Human Resource Management
DOI: 10.21070/ijler.2019.V5.391

The Role of Organizational Commitment and Work Stress on Nurse Performance


Peran Komitmen Organisasi dan Stres Kerja terhadap Kinerja Perawat

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Organizational Culture Organizational Commitment Work Stress Burnout Nurse Performance

Abstract

This study aims to determine the effect of Organizational Culture, Organizational Commitment, Work Stress and Burnout on the Performance of Nurses at the Siti Khodijah Muhammadiyah Hospital Sepanjang branch - Sidoarjo. This research includes quantitative research with hypothesis testing. The samples used in this study were 67 nurses at the Siti Khodijah Muhammadiyah Hospital Sepanjang branch - Sidoarjo. The analysis used is the multiple linear regression test ,F test, t test,  multiple correlation coefficient test (R), and the coefficient of determination test (R2) which is tested using  SPSS version 18.0 for windows. This primary data is obtained from a questionnaire whose test uses a Likert scale that is tested for validity and reliability and the data is declared valid and reliable. The results of this study prove that Organizational Culture, Organizational Commitment, Work Stress and Burnout simultaneously significantly influence Nurse’s Performance. Organizational Culture has a significant partial effect on Nurse Performance, Organizational Commitment has a Significant Partial effect on  Nurse Performance, Work Stress has a Significant Partial effect on Nurse Performance, and Burnout has a Significant negative Partial effect on Nurse Performance. Besides the variable Organizational Commitment has the most significant influence on the performance of nurses at the Siti Khodijah Muhammadiyah Hospital Sepanjang branch - Sidoarjo.

Pendahuluan

Rumah sakit merupakan salah satu bentuk organisasi industri jasa yang bergerak dibidang kesehatan dimana salah satu upaya yang dilakukan adalah mendukung rujukan dari pelayanan tingkat dasar seperti puskesmas. Demi kelangsungan organisasinya, rumah sakit harus dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya menjadi keunggulan kompetitif. Salah satu sumber daya yang paling penting dalam menentukan keberhasilan organisasi adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia terbanyak dalam organisasi rumah sakit adalah perawat. Perawat merupakan salah satu komponen terpenting dalam pemberian pelayanan dirumah sakit dan menjadi tolak ukur yang menentukan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, hal ini dikarenakan perawat lebih sering bertatap muka dengan pasien dibandingka dengan seorang dokter. Dalam rumah sakit perawat mempunyai banyak sekali tugas dan tanggung jawab yang menyebabkan profesi pearawat rentan mengalami permasalahan-permasalahan yang dapat mempengaruhi kinerja perawat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat dalam meningkatkan efektifitas organisasi salah satunya berasal dari budaya organisasi. Budaya organisasi dikatakan baik jika antar karyawan mempunyai nilai-nilai bersama yang dianggap baik dan sesuai dengan ketentuan organisasi. Semakin baik nilai saling berbagi dan saling menerima maka akan semakin memperkuat budaya yang di tetapkan organisasi dalam berprilaku. Jika budaya organisasi yang ditetapkan baik maka akan berakibat baik pula terhadap kinerja yang dihasilkan. Menurut [1] budaya yang kuat akan mendukung terciptanya sebuah prestasi yang positif bagi anggotanya dalam hal ini budaya yang diinternalisasikan oleh pihak pimpinan akan berpengaruh terhadap sistem prilaku para pendidik dan staff bawahnya baik di dalam organisasi maupun diluar organisasi. Budaya organisasi yang baik dalam perusahaan juga akan menimbulkan suatu komitmen organisasi. Komitmen Organisasi merupakan keadaan psikologis yang mengkarakteristikan hubungan perawat dengan organisasi atau implikasinya yang mempengaruhi apakah perawat dapat bertahan dengan organisasi itu atau tidak [2]. Komitmen organisasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu stres kerja. Jika stres kerja yang terjadi pada anggota organisasi tinggi maka akan menyebabkan komitmen organisasi menjadi rendah sehingga akan mempengaruhi kinerja anggotanya.

