Marketing Management
DOI: 10.21070/ijler.v19i2.1122

Brand Image and Satisfaction Drive Repurchase Intentions, While Ambassadors Fail in Indonesia


Citra Merek dan Kepuasan Mendorong Niat Beli Ulang, Sementara Duta Merek Gagal di Indonesia

Program Studi Manajemen, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Indonesia
Indonesia
Fakultas Bisnis, Hüküm, dan Ilmu Sosial Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Brand Image Brand Ambassador Consumer Satisfaction Repurchase Intention Scarlett Whitening

Abstract

This study investigates the impact of Brand Image, Brand Ambassador, and Consumer Satisfaction on repurchase intention for Scarlett Whitening products in Sidoarjo. Using a quantitative approach, data were collected from 96 respondents through questionnaires and analyzed using multiple linear regression with SPSS 16.0. The results show that both Brand Image and Consumer Satisfaction positively and significantly affect repurchase intention, while Brand Ambassador does not. These findings highlight the importance of enhancing brand image and consumer satisfaction to encourage repeat purchases. Companies should prioritize these areas to maintain customer loyalty and drive sales.

 

Highlight: 

  1. Brand Image: Significantly boosts repurchase intention for Scarlett Whitening products.
  2. Consumer Satisfaction: Crucial for encouraging repeat purchases.
  3. Brand Ambassador: Does not significantly influence repurchase intention.

 

Keyword:  Brand Image, Brand Ambassador, Consumer Satisfaction, Repurchase Intention, Scarlett Whitening

Pendahuluan

Dalam berbagai situasi, manusia selalu ingin terlihat menarik dan tampil pecaya diri sehingga mereka berlomba lomba dalam merawat wajah sampai tubuh mereka agar terhindar dari permasalahan kulit. Permasalahan kulit seperti jerawat, kulit kusam, bintik hitam dan kerutan bisa diatasi dan dicegah dengan cara menggunakan skincare. Scincare sendiri terdiri atas beberapa serangkaian produk seperti body care, face care, hair care, dll yang dapat membantu permasalahan kulit dan memberikan efek baik ketika digunakan dalam rentang waktu tertentu, hal ini tentunya berbeda dengan kosmetik yang hasilnya dapat terlihat setelah pemakaian [1] . Banyaknyabrand skincare lokal dapat menciptakan persaingan bisnis, setiap perusahaan skincare di tuntut agar dapat memberikan dan mempertahankan kualitas yang baik bagi brand mereka agar konsumen menjadi puas, percaya dan memutuskan untuk kembali membeli produk [2] Salah satu produk skincare yang diminati di Indonesia salah satunya dalah produk dengan merk Scarlett Whitening. Scarlett Whitening merupakan produk lokal yang didirikan pada tahun 2017 oleh PT. Opto Lumbung Sejahtera dan sudah izin edar oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOMRI) [3]. Dari hal tersebut menjadikan alasan produk scarlett whitening sangat diminati karena dipercaya aman di semua kalangan jenis kulit dan dianggap sudah lolos uji laboratorium serta tidak mengandung bahan-bahan berbahaya.

Figure 1.

Data pada gambar tersebut dapat menunjukkan bahwa Scarlett Whitening berada pada urutan ke 2 dari 10 brand skincare lokal yang diminati oleh masyarakat Indonesia pada tahun 2022 dengan total penjualan sebesar Rp. 17,7 Miliar. Dan peringkat terakhir diduduki oleh produk kecantikan lokal Everwhite dengan total penjualan sebesar Rp. 1,05 Miliar data tersebut membuktikan bahwa produk Scarlett Whitening mampu untuk bersaing dengan produk kecantikan lokal lainnya [4]. Melihat dari data tersebut dapat diketahui bahwa banyak pesaing dari Scarlett Whitening maka dari itu Scarlett Whitening berusaha untuk memberikan kualitas skincare yang cocok digunakan oleh khalayak terutama masyarakat Indonesia.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi repurchase Intention produk Scarlett Whitening yaitu ; kualitas produk Scarlett Whitening dianggap dapat mengatasi permasalahan kulit, Scarlett Whitening memiliki harga yang kompetitif dan bersaing sesuai dengan kualitas yang diberikan, Scarlett Whitening juga memiliki konsultan yang responsive dan tanggap terhadap pelanggan yang ingin berkonsultasi permasalahn kulit dan membantu pemakaian jenis produk yang tepat serta produk Scarlett Whitening dapat di temukan dengan mudah baik di toko online maupun offline [5].

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa brand image berpengaruh positif terhadap repurcase intention [6]. Sedangkan penelitian lain yang dilakukan mendapatkan hasil yang berbeda yaitu mengatakan bahwa brand image tidak berpengaruh terhadap repurcase intention [7]. Dari perbedaan hasil kedua penelitian tersebut dapat diketahui adanya hasil yang tidak konsisten mengenai penelitian brand image terhadap repurcase intention

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan membuktikan brand ambassador berpengaruh positif terhadap repurcase intention [8]. Namun, penelitian lain yang dilakukan mendapatkan hasil yang berbeda yaitu mendapatkan hasil bahwa brand ambassador tidak berpengaruh terhadap repurcase intention [9]. Dari perbedaan hasil kedua penelitian tersebut dapat diketahui adanya hasil yang tidak konsisten mengenai penelitian kualitas brand ambassador terhadap repurcase intention

