This study aims to determine the effect of Board of Commissioners Size, Company Size, and Profitability on Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosures (Study on Pharmaceutical Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange 2016-2019). The sampling method used is purposive sampling method. The number of companies that were sampled in this study were 8 Pharmaceutical Companies Listed on the IDX for the 2016-2019 period. The data used is secondary data. The data analysis method used in this research is Multiple Linear Regression. The results of this study indicate that the size of the Board of Commissioners has an effect on Corporate Social Responsibility in pharmaceutical companies listed on the IDX for the 2016-2019 period. Company size has an effect on Corporate Social Responsibility in pharmaceutical companies listed on the IDX for the 2016-2019 period. Profitability has an effect on Corporate Social Responsibility in pharmaceutical companies listed on the IDX for the 2016-2019 period.
Perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat. Dalam menjaga eksistensinya, perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Hubungan antara perusahaan dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik yang saling memberi dan membutuhkan. Keduanya merupakan aspek penting yang harus diperhatikan agar tercipta hubungan yang baik sehingga keberadaan perusahaan membawa perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakat [1]. Dewasa ini tuntutan terhadap perusahaan semakin besar karena selain dituntut untuk mengejar profit, perusahaan juga harus memerhatikan dan terlibat dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat serta turut aktif berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan [2]. Pada perusahaan bisnis yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya alam, seringkali perusahaan mengabaikan dampak sosial dan lingkungan yang terjadi atas tindakan ekonomi yang dilakukan dimana tindakan tersebut dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, misalnya penggundulan hutan, polusi udara, pencemaran air karena limbah pabrik, dan lain sebagainya. Atas keresahan tersebut masyarakat menuntut perusahaan untuk mengubah perilakunya dengan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Hal ini disebabkan karena perilaku eksploitatif yang ditunjukkan dalam pemanfaatan sumber daya alam dan kurangnya tanggungjawab terhadap lingkungan (fisik dan sosial) yang terkadang menyebabkan kurang terjalinnya hubungan sosial dengan masyarakat [3]. Dalam realitanya, pertumbuhan perusahaan manufaktur sektor industri dan konsumsi tidak akan lepas dari dampak lingkungan yang ditimbulkan. Mulai dari proses produksi hingga sisa limbah yang di hasilkan dari perusahaan industri dan konsumsi masih menjadi momok yang besar di Indonesia. Kurangnya perencanaan perusahaan akan dampak lingkungan yang ditimbulkan masih menjadi salah satu sebab utama rusaknya lingkungan.. Di Indonesia, permasalahan lingkungan semakin menjadi perhatian baik oleh pemilik investor maupun konsumen. Masih banyak terdapat berbagai konflik industri seperti kerusakan alam akibat eksploitasi alam yang berlebih tanpa diimbangi dengan perbaikan lingkungan, ataupun polusi limbah pabrik yang sangat merugikan lingkungan sekitarnya. Beberapa dampak lingkungan seperti pencemaran air, tanah, udara, banjir, dan beberapa dampak lingkungan lainnya menunjukkan bahwa masih banyak perusahaan di Indonesia yang kurang memperdulikan dampak aktivitas terhadap lingkungan. Tanggungjawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan wacana yang relatif cukup menjadi perhatian yang dapat dipertimbangkan belakangan ini. Pengungkapan CSR oleh perusahaan memberi pengaruh positif meskipun tidak signifikan. Namun pengembangan perusahaan dengan tetap mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan demi kepentingan stakeholder tentu akan lebih baik jika diperhatikan dan dilaksanakan [4]. CSR dalam dunia bisnis dirasa sangat bermanfaat sebagai salah satu strategi bisnis untuk memperoleh keunggulan kompetitif. Menurut World Business Council on Sustainable Development (WBCSD) dalam [5] Corporate Social Responsibility (CSR) adalah “suatu komitmen dari perusahaan untuk melaksanakan etika keperilakuan (behavioural ethic) dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable economic development).”