Seorang perawat juga rentan mengalami stress dalam bekerja, hal ini dikarenakan seorang perawat yang bekerja lebih lama daripada dokter. Menurut [3] stres kerja merupakan kondisi ketegangan yang merupakan bentuk stres kerja yang akan berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Seorang yang mengalami stres kerja akan menempatkan dirinya pada berbagai perilaku tidak normal seperti tegang, gugup, selalu cemas, hingga tekanan darah tinggi. Seorang perawat memiliki banyak sekali tugas dan tanggung jawab, sehingga pekerjaan yang di lakukan perawat dapat menyebabkan mereka sangat rentan untuk mengalami stress dikarenakan banyaknya tugas dan tekanan yang ada. Pekerjaan perawat memiliki beberapa karakteristik yang menciptakan tuntutan kerja yang tinggi, seperti jadwal kerja yang ketat, tanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan diri sendiri dan orang lain serta dituntut untuk mampu bekerja secara tim [4]. Padatnya tuntutan pekerjaan dan tanggung jawab perawat menyebabkan profesi perawat rentan mengalami Burnout. Burnout merupakan istilah yang digunaka untuk menyatakan kondisi dimana terjadinya kondisi menurunnya energi mental atau fisik setelah periode stress berkepanjangan, yang berkaitan dengan pekerjaan atau cacat fisik [5]. Hal ini tentunya juga sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan (perawat).

[6] menyatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas maupun kuantitas yang telah dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanaka tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja karyawan yang semakin baik diharapkan dapat membawa dampak positif bagi organisasi. Kinerja yang baik adalah kinerja yang optimal, yaitu kinerja yang sesuai dengan standar organisasi yang telah ditetapkan untuk mendukung tercapainya tujuan organisasi. Apabila kinerja suatu anggota organisasi menurun akan berdampak negatif dan sangat merugikan bagi organisasi.

Pada Rumah Sakit Siti Khodijah Muhammadiyah cabang Sepanjang – Sidoarjo, kemungkinan Budaya Organisasi yang diterapkan belum sepenuhnya dijalankan dengan baik hal ini dikarenakan sering adanya miss komunikasi yang dilakukan oleh dokter dan perawat sehingga perawat sering mendapatkan komplain dari pasien dan keluarga pasien. Jumlah tenaga medis yang bertugas juga tidak sebanding dengan jumlah pasien yang berkunjung. Jumlah pasien yang berkunjung pada bagian rawat inap setiap harinya berjumlah 40 - 60 pasien dengan tenaga medis yang bertugas sebanyak 4 – 6 orang perawat. Ini berarti rata-rata beban kerja yang dilakukan oleh masing-masing perawat adalah menangani 10 orang pasien setiap harinya. Meskipun beban ini belum bisa dikategorikan tinggi atau rendah. Namun faktor kondisi, maupun jenis perawatan pasien juga berpengaruh pada beban kerja perawat. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas mengenai permasalahan yang dihadapi rumah sakit maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Stres Kerja Dan Burnout Terhadap Kinerja Perawat Rumah Sakit Siti Khodijah Muhammadiyah Cabang Sepanjang - Sidoarjo”.

Metode Penelitian

Rumah Sakit Siti Khodijah Muhammadiyah cabang Sepanjang yang beralamatkan di jalan Pahlawan No.260 Sepanjang Sidoarjo. Populasi dalam Penelitian ini adalahseluruh perawat Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang yang berjumlah 200 orang yang tersebar pada 5 devisi, yaitu : Rawat Inap. Rawat Jalan, IGD, ICU, dan Ruang Operasi. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Proportional Sampling [7]. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 67 responden yang di hitung menggunakan rumus slovin [8], yaitu : n =

Jenis data dalam penelitian ini berasal dari data primer dan sekunder. Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah data kuantitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data berupa kuisoner yang diisi oleh responden. Data sekunder ysng digunakan adalah sejarah berdirinya, struktur organisasi, visi dan misi, dan sasaran atau tujuan yang ingin dicapai dan data-data lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Metode pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data yang akan menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian [9].Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunkan metode survery langsung dengan menggunakan kuisoner. Kuisoner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden yang nantinya harus di jawab atau diisi oleh responden [10]. Kuisoner yang digunakan dalam hal ini berupa kuisoner tertutup yakni kuisoner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih dan menjawabnya secara langsung. Dalam penelitian ini, jawaban yang diperoleh responden akan diukur dengan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial [10].