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan membuktikan kepuasan konsumen berpengaruh positif terhadap repurcase intention [10]. Namun, penelitian lain yang dilakukan mendapatkan hasil yang berbeda yaitu mendapatkan hasil bahwa kepuasan konsumen tidak berpengaruh terhadap repurcase intention [11]. Dari perbedaan hasil kedua penelitian tersebut dapat diketahui adanya hasil yang tidak konsisten mengenai penelitian kualitas kepuasan konsumen terhadap repurcase intention

Dari inkonsisten hasil yang ditemukan pada penelitian yang pernah dilakukan, peneliti menemukan kesenjangan hasil penelitian terdahulu tentang Brand Image, Brand Ambassador dan Kepuasan Konsumen terhadap Repurcase Intention . Dari hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten maka penelitian ini memiliki celah atau gap penelitian yaitu evidence gap. Evidence gap adalah kesenjangan dari hasil penelitian dahulu yang berbeda dengan penelitian lainnya yang sejenis [12]. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan lebih jelas dari penelitian terdahulu mengenai Pengaruh brand image, brand ambassador dan kepuasan Konsumen terhadap repurchase intention pada Produk perawatan kulit scarlett whitening Di sidoarjo.

Rumusan masalah : Bagaimana Brand Image, Brand Ambassador dan Kepuasan Konsumen dalam Mempengaruhi Repurchase Intention produk Scarlett Whitening?

Pertanyaan Penelitian : Apakah, Brand Image, Brand Ambassador dan Kepuasan Konsumen dapat mempengaruhi Repurchase Intention produk Scarlett Whitening?

Kategori SDGs : Kategori SDGs Ke 12 : https://sdgs.un.org/goals/goal12

SDGs nomer 12 berisi tentang menjamin pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan dengan melakukan mobilisasi dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi. Hubungan penelitian ini dengan SDGs 12 yaitu keputusan pembelian akan membentuk pola konsumsi konsumen yang berkelanjutan dan diidentifikasi sebagai salah satu upaya untuk memberantas kemiskinan serta pengelolaan sumber daya sehingga dapat mendorong pembangunan ekonomi sosial.

Citra merek memiliki definisi sebagai suatu pemikiran yang muncul di benak konsumen ketika mengingat suatumerek dari produk tertentu [13]. Pendapat lain mengatakan bahwa brand image adalah kesan atau gambaran yang ditimbulkan oleh suatu merek dalam benak konsumen [7]. Penempatan brand image dibenak konsumen harus dilakukan secara terus-menerus supaya brand image yang tercipta tetap kuat dan dapat diterima secara positif [14]. Teori hubungan antara brand image terhadap keputusan pembelian ulang mengacu pada untuk membangun sebuah brand image tidaklah mudah, mengingat citra merek sebagai sumber kekuatan dalam melahirkan kredibilitas dan reputasi brand yang dimana akan turut berpengaruh pada minat beli dan konsumen kemungkinan konsumen untuk membeli ulang merek yang bersangkutan sangat besar dan memutuskan untuk memakai merk tersebut dalam jangka panjang[15].

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur variabel brand image yaitu [15]:

1.Fungsional yaitu Produk dengan brand image yang baik memiliki kualitas yang tinggi di mata konsumen. Konsumen memiliki pengalaman yang positif terkait merek tersebut ketika mereka menggunakannya.

2.Afektifitas yaitu, Merek yang memiliki brand image yang baik dikenal secara luas di kalangan konsumen atau masyarakat umum

3.Reputasi yaitu, Brand image suatu produk yang memiliki citra positif akan memiliki keunggulan terkait fungsi dan kegunaannya

Berdasarkan teori dan penejelasan yang diuraikan maka dibuat hipotesis sebagai berikut :

H1 : Brand image berpengaruh terhadap repurchase intention pada produk Scarlett Whithening di Sidoarjo.

Brand ambassador meupakan figur yang berkaitan dengan selebritas atau public figure yang berpengaruh dalam suatu negara ataupun di dunia yang digunakan oleh perusahaan sebagai salah satu cara penyampaian pesan dalam iklan sebagai representasi dari merek [9]. Dalam hal ini dapat dikatakan brand ambassador merupakan suatu individu atau kelompok yang terkenal oleh publik atas prestasinya dengantujuan memberikan kesaksian terhadap suatu brand atau produk agar meraih kepercayaan konsumen[16]. Teori hubungan brand ambassador terhadap repurchase intention yaitu penyampaikan pesan iklan sebagai representasi merek pada konsumen melalui brand ambassador akan membentuk ingatan yang membuat konsumen percaya akan membeli produk [17].

Indikatornyang digunakan pada penelitian ini untuknmengukur variabel brand ambassador yaitu [17]:

1.Visibility merupakan seberapa jauh popularitas yang dimiliki oleh seorang selebritas yang menjadi brand ambassador suatu merek

2.Credibility merupakan sejauh mana obyektivitas dan keahlian selebritas yang dijadikan brand ambassador suatu merek

3.Attraction merupakan sifat selebriti yang dianggapnmenyenangkan untuk dilihat dari seginkonsep dan daya tariknoleh kelompok tertentu.

4.Power merupakan kekuatan selebriti dalam membujuknpara konsumen dalam mempertimbangkannproduk yang sedang dipasarkan untukndikonsumsi.

