This study aims to determine the effect of capital structure, firm size and dividend policy on firm value. Several previous studies on firm value showed different results. Therefore, other research needs to be done to retest the theory of firm value. The population of this study was 15 manufacturing companies. The sampling method used was purposive sampling method, so that 15 sample companies were obtained for 3 years of observation (2018 - 2020) with 45 observations (observations). The research data were obtained from sample companies which were downloaded from the Indonesia Stock Exchange website. The data analysis technique used is descriptive statistical analysis and multiple regression analysis. The process of data analysis carried out first is descriptive statistics, classical assumption test, multiple regression analysis and then hypothesis testing. The results of this study partially show that capital structure, firm size and dividend policy have a significant effect on firm value. The results of this study indicate that capital structure, firm size and dividend policy have a simultaneous effect on firm value. Keywords - Capital Structure, Firm Size, Dividend Policy and Firm Value
Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi menandai lajunya arus globalisasi. Pada saat itu kondisi persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat, sehingga menuntut para pelaku ekonomi untuk membuat dan melaksanakan strategi yang tepat untuk mempertahankan kelangsungan hidup bisnis mereka, baik secara individual maupun dalam koorporasi. Banyaknya perusahaan dalam industri, ditambah kondisi perekonomian yang semakin sulit, menciptakan suatu persaingan yang ketat antar perusahaan manufaktur.
Persaingan dalam dunia usaha, khususnya pada perusahaan manufaktur, membuat setiap perusahaan semakin meningkatkan kinerja agar tujuannya dapat tercapai. Tujuan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan [1]. Dilihat dari sudut pandang manajemen keuangan, peningkatan nilai perusahaan diartikan dengan memaksimalkan kesejahteraan pemilik dengan berdasarkan struktur modal, ukuran perusahaan dan kebijakan dividen yang tercermin dalam harga saham di pasar modal [2].
Peran manajer keuangan memiliki pengaruh yang besar terhadap kinerja perusahaan. Pentingnya peran manajer keuangan sangat bergantung pada besar kecilnya perusahaan tempat bekerja. Semakin besar perusahaan, maka peran manajer akan terbagi sesuai dengan kebutuhannya [3].
Pertumbuhan perusahaan manufaktur industri mempertahankan posisi untuk mendominasi dalam pembangunan ekonomi Indonesia, karena sangat terkait langsung dengan daya beli masyarakat. Kinerja perusahaan manufaktur yang baik nantinya meningkatkan kepercayaan publik terhadap perusahaan, Sebaliknya, jika kinerja perusahaan manufaktur berada di bawah level optimal, maka pada level tersebut kepercayaan publik terhadap perusahaan akan berkurang [4].
Nilai perusahaan sangat penting bagi kelangsungan suatu perusahaan, hal ini kemungkinan akan berdampak pada nilai perusahaan. Salah satunya keputusan yang harus dihadapi para manajer perusahaan dalam menghadapi kelangsungan operasi perusahaan [5]. Nilai perusahaan dapat dihasilkan dari kerja manajemen dari beberapa aspek termasuk arus kas bersih yang dihasilkan oleh keputusan investasi, Pertumbuhan dan biaya modal perusahaan. Bagi investor, nilai perusahaan merupakan konsep yang penting karena nilai perusahaan merupakan indikator bagaimana pasar mengevaluasi semua perusahaan. Nilai perusahaan yang lebih tinggi merupakan keinginan pemilik Perusahaan, karena nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegangnya Persediaannya juga tinggi [6]. Nilai perusahaan dilihat dari perkembangan harga saham perusahaan di pasar saham. Harga saham yang tinggi berdampak positif terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang baik menjadi prospek perusahaan yang positif di masa depan. Rasio Price to Book Value (PBV) digunakan untuk mengukur nilai perusahaan. PBV dihitung dengan perbandingan price dengan nilai buku saham [7]. Price yang digunakan dalam perhitungan PBV harga saham saat closing price, sedangkan nilai buku saham diukur antara perbandingan total modal saham biasa dengan jumlah saham biasa yang beredar. Nilai PBV yang tinggi menjadi keinginan para pemilik saham perusahaan dan merupakan salah satu tujuan perusahaan [8]. Tetapi berdasarkan data rata – rata nilai perusahaan dengan menggunkan indikator Price To Book Value (PBV) pada sub sektor manufaktur yang terdaftar di BEI, sebagai berikut :