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah seperangkat kibijakan, praktik dan program yang terintegrasi di seluruh operasi bisnis dan proses pengambilan keputusan serta dimaksudkan untuk memastikan bahwa perusahaan memaksimalkan dampak positif dari operasinya pada masyarakat atau “operasi dengan cara yang memenuhi atau melebihi etika, hukum, komersial dan harapan publik” [6]. CSR merupakan kewajiban perusahaan untuk pengembangan pemangku kepentingan dan untuk menghindari serta mengoreksi setiap konsekuensi negatif yang timbul dari kegiatan usaha [7]. Corporate Social Responsibility (CSR) terdiri dari 3 lingkup atau dimensi kinerja, yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, dan kinerja sosial. Berkaitan dengan pelaksanaan CSR, perusahaan bisa dikelompokkan ke dalam beberapa kategori. Meskipun cenderung menyederhanakan realitas, tipologi ini menggambarkan kemampuan dan komitmen perusahaan dalam menjalankan CSR [8]. Pengakategorian dapat memotivasi perusahaan dalam mengembangkan program CSR dan dapat pula dijadikan cermin dan guideline untuk menentukan model CSR yang tepat. Dewan komisaris memegang peranan penting akan perusahaan, terutama dalam tata kelola perusahaan yang baik. Dewan komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan memberikan petunjuk dan arahan pada perusahaan, Dewan komisaris ditunjuk oleh RUPS dan dalam UU No. 40 Tahun 2007 [9]. Ukuran dewan komisaris adalah jumlah dewan komisaris yang dimiliki perusahaan. Semakin banyak anggota dewan komisaris maka akan semakin meningkatkan pengendalian dalam perusahaan dan akan menekan manajemen dalam mengungkapkan pertanggungjawaban social [10]. Profitabilitas merupakan hasil akhir dari keseluruhan kebijakan serta keputusan yang dipilih oleh manajemen bisnis [10]. Seluruh 4 kebijakan apapun yang ada dalam oganisasi jika berjalan dengan baik dan berdampak positif akan menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien, sehingga akan mendatangkan keuntungan perusahaan yang memuaskan. Salah satu rasio profitabilitas adalah Return On Assets (ROA) atau disebut rentabilitas Aset yang menunjukkan besarnya laba tersedia bagi para pemegang saham [11]. Laba yang tinggi akan meningkatkan tangung jawab sosial yang lebih luas oleh perusahaan dalam laporan tahunan. Ukuran perusahaan merupakan mengenai besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan variabel penduga yang sering menjelaskan berbagai macam variasi pengungkapan sosial yang digunakan perusahaan dalam laporan tahunan perusahaan [6]. Ukuran perusahaan dapat diartiakan sebagai skala yang mengidentifikasikan besar atau kecilnya perusahaan menggunakan berbagai cara antara lain dinyatakan ke dalam total aset, total penjualan, nilai pasar saham, dan lainnya.
[10] melakukan penelitian tentang “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Komite Audit, Ukuran Dewan Komisaris, Profitabilitas, Likuiditas , Profil Perusahaan, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dalam Laporan Tahunan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris, likuiditas, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sementara itu, variabel kepemilikan manajemen, komite audit, profitabilitas, dan profile perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. [11] meneliti tentang “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris, Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ukuran perusahaan dan profitabilitas yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, sedangkan ukuran dewan komisaris dan leverage tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan pemahaman mengenai hubungan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. [12] meneliti tentang “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan corporate Social Responsibility Di Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan Berkategori High Profile Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas, kepemilikan saham publik dan pengungkapan media tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Dewan komisaris dan leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Adapun profitabiltas, ukuran perusahaan, kepemilikan saham publik, dewan komisaris, leverage dan pengungkapan media (media exposure) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. [13] meneliti tentang “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Dan Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Pengungkapan Tanggunjawab Sosial Perusahaan, Leverage berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan. Sedangkan Profitabilitas dan Ukuran Dewan Komisaris tidak berpengaruh terhadap Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan. [14] meneliti tentang “Pengaruh Indikator Good Corporate Governance Dan Profitabilitas Pada Pengungkapan Corporate Social Responsibility”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan CSR, sementara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan profitabilitas berpengaruh signifikan pada pengungkapan CSR. [2] meneliti tentang “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Dan Ukuran Dewan Komisaris Pada Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang tidak berpengaruh yaitu ukuran perusahaan yang dikarenakan seluruh perusahaan yang diteliti baik perusahaan dengan total aset yang besar maupun kecil sama-sama mengungkapkan CSR. Leverage juga tidak berpengaruh terhadap CSR diindikasikan karena manajemen lebih mengoptimalkan laba agar tidak menjadi perhatian debtholders.