Berdasarkan teori dan penejelasan yang diuraikan maka dibuat hipotesis sebagai berikut :

H2 : Brand Ambassador berpengaruh terhadap repurchase intention pada produk Scarlett Whithening di Sidoarjo.

kepuasan konsumen adalah penilaian yang dimiliki konsumen setelah mengkonsumsi barang atau jasa yang berupa perasaan sesuai atau tidaknya antara harapan dan kenyataan [10]. Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa kepuasannkonsumen merupakan bentuk penilaian yangnmembandingkan antaranharapan yang dimiliki olehnkonsumen terhadap suatu produk ataunjasa sebelum membeli terhadapnpengalaman yang dirasakannsetelah menikmati produkndan jasa tersebut [18]. Teori hubungan antara kepuasan konsumen terhadap repurcase intention mengacu pada produk yang memiliki kualitas yang sesuai dengan keinginan pelanggan dapat menjadi pertimbangan dan pengalaman bagi konsumen itu sendiri karena dianggap menemukan sebuah kecocokan terhadap produk [19].

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur variabel kepuasan konsumen yaitu[19] :

1.Kualitas produk, yaitu pelanggan merasa puas ketikanhasil merekanmenunjukkan bahwanproduk yang mereka gunakannberkualitas

2.Kualitas pelayanannatau jasa, yaitu pelanggannakan merasa puas bilanmereka mendapatkannpelayanan yang baiknatau sesuai yangndiharapkan

3.Emosi, yaitu pelanggannakan merasa bangga sertanmendapatkannkeyakinan bahwanorang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi

4.Harga, yaitu produk yang mempunyainkualitas yang samantetapi menetapkannharga yang relatif murah akan memberikan nilai yangnlebih tinggi kepadankonsumen

5.Biaya, yaitu pelanggannyang tidak perlunmengeluarkan biayantambahan atau tidak perlunmembuang waktu untuk mendapatkan suatunproduk atau jasancenderung puas terhadapnproduk atau jasa tersebut

Berdasarkan teori dan penejelasan yang diuraikan maka dibuat hipotesis sebagai berikut :

H3 : Kepuasan konsumen berpengaruh terhadap repurchase intention pada produk Scarlett Whitening di Sidoarjo.

Repurchase intention adalah kepuasan konsumen yang diukur dari kecenderungan konsumen apakah mau untuk berbelanja atau menggunakan lagi jasa perusahaan [11]. repurchase intention juga dapat diartikan sebagai kesediaan dan minat konsumen untuk membeli kembali produk atau jasa yang sama di masa mendatang karena kegembiraan dan kegairahan setelah memperoleh kepuasan pada fungsi, simbolis dan pengalaman yang dirasakan setelah membeli produk atau jasa, sesuai dengan situasi dan kondisi konsumen saat ini [20].

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur variabel repurcase intention yaitu [21] :

1.Konsumen akan membeli kembali di lain waktu. Pembelian di masa mendatang tetap dilakukan oleh konsumen. Konsumen akan tetap membeli produk atau jasa yang sama dalam jangka panjang.

2.Konsumen bermaksud melakukan pembelian secara kontinu yaitu, konsumen akan tetap membeli produk atau jasa secara kontinu dalam jangka panjang.

3.Konsumen akan tetap membeli walaupun apabila harganya sedikit mahal yaitu, jika harga produk atau jasa berubah dan menjadi lebih mahal, konsumen akan tetap setia membelinya

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan model penelitian kuantitaif. Penelitian kuantitatif merupakan sebuah metode penelitian yang memakai data berupa angka yang ditambahkan penekanan terhadap pengukuran hasil yang objektif disertai analisis statistik [22]. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsumen yang membeli produk scarlertt whitening di Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dengan metode purposive sampling dalam pengambilan sampel karena tidak semua anggota dalam sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan tujuan penelitian [22]. Jumlah populasi masyarakat Sidoarjo yang pernah membeli produk Scarlett Whitening saat ini belum diketahui secara pasti sehingga penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan rumus perhitungan sampel Lameshow [22].

Berdasarkan hasil perhitungan sampel didapatkan responden dengan jumlah 96 orang yang pernah membeli produk Scarlett Whitening di Sidoarjo. Jika penelitian subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil secara keseluruhan [23]. Berdasarkan hal tersebut, maka sampel dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 96 orang dengan klasifikasi minimal berusia 15 tahun, pernah membeli produk Scarlett Whitening minimal dua kali dan berdomisili di Sidoarjo. Sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari data primer dan data sekunder. Teknik pengambilan data pada penelitian ini dilakukan melalui penyebaran kuisioner yang disebar pada masyarakat Kabupaten Sidoarjo yang pernah membeli produk Scarlett Whitening.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Regresi linier berganda merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur hubungan suatu variabel independen dan variabel dependen. Dilakukan dengan pengujian uji instrumen data (uji validitas dan reliabilitas), uji asumsi klasik (uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, uji multikolonieritas) dan uji hipotesis menggunakan uji parsial (T), uji koefisien korelasi berganda (R) dan uji koefisien determinasi berganda (R2)

Hasil dan Pembahasan

Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini berjumlah 96 responden. Karakteristik responden dapat diklasifikasikan minimal berusia 15 tahun, pernah membeli produk Scarlett Whitening minimal dua kali dan berdomisili di Sidoarjo

Uji Validitas

Variabel minat beli akan di ukur pada penelitian ini, apabila suatu istrumen dapat mengukur minat beli maka instrumen dapat dinyatakan valid. Analisis sebuahnfaktor guna mengkorelasiakan jumlah faktorndengan nilai yangndiukur, Dimana r tabel di tentukan dengan rumus df=(n-2) sehingga df=96-2=94. Maka dapat dilihat dari r tabel pada tabel vertikal 94= 0,2006 sehingga ditentutkan ketentuan sebagai berikut :

a.Data dapat dikatakanntidak valid jika nilainkoefisien korelasi (RHitung) memiliki nilainlebih kecil atau lebih rendahndari 0,2.

b.Data dapat dikatakan validnjika nilai koefisiennkorelasi (RHitung) memiliki nilai palingnminimum adalah 0,2 atau jika nilai lebihndiatasnya 0,2 maka data dapatndikatan data valid.