NO | KODE | PBV | ||
2018 | 2019 | 2020 | ||
1 | ASII | 2,43 | 1,89 | 1,56 |
2 | BIRD | 1,78 | 1,38 | 1,17 |
3 | KLBF | 4,87 | 4,77 | 3,98 |
4 | KINO | 1,85 | 1,87 | 1,54 |
5 | IDPR | 1,73 | 1,46 | 0,61 |
6 | WIKA | 1,00 | 1,08 | 1,30 |
7 | CTRA | 1,63 | 1,30 | 1,25 |
8 | ACES | 5,63 | 6,04 | 5,42 |
9 | TSPC | 1,21 | 1,14 | 1,04 |
10 | MICE | 0,34 | 0,34 | 0,30 |
11 | ACST | 1,22 | 0,79 | 2,97 |
12 | DPNS | 0,43 | 0,34 | 0,36 |
13 | MAPI | 25,48 | 2,45 | 2,83 |
14 | FASW | 4,06 | 4,49 | 4,06 |
15 | ARNA | 2,85 | 2,76 | 3,88 |
Dapat dilihat pada Tabel 1.1 bahwa Price To Book Value (PBV) mengalami penurunan, hal tersebut dapat menurunkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut, walaupun nilai dari PBV tidak jatuh terlalu jauh, namun jika hal tersebut terjadi terus menerus dapat mengakibatkan perusahaan manufaktur mengalami kerugian.
Struktur modal merupakan rasio modal terhadap hutang perusahaan. Perusahaan dengan tingkat perkembangan usaha yang lebih tinggi akan membutuhkan sumber pendanaan yang cukp besar, oleh karena itu membutuhkan pihak luar untuk menyediakan dana tambahan guna meningkatkan permintaan dana dalam proses pengembangan usaha. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan memberikan bukti empiris bahwa pertumbuhan aset dapat meningkatkan nilai perusahaan karena adanya ekspektasi investor terhadap keuntungan dimasa depa [9]).
Ukuran perusahaan digunakan skala yang dapat diklarifikasikan menurut berbagai metode, termasuk total aktiva, ukuran size, nilai pasar saham, dll. Besar kecilnya perusahaan akan mempengaruhi kemampuannya dalam menahan resiko yang timbul dari berbagai situasi yang dihadapi perusahaan [10]. Perusahaan besar tidak terlalu berisiko dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan besar dapat lebih menguasai kondisi pasar sehingga dapat menghadapi persaingan ekonomi. Selain itu, perusahaan besar memiliki sumber daya yang lebih banyak daripada perusahaan kecil untuk meningkatkan nilai perusahaan karena memiliki lebih banyak sumber informasi eksternal dibandingkan perusahaan kecil [11].
Selain itu, besarnya perusahaan juga menentukan tingkat kepercayaan investor. Semakin besar suatu perusahaan maka masyarakat akan semakin memahaminya yang artinya semakin mudah memperoleh informasi yang dapat menambah nilai perusahaan [12]. Bahkan perusahaan besar yang total asetnya memiliki nilai aset yang cukup besar dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Dari segi ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan sehingga aset tersebut dapat digunakan untuk operasional perusahaan [13].
Kebijakan dividen berkaitan dengan kebijakan mengenai seberapa besar laba yang diperoleh perusahaan akan didistribusikan kepada pemegang saham[14]. Perusahaan yang dapat memberikan dividen tinggi juga akan mendapatkan nilai kepercayaan yang tinggi dari para investor, karena investor lebih menyukai kepastian tentang return investasinya dan mengantisipasi risiko ketidakpastian tentang kebangkrutan perusahaan. Dividen yang tinggi akan membuat para investor tertarik sehingga meningkatkan permintaan saham. Permintaan saham yang tinggi akan membuat para investor menghargai nilai saham lebih besar dari pada nilai yang tercatat pada neraca perusahaan, sehingga PBV perusahaan tinggi dan nilai perusahaan pun tinggi [15]. Dengan demikian maka kebijakan dividen memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan [16].
Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab kalau makin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang ditahan, dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan dalam pendapatan dan harga sahamnya. Kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatan yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah semakin kecil[17].
Maka penulis ingin mengetahui nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang diukur dengan menggunakan rasio keuangan perusahaan dan beberapa variabel pengukur selama periode tahun 2018 sampai dengan tahun 2020, dengan judul: “PENGARUH STRUKTUR MODAL, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR PERIODE 2018 – 2020”.
Artikel-artikel yang dimuat di Jurnal UMSIDA adalah artikel yang telah melalui proses penelaahan oleh mitra bestari. Keputusan diterima atau tidaknya suatu artikel ilmiah di jurnal ini menjadi hak dari Ketua Penyunting berdasarkan atas rekomendasi dari mitra bestari.
A. Lokasi Penelitian
Lokasi pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018 - 2020. Berdasar Annual Report dan laporan keuangan tahun 2018 – 2020 yang diterbitkan Bursa Efek Indonesia (BEI). Aneka Industri dan Industri Barang Konsumsi. Periode pengamatan dilakukan selama tiga tahun yaitu 2018 – 2020
B. Populasi dan Sambel
Populasi yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2020 dengan jumlah populasi sebanyak 15 perusahaan. Penelitian ini menggunakan purpose sampling, yaitu teknik pengambilan sampel penelitian berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu. Sampel penelian ini diambil secara purpose sampling, dimana sampel yang digunakan apabila memenuhi kriteria oleh peneliti
C. Jenis dan Sumber Data
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Pendekatan kuantatif merupakan variabel yang nilainya dinyatakan dalam angka-angka. Dengan pendekatan kuantitatif deskriptif menjelaskan suatu keadaan atau fenomena dalam bentuk angka. Pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, Analisis data bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk menguji teori dan hipotesis penelitian yang telah ditetapkan. Dalam penlitian ini data yang digunakan adalah yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2020 dengan jumlah populasi sebanyak 15 perusahaan
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik dokumenter, yaitu teknik pengambilan data dengan cara mengumpulkan mencatat, dan mengkaji. Penelitian ini menggunkan data yang bersumber dari laporan keuangan dan annual report perusahaan manufaktur yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2020
E. Kerangka Konseptual
Supplementary Files
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan pendapat atau asumsi sementara atas rumusan masalah dalam penelitian, yang mana rumusan masalah berbentuk pertanyaan. Hipotesis dikatakan sementara karena jawaban yang dinyatakan berdasarkan teori dan penelitian terdahulu. Didasarkan rumusan masalah yang tertera di atas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
H1: struktur modal berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
H2: ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
H3: kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
H4: struktur modal, ukuran perusahaan dan kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
A. Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis data yang dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan variabel yang diteliti berupa angka-angka sebagai dasar untuk berbagai pengambilan keputusan. Dalam hal ini tujuan analisis deskriptif dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bahwa variabel nilai perusahaan, kebijakan dividen, ukuran perusahaan dan struktur modal dengan analisis statistik deskriptif berupa rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data dan meringkas data yang diobservasi. Dalam statistik deskriptif juga dapat dilakukan mencari kuatnya hubungan antar variable melalui analisis korelasi, melakukan prediksi dengan analisis regresi dan membuat perbandingan dengan memandingkan rata - rata data sampel atau populasi. Uji statistik deskriptif tersebut dilakukan dengan program Econometric Views (Eviews). Adapun hasil dri uji deskriptif sebagai berikut:
PBV | DER | SIZE | DPR | |
Mean | 2.686222 | 0.986889 | 29.67244 | 0.514667 |
Median | 1.630000 | 0.570000 | 29.69000 | 0.320000 |
Maximum | 25.48000 | 5.260000 | 33.49000 | 5.700000 |
Minimum | 0.300000 | 0.110000 | 26.48000 | 0.000000 |
Std. Dev. | 3.816096 | 1.039171 | 1.684206 | 0.876830 |
Observations | 45 | 45 | 45 | 45 |
2. Uji Asumsi Klasik
a . Uji Normalitas
Beikut adalah hasi dari uji normalitas:
Supplementary Files
Gambar 1.2 Hasil Uji Normalitas
b. Uji Autokorelasi
Tes autokorelasi adalah tes aumsi yang secara teratur digunakan dalam model kambuh langsung untuk mengenali kekurangan autokorelasi (hubungan antara kesalahan gangguan dalam kerangka waktu t dan kesalahan pelecehan pada periode terakhir (t-1). Jika ada koneksi, itu dapat menunjukkan masalah autokorelasi. Tes autokorelasi harus dimungkinkan menggunakan tes Durbin Watson, tes Langrage Multiplier (LM), Uji Statistik Q, dan Runt Test. Berikut adalah hasil dari uji autokorelasi :
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: | ||||
F-statistic | 2.664399 | Prob. F(2,39) | 0.0823 | |
Obs*R-squared | 5.409483 | Prob. Chi-Square(2) | 0.0669 |
c. Uji Heteroskedatisitas
Heteroskedatisitas menunjukkan bahwa variasi variabel tidak setara untuk semua persepsi atau persepsi. Dengan asumsi perbedaan dari sisa satu persepsi ke bagian lain yang tersisa, homocedatisity terjadi. Model kekambuhan yang layak adalah bahwa tidak ada heteroskedatisitas. Cara mengidentifikasi ketidaksesuaian atau nonattendance heteroskedastisity adalah dengan melihat keterkecong di scatterplot. Jika dalam scatterplot bintik menyebar sewenang-wenang, baik di atas maupun di bawah pada angka 0 (nol) pada hub ke atas atau hub Y, itu dapat menunjukkan bahwa tidak ada heteroskedastisity.
Heteroskedasticity Test: White | ||||
F-statistic | 1.547474 | Prob. F(9,35) | 0.1702 | |
Obs*R-squared | 12.80936 | Prob. Chi-Square(9) | 0.1714 | |
Scaled explained SS | 8.667364 | Prob. Chi-Square(9) | 0.4685 |
d. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik..seharusnya tidak..terjadi korelasi..diantara..variabel independen .Jika variabel independen.saling berkorelasi, maka.variabel – variabel ini tidak ortogonal. ..Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol untuk mendeteksi.atau.tidaknya.multikolinearitas.dalam regresi.adalah sebagai berikut :
Berikut adalah hasil dari uji multikoleniaritas:
DER | SIZE | DPR | |
DER | 1.000000 | -0.156053 | 0.149703 |
SIZE | -0.156053 | 1.000000 | -0.094749 |
DPR | 0.149703 | -0.094749 | 1.000000 |
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi merupakan suatu metode statistik yang digunakan.untuk mengukur pengaruh.variabel bebas terhadap variabel.terikat. Dalam penelitian ini metode analisis yang di.gunakan untuk menjawab hipotesis yang tertuang dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, Dengan persamaan sebagai berikut :
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e
Keterangan:
Y = nilai perusahaan
a = Intersep.atau konstanta
b1 =koefisien.regresi X1
b2 = koefisien.regresi X2
b3 = koefisien.regresi X3
X1 = struktur modal
X2 = ukuran perusahaan
X3 =kebijakan.deviden
E =Standart Error (tingkat kesalahan)
Beriut adalah hasil dari Analisis Rgresi Linier Berganda
Variable | Coefficient | Std. Error | t-Statistic | Prob. |
C | 320.6024 | 58.38177 | 5.491481 | 0.0000 |
DER | -1.867831 | 0.725762 | -2.573616 | 0.0138 |
SIZE | 0.283592 | 0.132484 | 2.140574 | 0.0383 |
DPR | -2.436186 | 1.034635 | -2.354634 | 0.0234 |
Berdasarkan data diatas didapat persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
Y = 320.60 – 1,86X1 + 0,28X2 – 2,43X3 + e
Dari persamaan diatas maka dapat dijadikan acuan untuk diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Koefisien Konstanta Bernilai Positif
Artinya jika variabel Struktur Modal, Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Deviden = 0, maka nilai variabel terikat akan bernilai sebesar 320,6024. Dengan kata lain, apabila Struktur Modal, Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Deviden tidak memberikan pengaruh maka Nilai Perusahaan akan bernilai sebesar 320,6024, hasil ini menunjukkan nilai yang positf artinya bahwa sedang terjadi kenaikan keuangan.
