukakan oleh [8] yang sama sama juga mmeberikan hasil bahwa komite auditberpengaruh terhadap manajemen laba. Komite audit bertujuan untuk memastikan bahwa manajemen membuat keputusan yang didasarkan oleh kebijakan akuntansi, pengungkapan akuntansi, dan praktik yang sesuai dengan standar akuntansi dari audit internal serta untuk mengembangkan kualitas laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen yang dapat digunakan oleh pihak eksternal untuk proses pengambilan sebuah keputusan [2], Komite audit mempunyai peran yang cukup penting dalam proses terlaksananya mekanisme tata kelola perusahaan yang baik. Dalam pelaksanaan tugasnya komite menyediakan komunikasi dalam bentuk formal antara dewan, manajemen, auditor eksternal, dan auditor internal. Adanya komunikasi formal antara komite audit, auditor internal, dan auditor eksternal dilakukan dengan baik. Proses audit internal dan eksternal yang baik akan menghasilkan tingkat akurasi laporan keuangan yang tinggi dan kepercayaan terhadap laporan keuangan pun meningkatkan agar apabila dalam manajemen memerlukan kebijakan yang harus segera diambil maka dengan adanya kualitas dalam laporan keuangan tersebut keputusan akan dapat dengan mudah diambil.
5. Earning Power (X5) Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba (Y)
Berdasarkan dengan hasil analisis uji hipotesis yang telah dilakukan di pembahasan sebelumnya mengemukakan bahwa adanya pengaruh earning power berpengaruh terhadap manajemen laba. hasil signifikansi dari uji t parsial sebesar 0.029 nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,029 ≤ 0,05) artinya variabel earning powerberpengaruh terhadap manajemen laba, dalam hasil penelitian ini didukung oleh hasil yang dikemukakan oleh Penelitian yang dilakukan oleh [3], mengindikasikan bahwa tindakan manajer perusahaan cenderung melakukan manajemen laba dengan cara income minimization (minimisasi laba) maupun income maximization (maksimisasi laba) dengan tujuan untuk menciptakan kinerja perusahaan yang baik sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan agar memperoleh kepercayaan dari para investor. earnings power merupakan kemampuan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar kecilnya dalam menghasilkan laba. Investor beranggapan bahwa earnings power yang tinggi akan menjamin pengembalian investasi serta akan memberikan keuntungan yang layak, oleh karena itu perusahaan harus menampilkan kinerja menejemen yang baik sehingga earnings power perusahaan dapat dilihat maksimal.
6. Leverage(X5)Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba (Y)
Berdasarkan dengan hasil analisis uji hipotesis yang telah dilakukan di pembahasan sebelumnya mengemukakan bahwa adanya pengaruh leverage berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil signifikansi dari uji t parsial sebesar 0.009 nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,009 ≤ 0,05) maka Ha diterima dan H0 ditolak. Artinya variabel leverageberpengaruh terhadap manajemen laba, dalam hasil penelitian ini didukung oleh hasil yang dikemukakan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh [11], menunjukkan bahwa leverage berpengaruh terhadap manajemen laba manfaat menghitung rasio leverage bagi suatu perusahaan adalah untuk melihat bagaimana prospek serta perbandingan kemampuan suatu perusahaan dalam jangka panjang. Sehingga dapat dilihat apakah sumber dana tambahan tersebut dapat meningkatkan sistem operasional menjadi lancar atau tidak berpengaruh sama sekali. Dengan adanya leverage hal itu dapat menunjukan seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh utang. Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total aset. Semakin besar tingkat leverage berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan..
Sesudah penelitian dilakukan maka sesuai dengan hasil analisis penelitian maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : Uji hipotesis menunjukkan bahwa Good Corporate Governance yang diproksikan oleh Ukuran Dewan Komisaris terbukti mampu mempengaruhi manajemen laba, melalui hasil uji t parsial signifikansi sebesar 0.001 nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,001 ≤ 0,05). Kepemilikan Manajerial yang merupakan proksi dari GCG dibuktikan mampu mempengaruhi manajemen laba, melalui hasil uji t parsial signifikansi sebesar 0.006 nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,001 ≤ 0,05). Kepemilikan Institusional yang merupakan proksi dari GCG mampu mempengaruhi manajemen laba, melalui hasil uji t parsial signifikansi sebesar 0.000 nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,000 ≤ 0,05). Ukuran Komite Audit yang merupakan proksi dari GCG terbukti mampu mempengaruhi manajemen laba, melalui hasil uji t parsial signifikansi sebesar 0.006 nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,006 ≤ 0,05). Earning Power terbukti mampu mempengaruhi manajemen laba, melalui hasil uji t parsial.signifikansi sebesar 0.029 nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,029 ≤ 0,05).
Leverage terbukti mampu mempengaruhi manajemen laba, melalui hasil uji t parsial signifikansi sebesar 0.009 nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,009 ≤ 0,05).