Hasil dan Pembahasan

Uji Validitas

Figure 1.Uji Validitas

Pada hasil gambar 1 pengujian validitas menyatakan bahwa seluruh item pernyataan kuesioner dari variabel (X) dan (Y) memiliki nilai koefisien > 0,30. Sehingga dapat dikatakan bahwa item pernyataan kuesioner dari variabel (X) dan variabel (Y) dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk menggukur variabel yang telah diteliti.

Uji Reliabilitas

Figure 2.Uji Reliabilitas

Dari seluruh variabel tersebut diketahui nilai koefisien reabilitas Alpha Cronbach > 0,60, maka dapat dikatakan bahwa instrumen kuesioner yang digunakan memiliki reliabilitas.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Figure 3.Uji Normalitas

Berdasarkan gambar 3 menujukkan bahwa sebaran data membentuk titik-titik yang mendekati garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.

Uji Linearitas

Figure 4.Uji Linearitas

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai Sig. Linearity untuk variabel Budaya Organisasi dengan Kinerja Perawat sebesar 0,560 lebih besar dari 0,05 (0,560 > 0,05) maka model regresi memiliki hubungan yang linear. Selanjutnya Komitmen Organisasi dengan Kinerja Perawat sebesar 0,072 lebih besar dari 0,05 (0,072 > 0,05) maka model regresi memiliki hubungan yang linear. Kemudian Stres Kerja dengan Kinerja Perawat sebesar 0,700 lebih besar dari 0,05 (0,700 > 0,05) maka model regresi memiliki hubungan yang linear. Kemudian variabel Burnout dengan Kinerja Perawat sebesar 0,072 lebih besar dari 0,05 (0,072 > 0,05) maka model regresi memiliki hubungan yang linear.

Uji Multikolinearitas

Figure 5.

Berdasarkan hasil pengujian pada gambar 5, menujukkan bahwa perhitungan nilai tolerance lebih besar dari 0,01 ( ≥ 0,01 ) dan nilai VIF lebih kecil dari 10 (≤ 10), maka dapat disimpulkan bahwa diantara variabel bebas (Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Stres Kerja dan Burnout) tidak saling mempengaruhi.

Uji Autokorelasi

Figure 6. Uji Autokorelasi

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai DW (Durbin Watson) sebesar 1,715. Nilai DW berada diantara 1,65 dan 2,35 (1,65 < 1,715 < 2,35) yang artinya regresi berganda yang digunakan tidak terjadi Autokorelasi..

Uji Heteroskedastisitas

Figure 7. Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan pada gambar 7 dapat dilihat bahwa didalam Scatterplot titik-titik menyebar secara acak baik dibagian atas angka 0 atau dibagian bawah angka 0 dari sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas.

Analisis Regresi Linear Berganda

Figure 8.Analisis Regresi Linear Berganda

Pengujian Hipotesis

Figure 9.Uji F

Dari gambar 9 diperoleh nilai Fhitung sebesar 5,464 , dan Ftabel sebesar 2,52, Artinya Fhitung 5,464 lebih besar dari Ftabel sebesar 2,52 dan tabel diatas juga menunjukkan nilai Sig = 0,001 yang lebih kecil dari α = 0,05 maka hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terkait.

Figure 10.Uji t

Berdasarkan tabel Uji T diperoleh Thitung sebesar 1,808. Hal ini menunjukkan Thitung 1,808 lebih besar dari Ttabel 1,670. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterimayang artinya variabel Budaya Organisasi secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap Kinerja Perawat.

Berdasarkan tabel Uji T diperoleh Thitung sebesar 1,920. Hal ini menunjukkan Thitung 1,920 lebih besar dari Ttabel 1,670. Dengan demikian H0 ditolak dan H2 diterimayang artinya variabel Komitmen Organisasi secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap Kinerja Perawat.

Berdasarkan tabel Uji T diperoleh Thitung sebesar 0,698. Hal ini menunjukkan Thitung 0,698 lebih kecil dari Ttabel 1,670. Namun dilihat dari nilai sinifikansi yang dioperoleh yaitu sebesar 0,488 lebih besar dari 0,05. Karena ( Sig ≥ 0,05 = 0,488 ≥ 0,05) maka H0 ditolak dan H3 diterimayang artinya variabel Stres Kerja secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap Kinerja Perawat.