Perlu dilakukan adanya penelitian lanjutan yang berguna untuk mengetahui hasil temuan yang jika diterapkan pada kondisi lingkungan dan waktu yang berbeda, karena dalam fenomena di atas dan juga penelitian terdahulu masih menghasilkan temuan yang tidak konsisten. Maka dari itu dalam penelitian ini akan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi Corporate Sosial Responsibility dengan menggunakan periode waktu dan obyek yang berbeda dari penelitian sebelumnya , sehingga akan memberikan hasil penelitian yang berbeda pula dengan penelitian terdahulu. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap pengungkapan Corporate Sosial Responsibility. Perlu dilakukan adanya penelitian lanjutan untuk melengkapi penelitian terdahulu mengenai pengungkapan Corporate Sosial Responsibility yang pernah dilakukan. Penelitian ini menggunakan variable Ukuran Dewan komisaris, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Corporate Sosial Responsibility. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya . Perbedaannya pada populasi, waktu dan sampel yang digunakan yaitu Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di BEI Periode 2016-2019. Industri farmasi merupakan yang termasuk ke dalam sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Hal tersebut bisa dilihat melalui kumpulan data pada ICMD (Indonesian Capital Market Directory), yaitu laporan keuangan yang dihimpun oleh BEI. Sektor farmasi di Indonesia telah tumbuh besar 12,5% per tahun. Selama beberapa tahun terakhir antara tahun 2007-2013 berkembang sebesar 85% (Pacific Bridge Medis) dan diharapkan pada tahun 2014 mendapat peningkatan lain dari peluncuran awal asuransi kesehatan nasional (BPJS). Pada tahun 2014 asosiasi farmasi Indonesia memperkirakan penjualan nasional naik setidaknya 13% menjadi 54 triliun rupiah. Obat resep, obat-obatan over-the-counter dan suplemen makanan (gizi dan vitamin) semua mengalami peningkatan penjualan. Perusahaan konsultan health melihat pasar farmasi Asia melampaui setiap wilayah lain di dunia dengan CAGR sebesar 11,4%-14,4% pada periode 2012-2017 [15]
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan diatas, adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan data sekunder sebagai sumber data [16]. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan tahunan perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016-2019. Penelitian ini menganalisa dan menjelaskan Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris , Ukuran Perusahaan, Dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Sosial Responbility (CSR) pada perusahaan farmasi di Indonesia periode 2016-2019.
Indikator Variabel
No. | Variabel | Pengukuran | Sumber |
Ukuran Dewan Komisaris | UDK = (Orang) | [10] | |
Ukuran Perusahaan | Ukuran Perusahaan = Ln_Total Aset | [2] | |
Profitabilitas | RO A = Laba Bersih setelah pajak x 100% Total Aset | [17] | |
Pengungkapan CSR | CSRDIj = | [18] |
Sampel
Perusahaan yang menjadi sampel dari penelitian ini dipilih menggunakan metode purposive sampling, dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu atau karakteristik tertentu.
Kriteria dari pemilihan sampel adalah sebagai berikut :
No. | Kriteria Sampel | Jumlah Perusahaan |
Jumlah perusahaan farmasi yang tercatatat di BEI periode tahun 2016-2019 | 10 | |
3. | Perusahaan yang tidak menyediakan data lengkap sesuai kriteria penelitian periode 2016-2019 | (2) |
4. | Jumlah Perusahaan Yang diteliti | 8 |
Jumlah Observasi 8 x 4 Tahun | 32 |
No. | Negara | Nama Perusahaan | Kode Perusahaan |
Indonesia | PT. Darya Varial Laboratorium Tbk | DVLA | |
Indonesia | PT. Indofarma (Persero) Tbk | INAF | |
Indonesia | PT. Kimia Farma (Persero) Tbk | KAEF | |
Indonesia | PT. Kalbe Farma Tbk | KLBF | |
Indonesia | PT. Merck Tbk | MERK | |
Indonesia | PT. Pyridam Farma Tbk | PYFA | |
Indonesia | PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk | SQBB | |
Indonesia | PT. Tempo Scan Pacific Tbk | TSPC |
Teknik Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
2. Asumsi Klasik
3. Analisis Regresi Linear Berganda [19]
4. Pengujian Hipotesis
Hasil
1. Analisis Regresi Linear Berganda
Dalam rangka menguji pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap CSR, maka digunakan analisis regresi berganda. Perhitungan dilaksanakan dengan program SPSS versi 23 dan diperoleh hasil sebagai berikut:
Model | Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | t | Sig. | ||
B | Std. Error | Beta | ||||
1 | (Constant) | .011 | .097 | 2.119 | .007 | |
UDK | .903 | .003 | .200 | 7.994 | .009 | |
UP | .405 | .004 | .264 | 4.331 | .004 | |
ROA | .965 | .000 | -.179 | 3.044 | .005 | |
a. Dependent Variable: CSR |
Pada table tersebut mengenai hasil pengolahan SPSS, maka dapat dibuat persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Y = 0.011 + 0.903 X1 + 0.405 X2 + 0.965 X3 + e
Persamaan regresi linier berganda diatas dapat diartikan bahwa :
1. Konstanta adalah sebesar 0.011. Hal ini berarti jika tidak dipengaruhi Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas maka besarnya CSR sebesar 0.011.