Variabel Indikator r hitung r tabel Keterangan
Brand Image (X1) X 1.1 0,756 0,2006 Valid
X 1.2 0,743 Valid
X 1.3 0,618 Valid
Brand Ambassador(X2) X 2.1 0,668 Valid
X 2.2 0,641 Valid
X 2.3 0,466 Valid
X 2.4 0,591 Valid
Kepuasan Konsumen (X3) X 3.1 0,590 Valid
X 3.2 0,271 Valid
X 3.3 0,587 Valid
X 3.4 0,528 Valid
X 3.5 0,407 Valid
Repurchase intention (Y) Y 1.1 0,685 Valid
Y 1.2 0,723 Valid
Y 1.3 0,670 Valid
Table 1. Uji Validitas

Dapat disimpulkan hasil perhitungan uji validitas diatas menyatakan bahwa seluruh item pernyataan kuisioner dari seluruh variabel memiliki nilai r-hitung > r-tabel, sehingga pengujiannini dapat dinyatakannvalid dan dapat dipercaya untuk mengukurndata penelitian.

Uji Reliabilitas

Tingkat kekonsistenan suatu instrumen difungsikan untuk mengukur objek atau subjek yang sama dengan orang atau waktu yang berbeda atau sama yang memberikan hasil data yang relatif sama maka dapat dikatakan reliabel. Uji statistiknChronbach alpha merupakan salah satu ujinyang dapat digunakan untuknmenghitung probabilitas data penelitian. Dengan ketentuan sebagai berikut :

a.Apabila nilai Chronbach Alphanlebih kecil darin0,6 maka instrumen dinyatakanntidak mempunyainnilai reliabilitasn(tidak reliabel).

b.Apabila nilai Chronbach Alphanlebih besar dari 0,6 maka instrumen dinyatakan memilikinnilai reliabilitas (reliabel).

Variabel Cronbach's Alpha r kritis Keterangan
Brand Image (X1) 0,673 0,6 Reliabel
Brand Ambassador (X2) 0,740 Reliabel
Kepuasan konsumen (x3) 0,758 Reliabel
Repurchase Intention (Y) 0,669 Reliabel
Table 2. Uji Reabilitas

Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai uji reliabilitas pada penelitian ini dinyatakan reliabel dengan hasil Cronbach’s Alpha lebih besarndari 0,60 (>0,60). Padanvariabel Brand Image dengan nilai 0,673, Brand Ambassador sebesar 0,740, Kepuasan konsumen sebesar 0,758 dan Repurchase Intention 0,669, Maka seluruh variabelndapat dinyatakannbahwa memiliki reliabilitas

Uji Normalitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak dengan tujuan apakah nilai residual berdistribusi normal atau tidak [22]. Jika nilai signifikansi pada uji normalitas nilai signifikansi menunjukkan nilai kurangndari 0,05 maka disimpulkan bahwa data yang beredarnmerupakan data tidaknnormal dan jika nilai signifikansi pada uji normalitas nilai signifikansi menunjukkan nilai lebihndari 0.05 maka disimpulkan bahwa data yang beredaradalah data secara normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N96

Normal Parametersa,bMean0,0000000

Std. Deviation1,32968509

Most Extreme DifferencesAbsolute0,095

Positive0,069

Negative-0,095

Kolmogrov-smiriv Z0,934

Asymp. Sig. (2-tailed)0,348

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 96
Normal Parametersa,b Mean 0,0000000
Std. Deviation 1,32968509
Most Extreme Differences Absolute 0,095
Positive 0,069
Negative -0,095
Kolmogrov-smiriv Z 0,934
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,348
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Table 3.Uji Normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa nilai signifikansi 0,348 > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi normal, untuk mengetahui normal tidaknya dapat dilihat pada hasil Plot of RegressionnResidual. Data dikatakan berdistribusi normal jika sebaranndata membentukntitik-titik yang mendekatingaris diagonalnsebagai berikut.

Figure 2.

Berdasarkan hasil diatas diketahui nilai uji normalitas pada penelitiannininmenunjukkannbahwa grafik normal probability plotnyangnmensyaratkan jika sebaranndata terletak pada wilayah garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal dapat dikatakan berdistribusi dengan normal Berdasarkan hasil diatas diketahui nilai uji normalitasnpada penelitian ininmenunjukkan bahwangrafik normal probabilitynplot yang mensyaratkan jika sebaranndata terletak padanwilayah garis diagonalndan mengikuti arah garisndiagonal dapat dikatakan berdistribusi dengan normal

D.Uji Autokorelasi

Ujinautokorelasi adalah analisisnstatistik yang dilakukannuntuk mengetahuinapakah ada korelasinantara variabel dalam modelnprediksi dengan perubahanndari waktu ke waktu. Jika terjadinkorelasi makandikatakan ada problem autokorelasinyang sebagian besarnditemukan pada regresi yangndatanya time series, sepertinwaktu berkala, mingguan, nbulanan dannseterusnya. Ujinautokorelasi bisa dilakukan dengannmenggunakan pengujian pada uji Durbin Watson (DW), ketikannilai Durbin Watson (DW) dibawah angka 5 maka tidaknterjadi autokorelasi.