Berdasarkan tabel Uji T diperoleh Thitung sebesar – 0,560. Hal ini menunjukkan Thitung - 0,560 lebih kecil dari Ttabel 1,670. Namun dilihat dari nilai sinifikansi yang dioperoleh yaitu sebesar 0,578 lebih besar dari 0,05. Karena ( Sig ≥ 0,05 = 0,578 ≥ 0,05) maka H0 ditolak dan H4 diterima, artinya variabel Burnout secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap Kinerja Perawat.

Figure 11.

Dapat dilihat pada tabel Uji R, nilai R sebesar 0,511 (51,1%) hal ini menunjukkan bahwa variabel independen dan variabel dependen cukup kuat karena nilainya lebih dari 50%.

Berdasarkan tabel Uji R Square dapat dijelaskan bahwa koefisien determinan pada penelitian ini sebesar 0,261 atau 26,1%. Hal ini menunjukkan bahwa naik turummya variabel terikat yaitu Kinerja Perawat (Y) dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu Budaya Organisasi (X1), Komitmen Organisasi (X2), Stres Kerja (X3) dan Burnout (X4) sebesar 0,261 atau 26,1%.dan sisanya 73,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Pembahasan

Hipotesis Pertama : Ada pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Stres Kerja dan Burnout secara Simultan terhadap Kinerja Perawat. Hasil analisis data membuktikan bahwa Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Stres Kerja dan Burnout secara Simultan terhadap Kinerja Perawat. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa setiap peningkatan nilai variabel Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Stres Kerja dan Burnout secara bersama-sama akan meningkatkan nilai Kinerja Perawat. Budaya Organisasi yang baik, komitmen organisasasi yang tinggi, serta stres kerja dan Burnout yang tidak terlalu tinggi akan meningkatkan Kinerja Perawat.

Hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat pada penelitian ini cukup kuat dan searah antara variabel bebas yang meliputi Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Stres Kerja dan Burnout dengan variabel terikat yaitu Kinerja Perawat, yang artinya jika variabel bebas yang meliputi Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Stres Kerja dan Burnout dijaga dengan baik maka akan meningkatkan juga variabel terikat yaitu Kinerja Karyawan, demikian juga sebaliknya.

Hipotesis kedua : Ada pengaruh Budaya Organisasi , Komitmen Organisasi, Stres Kerja dan Burnout secara Parsial terhadap Kinerja Perawat.Berdasarkan hasil analisis data membuktikan bahwa Budaya organisasi berpengaruh secara parsial terhadap kinerja perawat Rumah Sakit Siti Khodijah Muhammadiyah cabang Sepanjang - Sidoarjo. Sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi Budaya Organisasi maka Kinerja Perawat juga semakin tinggi. Hal ini dapat disimpulakan bahwa semakin baik budaya organisasi yang diterapkan akan berdampak positif terhadap Kinerja Perawat.

Budaya Organisasi yang diterapkan pada Rumah Sakit Siti Khodijah Muhammadiyah cabang Sepanjang - Sidoarjo sudah terlaksana dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya hubungan yang baik antara atasan dengan bawahan, karena atasan percaya dengan keahlian dan kepribadian yang di miliki oleh bawahannya dalam menyelesaikan pekerjaannya. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa variabel komitmen organisasi berpengaruh secara parsial dan signifikan terhaap kinerja perawat Rumah Sakit Siti khodijah Muhammadiyah cabang Sepanjang - Sidoarjo. Dalam penelitian ini komitmen organisasi dimaknai sebagai salah satu sikap kerja karena komitmen organisasi merupakan reflekasi dari perasaan seseorang (suka atau tidak suka) terhadap organisasi ditempat individu tersebut bekerja.