2. Koefisien variabel Ukuran Dewan Komisaris sebesar 0.903. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan Ukuran Dewan Komisaris sebesar satu satuan maka CSR juga mengalami peningkatan sebesar 0.903 dengan asumsi bahwa faktor lainnya adalah konstan atau tetap.
3. Koefisien variabel Ukuran perusahaan sebesar 0.405. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan Ukuran Perusahaan sebesar satu satuan maka CSR juga mengalami peningkatan sebesar 0.405 dengan asumsi bahwa faktor lainnya adalah konstan atau tetap.
4. Koefisien variabel Profitabilitas sebesar 0.965. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan Profitabilitas sebesar satu satuan maka CSR juga mengalami peningkatan sebesar 0.965 dengan asumsi bahwa faktor lainnya adalah konstan atau tetap.
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Uji (R²) digunakan untuk menghitung tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Adapun analisis determinasi berganda adalah alat analisis untuk mengetahui besarnya sumbangan variabel bebas secara simultan (serempak) terhadap naik turunnya variabel terikat. Hasil penghitungan SPSS mengenai analisisnya ditujukan oleh tabel di bawah ini:
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate | Durbin-Watson | |
dimension0 | 1 | .956a | .808 | .123 | .02448 | 1.987 |
a. Predictors: (Constant), ROA, UP, UDK | ||||||
b. Dependent Variable: CSR |
Pada table diatas diketahui bahwa nilai koefisien korelasi R adalah 0,956 atau mendekati 1. Artinya terdapat hubungan (korelasi) yang kuat antara variabel bebas yang meliputi Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap variabel terikat yaitu CSR. Adapun analisis determinasi berganda, dari tabel diatas diketahui presentase pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang ditujukan oleh nilai R square adalah 0,808 maka koefisien determinasi berganda 0,808 x 100%= 80,8% dan sisanya 100% - 80,8%= 19,2%. Hal ini berarti naik turunnya variabel terikat yaitu CSR dipengaruhi oleh veriabel bebas yaitu Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas sebesar 80,8%. Sedangkan sisanya sebesar 19,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
b. Uji t (Uji parsial)
Pada uji hipotesis ini menggunakan uji t dipergunakan untuk mengukur tingkat pengaruh signifikansi secara parsial antara variabel independen yang meliputi Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap CSR pada perusahaan Farmasi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (a=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
Hasil perhitungan SPSS versi 23 mengenai analisis uji t (uji parsial) ditunjukkan oleh table dibawah ini :
Model | Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | t | Sig. | ||
B | Std. Error | Beta | ||||
1 | (Constant) | .011 | .097 | 2.119 | .007 | |
UDK | .903 | .003 | .200 | 7.994 | .009 | |
UP | .405 | .004 | .264 | 4.331 | .004 | |
ROA | .965 | .000 | -.179 | 3.044 | .005 | |
Dependent Variable: CSR |
No. | Uraian | Hasil | Keterangan |
1 | Hipotesis 1 :Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Corporate Sosial Responsibility pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI periode 2016-2019. | Diterima | 7.994 > 1.70113 0,009 < 0,05 |
2 | Hipotesis 2 :Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Corporate Sosial Responsibility pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI periode 2016-2019. | Diterima | 4.331 > 1.70113 0,004 < 0,05 |
3 | Hipotesis 3 :Profitabilitas berpengaruh terhadap Corporate Sosial Responsibility pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI periode 2016-2019. | Diterima | 3.044 > 1.70113 0,005 < 0,05 |
Pembahasan
1. Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Corporate Sosial Responsibility pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI periode 2016-2019.