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 0,494a 0,244 0,221 1.35119 1,957
Table 4.Uji Autokorelasi

Berdasarkan hasil diatas diketahui nilai durbin watson sebesar 1,957 artinya regresi berganda yang dilakukan dalam penelitian ini tidak terjadi autokorelasi

E.Uji Multikolinieritas

Pengujian ini digunakan untuknmengetahui modelnregresi memiliki korelasi atauntidak antarnvariabel bebas. Pada model regresi ujinmultikolinieritas diukur darinbesaran VIF (variance inflanction factor),Jika nilai VIF menunjukkannangka dibawahnatau lebih kecil darin10, dan nilai tolerancenmenunjukkan nilai lebihnbesar dari 0,1 maka dinyatakan tidak adanya atau tidak terjadi multikolinieritas

Model Collinearity Statistic
Tolerance VIF
Brand Image (X1) 0,999 1,001
Brand Ambassador (X2) 0,983 1 017
Kepuasan konsumen (X3) 0,982 1,018
Table 5.Uji Multikolinieritas

Berdasarkan hasil diatas diketahui nilai variance inflation factor (VIF) dari variabel brand image sebesar 1,001 (<10) dengan nilai tolerance 0,999>0,1, untuk variabel Brand Ambassador memiliki nilai sebesar 1,017 (<10) dengan nilai tolerance 0,983>0,1, dan variabel kepuasan konsumen sebesar 0,982 (<10) dengan nilai tolerance 1,018>0,1, maka dapat dinyatakannbahwa regresi linier bergandanyang digunakan dalamnpenelitian ini bebas darinmultikolinieritas, yang berarti bahwandiantara variabel tidaknterjadi multikolinearitas.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui bahwa residualnvariabel tidaknsama pada sebuah penelitian didalamnmodel regresi. Heteroskedastisitasntidak terjadi sebuahnpenelitian dapatndiketahui melalui hasil metode grafik regresi, ndengan ketentuan sebagai berikut:

1.Apabila terjadi sebaranntitik-titik padangrafik yang membentuk sebuah pola teraturnseperti bergelombang, melebarnkemudian menyempit, dapat dikatakan terjadi heteroskedastisitas.

2.Apabila tidak terjadi sebuah pola atau titik-titik pada grafik tersebut menyebar di bawah maupun di atas angka 0 pada sumbu Y, dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas

Scatterplot

Dependent Variable : Y.T

Figure 3.hasil Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan gambarndiatas, maka dapatndilihat bahwa tidaknterjadi pola tertentundan scatterplotntitik – titik menyebarnsecara acak, baikndibagian atas angka 0 ataundibagian bawah angkan0 dari sumbunvertikal atau sumbu Y, maka dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas

G.Uji Regresi Linier Berganda

Model Unstandardized coefficients Standardized Coefficient T Sig
B Std Error Beta
(Constant) 8,376 1,945 4,306 0.000
Brand Image (X1) 0,140 0,061 0,234 2,285 0,026
Brand Ambassador (X2) 0,194 0,086 0,223 2,253 0,027
Kepuasan konsumen (X3) 0,206 0,101 0,101 2,036 0,044
Table 6.Uji Regresi Linier Berganda

Berdasarkan hasil yang ada padantabel diatas dapatndiketahui model regresinyandari keempatnvariabel sebagai berikut :

Y=a + b1X1 + b2X2 + b3X3 e1

Y=8,376 + 0,140 X1 + 0,110 X2+0,206 X3 + e1

Berdasarkan hasil perolehan persamaan dapat dijelaskan makna dan arti koefisien regresi sebagai berikut :

1.Konstanta (a)

Nilai konstanta yangnbernilai positif 8,376. Halnini menunjukkannbahwa tanpa adanyanpengaruh variabel bebasnyaitu brand image, brandnambassador dan kepuasan pelanggan, maka nilai variabel terikat yaitu repurcase intention tetap konstan sebesar 8,376.

2.Brand Image

Nilai koefisien yang bernilai positif sebesarn0,140 antara variabelnbrand image dengannrepurcase intention. Sehingga dapat dikatakan bahwa kedua variabelntersebut berhubungannsecara positif, maka dapat disimpulkannbahwa jika variabelnbrand image mengalami kenaikan satu satuan, maka variabel repurcase intention semakin meningkat sebesar 0,140

3.Brand Ambassador

Nilai koefisien yang bernilai positif sebesar 0,194 antara variabel Brand ambassador dengan repurcase intention. Sehingga dapatndikatakan bahwa kedua variabel tersebut berhubungan secara positif, maka dapat disimpulkan bahwa jika variabel brand ambassador mengalami kenaikansatu satuan, nmaka variabel repurcase intention semakin meningkat sebesar 0,194.

4.Kepuasan Konsumen

Nilai koefisien yang bernilai positif sebesar 0,206 antara variabel Kepuasan konsumen dengan repurcase intention. Sehingga dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut berhubungan secara positif, maka dapat disimpulkannbahwa jika variabelnkepuasan konsumennmengalami kenaikan satunsatuan, maka variabel repurcase intention beli semakin meningkat sebesar 0,206

Uji Hipotesis Parsial (T)

Pengujian ini berfungsi untuknmengetahui variabelnBrand Image, Brand Ambassador dan Kepuasan konsumen berpengaruhnsecara signifikan atauntidak terhadapnvariabel repurcasenintention. Dalam pengujian hipotesis penelitian ini melakukannperbandingan hasilndarinthitung dengan ttabel sehinggandapatnmenghasilkan sebuah alasan yangnkuat untuk hipotesis satu (H1) diterimandan H0 ditolak, dan begitupun sebaliknya.

Coefficientsa
Model Unstandardized coefficients Standardized Coefficient T Sig
B Std Error Beta
(Constant) 8,376 1,945 4,306 0.000
Brand Image (X1) 0,140 0,061 0,234 2,285 0,026
Brand Ambassador (X2) 0,194 0,086 0,223 2,253 0,027
Kepuasan Pelanggan (X3) 0,206 0,101 0,101 2,036 0,044
Table 7.Uji Hipotesis Parsial

Dengan menggunakan asumsintingkat kepercayaannsebesar 5% atau 0,05 dengannnilai degreenof freedom sebesar K=3 dan df2=n-k-1 (96-3-1=92) nsehingga memperolehnt tabel 1,986nsebesar maka dapatndiuraikain sebagainberikut

a.Brand Image terhadap repurcase intention

Nilai t hitungnvariabel Brand Imagensebesar (2,285) sedangkan t tabel sebesar (1,986) nmaka nilai t hitung > t tabel (2,285>1,986) dan nilai signifikasi (0,026<0,05), dengan pengaruh sebesar 0,140 sehingga disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya secara parsial variabel brand image (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel repurcase intention konsumen pada produk Scarlett Whitening di Sidoarjo.

b.Brand Ambassador terhadap repurcase intention

Nilai t hitung variabel Brand Ambassador sebesar (2,253) sedangkan t tabel sebesar (1,986) maka nilai t hitung > t tabel (2,253<1,986) dan nilai signifikasi (0,027<0,05), dengan pengaruh sebesar 0,194, sehingga disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya secara parsial variabel brand ambassador (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap vriabel repurchase intention konsumen produk Scarlett Whitening di Sidoarjo.

c.Kepuasan konsumen terhadap repurcase intention

Nilai t hitung variabel Kepuasan konsumen sebesar (2,036) sedangkan t tabel sebesar (1,986) maka nilai t hitung > t tabel (2,036>1,986) dan nilai signifikasi (0,044<0,05), dengan pengaruh sebesar 0,206, sehingga disimpulkan adanya pengaruh yang kuat pada H0 ditolak dan H3 diterima yang yang artinya secara parsial variabel kepuasan konsumen (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel repurcase intention konsumen pada produk scarlett whitening di Sidoarjo

Uji koefisien Korelasi Berganda (R)

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 0,494a 0,244 0,221 1,351
Table 8.Uji Koefisien Korelasi Berganda

Pada tabelnmenunjukkan bahwa hasil uji R yangnmenunjukkannnilai sebesar 0,494 atau 49,4%. Hal ini menunjukkan keeratan hubungan variabel brand image, brand ambassador dan kepuasan konsumen dengan variabel repurcase intention yaitu sebesar 49,4%

J.Uji Koefisien Determinasi Berganda (R2)

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 0,494a 0,244 0,221 1,351
Table 9.Uji Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil diatas nilai R² semakin mendekati 100% berarti semakin besar pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun rumus koefisien determinasi adalah sebagai berikut KP= r² x 100% = 0,244 x 100 = 24,4%. Nilai tabelndiatas dapat disimpulkannbahwa dari hasil pengujian determinan berganda (R²) sebesar 0,244 atau 24,4%, dapat dijelaskannbahwanvariabel brand image, brand ambassadorndan kepuasan konsumenndapat menjelaskan tentangnvariabel repurcase intentionndalamnpenelitian ini dannsisanya sebesar 24,4% dijelaskannolehnvariabel lainnyang tidak dijadikannobjek dalam penelitian ini.

Hipotesis pertama : Brand Image berpengaruh terhadap Repurcase Intention pada produk Scarlett Whitening di Sidoarjo.

Berdasarkan hasil analisisndatanmembuktikannbahwa brand image berpengaruh terhadap repurchase intention pada produk Scarlett Whitening di Sidoarjo. Konsumen berpendapat bahwa produk Scarlett Whitening terbukti memiliki kualitas yang tinggi. Konsumen juga berpendapat bahwa Scarlett Whitening merupakan produk yang terkenal di antara kompetitor. Dan konsumen juga berpendapat bahwa citra dari produk Scarlett Whitening sangat terkonsolidasi. Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan konsumen akan melakukan pembelian ulang produk Scarlett Whitening dalam jangka walaupun ada produk lain sejenis.

Hal ini didukung oleh teori hubungan antara brand image terhadap Repurcase intention yang menyatakan bahwa membangunfsebuah brand imageftidaklah mudah, mengingatfcitra merekfsebagai sumberfkekuatan dalam melahirkan kredibilitasfdan reputasi brand yangfdimana akanfturut berpengaruhfpada minat beli konsumenfkemungkinan konsumenfuntuk membelifulang merek yangfbersangkutan sangat besar dan memutuskan untuk memakai merk tersebut dalam jangka panjang [15].

Hasil dari penelitianfini relevan denganfpenelitian yangfmembuktikan bahwa citrafbrand image berpengaruh terhadap repurchase intention [6]. Selain itu didukung oleh penelitian yang membuktikan variabel brand image berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap repurchase intention [14]. Selaras dengan penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan pada brand image terhadap repurchase intention baik secara parsial maupun simultan [24].

Hipotesis kedua : Brand Ambassador berpengaruh terhadap Repurcase Intention pada produk Scarlett Whitening di Sidoarjo.

Berdasarkan hasilfanalisisfdata yang membuktikan bahwa brand ambassador berpengaruh terhadap repurchase intention pada produk ScarlettfWhitening difSidoarjo. Hal ini menunjukkan konsumen berpendapat bahwa ketertarikan untuk membeli ulang produk Scarlett Whitening dikarenakan adanya brand ambassador. Karena konsumen mersa bahwa artis yang digunakan sebagai brand ambassador adalah artis yang dapat dipercaya, artis yang dapat diandalkan dan juga artis yang memiliki kredibilitas. Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan konsumen akan melakukan pembelian ulang produk Scarlett Whitening dalam jangka walaupun ada produk lain yang sejenis.

Hasil penelitianfini sejalan dengan teorifhubungan antarafbrand ambassadorfdengan repurchase intention yang mendefinisikan bahwa penyampaikan pesan iklan sebagai representasi merek pada konsumen melalui brand ambassador akan membentuk ingatan yang membuat konsumen percaya akan membeli produk [17].

Hasil penelitian ini didukungfoleh penelitian sebelumnyafyangfmembuktikan bahwafbrand ambassador berpengaruh terhadap repurchase intention[25]. Selain itu juga relevan dengan penelitian yang membuktikan bahwa brand ambassador berpengaruh terhadap repurchase intention [26].

Hipotesis ketiga : Kepuasan Konsumen berpengaruh terhadap Repurcase Intention pada produk Scarlett Whitening di Sidoarjo.

Berdasarkan hasil analisis datafmembuktikan bahwafkepuasan konsumen berpengaruhfterhadap repurchase intention pada produkfScarlett Whitening di Sidoarjo. Konsumen berpendapat bahwa harga dari produk Scarlett Whitening sesuai dengan kualitas yang diberikan. Ketika membeli produk Scarlett Whitening melalui online store, konsumen merasa bahwa biaya pengiriman sudah sesuai dengan jarak dan juga pelayanan yang diberikan sangat ramah. Selain itu konsumen juga berpendapat bahwa produk Scarlett Whitening memiliki kualitas yang bagus sehingga dapat membuat kulit menjadi semakin sehat. Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan konsumen akan melakukan pembelian ulang produk Scarlett Whitening dalam jangka walaupun ada produk lain yang sejenis.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori hubungan antara kepuasan konsumen terhadap repurchase intention yang menyatakan bahwa kesesuaian kualitas produk dengan keinginan pelanggan dan kebutuhan pelanggan dapat menjadi pertimbangan dan pengalaman bagi konsumen itu sendiri karena dianggap menemukan sebuah kecocokan terhadap produk [19].

Hasil darifpenelitian ini relevanfdengan penelitianfyang membuktikan bahwa citra kepuasan konsumen berpengaruh terhadap repurchase intention [7]. Selain itu didukung oleh penelitian yang membuktikan variable kepuasanfkonsumen berpengaruhfsecara positif dan signifikan ferhadap repurchase intention [10]. Selaras dengan penelitian yang telahfdilakukanfmembuktikan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan pada kepuasan konsumen terhadap repurchase intention baik secara parsial maupun simultan [27].

Simpulan

Berdasarakan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dan diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1.Brand image berpengaruh terhadap repurchase intention pada produk Scarlett Whitening di Sidoarjo. Hal ini menunjukkan bahwa brand image memiliki peran penting bagi peningkatan repurchase intention. Karena konsumen akan selalu memperhatikan kualitas produk, seberapa populer produk tersebut dan bagaimana citra dari produk tersebut. Sehingga dapat dikatakan brand image memiliki pengaruh yang besar terhadap repurchase intention pada produk Scarlett Whitening di Sidoarjo.

2.Brang ambassador berpengaruh terhadap repurchase intention pada produk Scarlett Whitening di Sidoarjo. Hal ini menunjukkan bahwa brand ambassador memiliki peran penting bagi peningkatan repurchase intention. Karena konsumen akan selalu memperhatikan apakah public figure atau artis yang digunakan sebagai brand ambassador memiliki kredibilitas yang tinggi dan dapat dipercaya. Kemampuan public figure atau artis yang digunakan sebagai brand ambassador dalam mempromosikan suatu produk juga menjadi salah satu hal yang diperhatikan oleh konsumen. Sehingga dapat dikatakan brand ambassador memiliki pengaruh yang besar terhadap repurchase intention pada produk Scarlett Whitening di Sidoarjo.

3.Kepuasan konsumen berpengaruh terhadap repurchase intention pada produk Scarlett Whitening di Sidoarjo. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan konsumen memiliki peran penting bagi peningkatan repurchase intention. Karena konsumen akan memperhatian apakah harga sudah sesuai dengan kualitas produk yang diberikan dan bagaimana kualitas layanan yang diberikan. Sehingga dapat dikatakan kepuasan konsumen memiliki pengaruh yang besar terhadap repurchase intention pada produk Scarlett Whitening di Sidoarjo

References

  1. B. Z. Khayah and N. N. Marpaung, “Pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Nilai Terhadap Keputusan Pembelian pada Produk Scarlett Whitening (Studi Kasus Daerah Cikarang Kabupaten Bekasi),” Parameter, vol. 7, no. 1, pp. 141–154, 2022, doi: 10.37751/parameter.v7i1.194.
  2. A. Maulana and M. Lestariningsih, “Pengaruh Harga, Brand Ambassador dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Produk Scarlett Whitening,” J. Ilmu dan Riset Manajemen, vol. 11, no. 9, pp. 2–17, 2022.
  3. A. N. D. M. Syam and T. I. Wijaksana, “The Influence of Brand Image on Purchasing Decisions Scarlett Whitening,” e-Proceedings of Management, vol. 9, no. 4, pp. 1–11, 2022.
  4. Compas, “10 Brand Skincare Lokal Terlaris di Online Marketplace,” [Online]. Available: https://compas.co.id/article/brand-skincare-lokal-terlaris/, 2022.
  5. T. Indrayani, V. Oktania, and N. Tri Irfa, “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian Scarlett Whitening di Alahan Panjang Sumatra Barat,” J. Ilmu Manajemen Kesatuan, vol. 8, no. 3, pp. 317–328, 2020, doi: 10.37641/jimkes.v8i3.395.
  6. R. D. Azhari and M. F. Fachry, “Pengaruh Citra Merek dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Batik Karawang di Ramayana Mall, Karawang,” J. Ilmu Manajemen Ubhara, vol. 2, no. 1, pp. 37–44, 2020.
  7. O. V. Kristyani and N. Kristyana, “Pengaruh Viral Marketing, Brand Experience, dan Brand Image Terhadap Niat Pembelian Ulang (Survei Pada Konsumen Skincare Scarlett Whitening Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo),” J. Administrasi Bisnis FISIP UNMUL, vol. 10, no. 2, p. 125, 2022, doi: 10.54144/jadbis.v10i2.8166.
  8. A. F. Fariha, “Pengaruh Brand Ambassador Terhadap Repurchase Intention yang Dimediasi oleh Brand Awareness Shopee Indonesia (Studi Pada Pengguna Shopee di Universitas Brawijaya),” J. Ilmu Mahasiswa Ekonomi Brawijaya, vol. 7, no. 2, pp. 18–35, 2019.
  9. P. Anung and M. M. Cahyanti, “Pengaruh Brand Ambassador dan Brand Image Terhadap Keputusan,” J. Ilmiah Ekonomi Kita, vol. 12, no. 1, p. 12, 2019.
  10. R. F. Perkasa, “Kepercayaan Terhadap Keputusan Pembelian Ulang Produk E-Commerce dengan Kepuasan Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus pada E-Commerce Shopee),” Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta, [Online]. Available: http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/95864, 2021.
  11. Juniwati, “Pengaruh Perceived Ease of Use, Enjoyment dan Trust Terhadap Repurchase Intention dengan Customer Satisfaction Sebagai Intervening pada Belanja Online (Studi Pada Mahasiswa Universitas Tanjungpura Pontianak),” J. Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan, vol. 4, no. 1, p. 140, 2019, doi: 10.26418/jebik.v4i1.11465.
  12. H. I. Shohel, “Types of Research Gaps,” Research Gate, doi: 10.13140/RG.2.2.34817, 2021.
  13. Y. A. Madani and D. K. Sari, “Developing Digital Marketing, Brand Image and Brand Awareness to Improve Bags Purchasing Decisions at the Tanggulangin Bags Wholesale Center,” Academia Open, pp. 1–13, 2023.
  14. N. Arianty and A. Andira, “Pengaruh Brand Image dan Brand Awareness Terhadap Keputusan Pembelian Produk Helm LTD (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara),” J. Ilmu Magister Manajemen, vol. 4, no. 1, p. 897, 2021.
  15. Meithana, Pemasaran dan Kepuasan Pelanggan, 2nd ed. Surabaya: Unitomo Press, 2019.
  16. R. P. A. Ningtias, S. Supardi, and D. K. Sari, “Anteseden Keputusan Pembelian di E-Commerce Shopee: Online Customer Review, Customer Rating dan Brand Ambassador Korea,” Academia Open, pp. 1–10, 2023.
  17. R. Kertamukti, Strategi Kreatif dalam Periklanan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015.
  18. R. Hidayat, “Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Lampu Philips,” J. Ecodemia, vol. 3, no. 1, pp. 305–310, 2019.
  19. U. Sumarwan, Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 2011.
  20. N. Kusumadewi and T. G. Saraswati, “Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Pembelian Ulang pada Official Store Scarlett di Shopee,” J. Ilmu Manajemen, vol. 7, no. 2, p. 6476, 2020.
  21. A. Sofyan, Manajemen Pemasaran, Dasar Konsep dan Strategi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.
  22. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 2nd ed. Bandung: Alfabeta, 2018.
  23. W. F. Hutami, “Populasi dan Sampel dalam Penelitian,” J. Ilmu Manajemen Kita, vol. 6, no. 2, p. 6476, 2020.
  24. S. Suryani and S. S. Rosalina, “Pengaruh Brand Image dan Kualitas Layanan Terhadap Keputusan Pembelian Ulang dengan Kepuasan Konsumen Sebagai Variabel Moderating,” J. Riset Manajemen dan Akuntansi, vol. 2, no. 2, pp. 50–62, 2022, doi: 10.55606/jurima.v2i2.253.
  25. N. Qurratu’aini, S. Nursanti, and O. Oxcygentri, “Pengaruh Choi Siwon pada Iklan Mie Sedaap Korean Terhadap Keputusan Pembelian oleh Generasi Z,” J. Komunikasi, vol. 5, no. 1, pp. 31–41, 2021, doi: 10.31334/lugas.v5i1.1555.
  26. M. Gabriella, “Pengaruh Kualitas Produk, Brand Image dan Brand Ambassador Terhadap Minat Beli Ulang Shampo Head & Shoulders,” Skripsi Universitas Sanata Dharma, pp. 2003–2005, 2022.
  27. Z. Raihana and P. Y. Setiawan, “Anteseden Kepuasan Pelanggan dan Dampaknya Pada Minat Pembelian Ulang,” J. Manajemen Univ. Udayana, vol. 7, no. 4, pp. 1892–1919, 2018.