Dari hasil pengolahan data diperoleh informasi bahwa Komitmen Organisasi berpengaruh positif secara signifikan terhadap Kinerja Perawat, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa semakin baik sebuah Komitmen Organisasi maka Kinerja Perawat juga akan semakin baik. Komitmen Organisasi berkontribusi positif terhadap Kinerja Perawat sehinga bisa dikatakan bahwa semakin besar kontribusi Komitmen Organisasi bisa memberikan dampak yang positif bagi Kinerja Perawat. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa variabel Sres Kerja berpengaruh secara parsial dan signifikan terhaap kinerja perawat Rumah Sakit Siti khodijah Muhammadiyah cabang Sepanjang - Sidoarjo. Stres kerja yang besar dari perawat akan dapat menurunkan kinerja yang diperoleh. Semakin tinggi stres kerja yang diperoleh perawat maka akan menurunkan kinerja Perawat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahawa responden lebih cenderung mengalami stres yang disesabkan oleh kondisi pekerjaan. Kondisi pekerjaan yang memadai dapat meningkatkan Kinerja Perawat. Namun sebaliknya jika kondisi pekerjaanya tidak memadai dapat menimbulkan stres kerja yang berdampak pada penurunan produktifitas karyawan. Tuntutan peran atau tugas bisa dianggap tantangan yang dapat merangsang perawat agar lebih berprestasi namun sebaliknya. Apabila dianggap sebagai beban atau tekanan akan menyebabkan stres bagi perawat. Perawat yang mempunyai tingkat Sres Kerja yang tinggi cenderung mempunyai ciri kearah gejalah fisiologis sehingga kinerjannya jauh dari yang ditetapkan organisasi.

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa variabel Burnout berpengaruh secara parsial dan signifikan terhaap kinerja perawat Rumah Sakit Siti khodijah Muhammadiyah cabang Sepanjang - Sidoarjo. Karena nilai t-hitung negatif maka variabel burnout memberikan pengaruh secara berbanding terbalik terhadap variabel Kinerja Perawat. Artinya jika perawat mengalami kelelahan mental tinggi maka kinerja akan menurun, begitu sebaliknya jika perawat tidak mengalami Burnout maka kinerja perawat akan semakin bagus.

Hipotesis ketiga : diantara Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Stres Kerja dan Burnout variabel manakan yang paling berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja Perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komitmen Organisasi masuk dalam kriteria tinggi. Hal ini dapat dilihat berdasarkan pengujian Uji T diketahui bahwa variabel Komitmen Organisasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Perawat. Dengan kata lain komitmen organisasi adalah rasa keterikatan dan dukungan penuh terhadap organisasi dan tujuan-tujuannya. Pegawai yang memiliki komitmen terhadap organisasinya akan memberikan seluruh kemampuannya untuk organisasi dimana dia berada agar organisasi tersebut terus berjalan kearah yang lebih baik. Komitmen Organiasais membuat pegawai lebih berhati-hati dan teliti dalam melaksanakan tanggung jawab pekerjaan mereka kesimpulan

Dari hasil uji yang dilakukan terbukti bahwa Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Stres Kerja dan Burnout berpengaruh secara simultan terhadap Kinerja Perawat. Untuk pengaruh uji parsial juga terbukti bahwa Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Stres Kerja dan Burnoutberpengaruh secara parsial terhadap Kinerja Perawat. Diantara Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Stres Kerja dan Burnout, Komitmen Organisasi yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap Kinerja Perawat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis sampaikan rasa terima kasih kepada Universitas Muhammadiyah Sidoarjoo atas bantuannya terhadap penelitian ini.

References

  1. Ndraha, Talidizuhu. 2010. Budaya Organisasi. Rineka Cipta. Jakarta.
  2. Curtis, Susan, & Dennis, Wright. (2001). Retaining Employees – The Fast Track To Commitment. Manajemen Research News, Vol.24
  3. Siagian, 2001. Manajeman Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
  4. Lailani, F. 2012 Burnout pada perawat ditinjau dari Efikasi Diri dan Dukungan sosial. Journal Talenta Psikologi. Februari, Vol. I, 67-68.
  5. Perry, G, dan Potter, P,A. 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
  6. Mangkunegara, Anwar Prabu, 2004. Evaluasi Kinerja SDM. Rafika Aditama. Bandung.
  7. Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung, Alfabeta.
  8. Husein, Umar. 2005. Metode penelitian. Jakarta : Salemba Empat.
  9. Bungin, Burhan. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu sosial Lainnya.. Kencana. Jakarta.
  10. Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung, Alfabeta.