Hasil pengujian Regresi Linear Berganda Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Corporate Sosial Responsibility pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI periode 2016-2019.menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,009 dibawah tingkat signifikansi 0,05 (5%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Corporate Sosial Responsibility diterima dan mempengaruhi perusahaan dalam meningkatkan pengungkapan Corporate Sosial Responsibility. Hasil pengujian yang dilakukan dapat mendukung hipotesis yang diajukan.
Semakin besar jumlah anggota dewan komisaris maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Apabila dikaitkan dengan pengungkapan tangung jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya. [6] mengatakan dengan wewenang yang dimiliki, dewan komisaris dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk menekan manajemen agar mengungkapkan informasi CSR lebih banyak, sehingga dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran dewan komisaris yang lebih banyak akan lebih banyak mengungkapkan CSR. Dengan pengungkapan CSR, maka tujuan perusahaan untuk mendapatkan legitimasi dari stakeholder, bisa terwujud. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh [10], [8], dan [6] menunjukkan bahwa dewan komisaris berpengaruh terhadap CSR.
2. Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Corporate Sosial Responsibility pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI periode 2016-2019.
Hasil pengujian Regresi Linear Berganda Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Corporate Sosial Responsibility pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI periode 2016-2019 menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,004 dibawah tingkat signifikansi 0,05 (5%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Corporate Sosial Responsibility diterima dan mempengaruhi perusahaan dalam meningkatkan pengungkapan Corporate Sosial Responsibility. Hasil pengujian yang dilakukan dapat mendukung hipotesis yang diajukan.
Menurut [5] menyatakan bahwa ada beberapa penelitian empiris telah banyak menyediakan bukti mengenai hubungan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan sosial perusahaan. Perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disoroti oleh masyarakat luas, sehingga dengan adanya pengungkapan yang lebih banyak oleh entitas bisnis maka merupakan bagian dari pengurangan biaya tekanan politis sebagai wujud tanggung jawab sosial entitas. Secara teoritis, perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan, dan perusahaan besar dengan aktivitas operasi dan pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan akan semakin luas [1]. Hal ini berarti program tanggung jawab sosial perusahaan juga semakin banyak dan akan diungkapkan dalam laporan tahunan. Oleh karena itu perusahaan yang lebih besar lebih dituntut untuk memperlihatkan/mengungkapkan tanggung jawab sosialnya. Hasil penelitian yang di lakukan oleh [10], [21], [8], [13], dan [6] menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility (CSR).
3. Profitabilitas berpengaruh terhadap Corporate Sosial Responsibility pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI periode 2016-2019.
Hasil pengujian Regresi Linear Berganda Profitabilitas berpengaruh terhadap Corporate Sosial Responsibility pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI periode 2016-2019 menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,005 dibawah tingkat signifikansi 0,05 (5%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis Profitabilitas berpengaruh terhadap Corporate Sosial Responsibility diterima dan mempengaruhi perusahaan dalam meningkatkan pengungkapan Corporate Sosial Responsibility. Hasil pengujian yang dilakukan dapat mendukung hipotesis yang diajukan.
Semakin tinggi profitabilitas yang didapatkan oleh perusahaan, maka akan semakin banyak pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan. perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah mulai menganggap penting keberadaan pengungkapan tanggung jawab sosial. Selain itu, perusahaan beranggapan bahwa pengungkapan CSR bukanlah hal yang merugikan atau tidak bermanfaaat bagi keberlangsungan perusahaan, melainkan dapat menjadi langkah strategis jangka panjang yang akan memberikaan efek positif bagi perusahaan dan memberikan citra yang baik bagi pemegang saham. Dengan pengungkapan CSR diharapkan dapat mengurangi konflik keagenan. Dengan demikian manajemen menunjukkan bahwa perolehan laba tidak hanya digunakan untuk kepentingannya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan investor dan masyarakat luas melalui pengungkapan CSR yang dilakukan. Hasil penelitian yang di lakukan oleh [21], [14] dan [6] menunjukkan bahwa Profitabilitas berpengaruh terhadap CSR.
Penelitian ini meneliti tentang Simpanan Mudharabah yang dipengaruhi oleh Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas. Analisis dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda dengan menggunakan program SPSS 23. Data sampel penelitian sebanyak 8 perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2016-2019. Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
Keterbatasan Penelitian
Saran