2. Koefisien Struktur Modal Bernilai Negatif
Artinya setiap kenaikan Struktur Modal meningkat, tidak akan disertai dengan peningkatan Nilai Perusahaan juga. Sedangkan setiap penurunan Struktur Modal menurun, tidak akan disertai dengan penurunan Nilai Perusahaan.
3. Koefisien Ukuran Perusahaan Bernilai Positif
Artinya setiap kenaikan Ukuran Perusahaan meningkat, akan disertai dengan peningkatan Nilai Perusahaan juga. Sedangkan setiap penurunan Ukuran Perusahaan menurun, akan disertai dengan penurunan Nilai Perusahaan.
4. Koefisien Kebijakan Deviden Bernilai Negatif
Artinya setiap kenaikan Kebijakan Deviden meningkat, tidak akan disertai dengan peningkatan Nilai Perusahaan juga. Sedangkan setiap penurunan Kebijakan Deviden menurun, tidak akan disertai dengan penurunan Nilai Perusahaan.
4. Pengujian Hipotesis
Pengujian ini dilakukan untuk melakukan pembuktian hipotesis yang didasarkan pada penelitian yang sudah ada.Pengujian ini meliputi uji t, uji f dan koefisien determinan. Adapun hasil dari uji hipotesis adalah sebagai berikut:
Variable | Coefficient | Std. Error | t-Statistic | Prob. |
C | 320.6024 | 58.38177 | 5.491481 | 0.0000 |
DER | -1.867831 | 0.725762 | -2.573616 | 0.0138 |
SIZE | 0.283592 | 0.132484 | 2.140574 | 0.0383 |
DPR | -2.436186 | 1.034635 | -2.354634 | 0.0234 |
B. Pembahasan
1. Pengaruh Langsung Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan
Hasil penelitian menunjukan bahwa struktur modal memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Tanda koefisien negatif menunjukan bahwa variabel struktur modal dan nilai perusahaan memiliki hubungan searah, semakin baik Struktur Modal (DER) belum tentu semakin baik pula nilai perusahaan (PBV). Modal perusahaan yang sebagian besar didanai dengan hutang telah digunakan secara efektif. Adanya hutang akan dapat digunakan untuk mengendalikan free cash flow secara berlebihan oleh manajemen, sehingga terhindar dari investasi yang sia-sia, dan belum tentu juga akan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan rasio hutang merupakan sinyal positif bagi investor dengan asumsi bahwa cash flow perusahaan dimasa yang akan datang akan terjaga dan menunjukan optimisme dari manajemen dalam melakukan investasi.
2. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan
Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Tanda koefisien positif menunjukan bahwa variabel ukuran perusahaan dan nilai perusahaan memiliki hubungan yang searah dimana jika perusahaan memiliki total aset yang besar maka membuat pihak manajemen lebih leluasa dalam menggunakan aset yang ada. Jumlah aset yang besar akan meningkatkan nilai perusahaan jika dilihat dari sisi pemilik perusahaan. Perusahaan yang besar mampu memanfaatkan asetnya secara efektif sehingga aset yang digunakan perputaran yang semakin cepat.
3. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan
Kebijakan dividen diproksikan dengan variabel Devidend Payout Ratio (DPR) memiliki pengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan variabel Price to Book Value (PBV). Tanda koefisien positif menunjukan bahwa variabel kebijakan dividen dan nilai perusahaan memiliki hubungan yang searah dimana kebijakan dividen akan mempengaruhi harga saham. Jika dividen yang dibayarkan tinggi maka harga saham akan tinggi sehinga berpengaruh terhadap tingginya nilai perusahaan.
4. Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan secara simultan
Secara bersama-sama literasi Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Deviden memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi Struktur Modal, Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Deviden maka akan semakin tinggi pula Nilai Perusahaan. Nilai Perusahaan dapat dikatakan baik setelah dilakukan penilaian secara keseluruhan pada aspek keuangan. Tentunya hal ini akan mencerminkan bagaimana aktivitas perusahaan itu dilakukan, yang berkaitan dengan prestasi kerja perusahaan.
Berdsarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :